Seperti biasa, aku datang ke café dan membaur dengan pelanggan untuk mengamati situasi dan kondisi. Sore ini café cukup ramai, hampir semua meja terisi oleh pelanggan. Terdengar riuh sekelompok ABG berseragam SMA yang sedang merayakan ulang tahun temannya. Oh iya, sebagai bentuk promosi dan loyalitas kepada pelanggan, aku memberikan diskon 15% bagi mereka yang berulang tahun dengan syarat menunjukkan kartu identitas sebagai bukti, agar tidak terjadi kecurangan.
Aku menyerahkan pengelolaan cafe pada Robby, laki-laki berusia 29 tahun yang aku rekrut untuk menjadi manager di cafe ini. Dia yang bertugas mengawasi karyawan cafe, mengatur jadwal kerja mereka, merekrut dan melatih karyawan baru, dan berbagai hal lainnya sesuai jobdesc dia sebagai seorang manager di sini. Aku menyediakan satu ruangan khusus untuk dia di lantai yang sama dengan ruanganku.
"Sudah coba dihubungi lagi?"
"Sudah, Bu, tapi tidak diangkat."
"Sudah berapa lama dia tidak masuk kerja?"
"Dengan hari ini, sudah empat hari, Bu."
"Dia ada punya masalah dengan karyawan lainnya? Setahu kamu saja."
"Setahu saya tidak ada, Bu. Dia baik-baik saja dengan yang lainnya. Malah dia disenangi di sini."
"Masalah keluarga?"
"Entah, Bu, saya kurang tahu. Dia tidak terlalu banyak cerita tentang kehidupan pribadinya."
"Ya sudah kamu atur saja untuk perekrutan kasir baru. Jadi beberapa hari ini Laras kerjanya full time?
"Iya, Bu. Saya sudah mengatur bonus untuk Laras mengenai itu."
"Hmm ya sudah, kamu atur saja bagaimana baiknya. Segera cari yang baru, ya."
"Baik, Bu. Saya pamit dulu. Ibu mau sekalian pesan minuman seperti biasanya?"
"Iya, terima kasih. Tolong yang seperti biasa, ya," ucapku seraya menyerahkan selembar uang untuk membayar minuman yang aku pesan.
Saat aku sedang berbicara dengan Robby mataku tidak sengaja melihat sesosok perempuan berperawakan mungil dengan tas ransel ukuran besar baru saja memasuki café. Sosok yang sepertinya tidak asing bagiku. Ranselnya terlihat cukup berat untuk ditanggung oleh badan mungilnya. Bukankah itu perempuan yang menabrak aku di Amplaz, dua minggu yang lalu.
Dia memilih duduk di pojok kanan café, sudut ruangan yang agak terang karena dekat dengan kaca dibandingkan dengan spot tempat dudukku saat ini yang sedikit temaram. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku di sini. Dia terlihat asyik dengan laptop-nya, entah apa yang dia kerjakan. Sesekali dia mengerutkan dahinya, terlihat fokus sekali. Kalau aku tebak, dia seorang mahasiswi yang sedang mencari bahan untuk tugas mengandalkan wifi gratis.
Tak lama aku melihat Putri, salah satu waitress di sini, mengantarkan satu cangkir kopi pesanannya. Konsentrasinya pun menjadi sedikit terganggu. Aku sontak memalingkan wajahku karena aku tidak ingin dia memergokiku yang sedari tadi sedang mengamatinya.
Aku kembali fokus dengan tujuanku kesini. Ah iya, mengenai yang tadi aku bicarakan dengan Robby, ada salah satu karyawan bagian kasir yang sudah beberapa hari ini tidak masuk kerja, tanpa ada keterangan. Untuk bagian kasir memang aku memperkerjakan 2 orang yang bergantian sesuai shift kerja yang sudah diatur dan salah satunya sudah beberapa hari tidak masuk sehingga membuat Laras, salah satu kasir, harus bekerja full time.
Sistem kerja di sini dilakukan dalam dua shift setiap harinya, dengan waktu kerja delapan jam sehari dan dapat jatah libur 1 hari dalam seminggu, tapi tidak boleh libur saat akhir pekan karena biasanya cafe sangat ramai pengunjung. Cafe buka sejak jam 10:30 pagi dan tutup jam 12 malam. Jumlah karyawan di cafe ada 11 orang dengan jam kerja delapan jam, kecuali Robby.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You (GxG)
Fiksi UmumPeringatan : Tidak disarankan untuk yang emosian 😈 Yang penasaran dengan cerita masa SMA dari dua tokoh di cerita ini bisa baca karya berjudul Denial. ➷ 29 Juli 2017 ➹ 1 Februari 2019