"Yara, kamu kok sering melamun akhir-akhir ini?" tanya Agung sembari membersihkan bar dengan lap di tangannya. Dia tanpa sengaja menumpahkan gula tadi karena tersenggol Dicky. Malam ini café sangat sepi karena di luar sedang turun hujan cukup lebat sejak tadi sore. Bahkan para karyawan semuanya duduk di luar karena memang tidak ada tanda-tanda akan ada pelanggan yang datang di tengah cuaca seperti ini. Akhirnya mereka lah yang jadi pelanggannya.
"Gung, kamu pernah menyayangi seseorang namun, dia tidak ada lagi dalam jangkauan pandanganmu? Dalam artian kamu tidak bisa bertemu dengannya lagi meski kamu ingin," tanyaku seraya memutar kursiku menghadap ke arahnya yang kini juga ikutan duduk. Dia terdiam sesaat, mungkin mencoba mencerna ucapanku.
"Pernah. Memangnya kenapa?" sahutnya seraya mengernyitkan keningnya.
"Apa yang kamu lakukan saat rindu dengannya?" tanyaku lagi.
"Aku hanya bisa mendoakannya, semoga dia baik-baik saja. Berat memang karena ada rasa rindu yang tertahan dan dada tuh rasanya sesak banget," sahutnya, aku mengangguk mengiyakan. "Tapi, pasti ada alasan dalam sebuah perpisahan. Yakinlah, itu bukan akhir segalanya. Bisa saja itu awal dari sebuah hal yang baru. Karena, memang ada beberapa hal yang tidak bisa kita paksakan," lanjutnya sembari tersenyum.
"Bagaimana kalau seandainya kepergiannya secara tiba-tiba tanpa penjelasan, bahkan mungkin karena adanya kehadiran orang lain?" tanyaku pelan.
"Orang ketiga?" tanyanya sembari menopangkan kepalanya di tangan yang bertumpu pada meja di sampingnya. "Ini tentangmu?" imbuhnya.
Aku mengangguk pelan sambil tersenyum miris, "Entah, Gung. Mungkin, akulah orang ketiga itu dan dia kembali dengan kekasih hatinya yang sesungguhnya. Aku tidak tahu itu, dia bilang padaku kalau dia tidak punya pacar. Aku percaya saja dengannya," sahutku pelan.
"Dafa?" tebak Agung namun, aku menggelengkan kepalaku. Dia mengernyitkan keningnya kembali, aku hanya tersenyum melihat ekspresinya. "Orang lain, pokoknya bukan dia," sahutku sambil tertawa pelan.
"Kamu bilang dia pergi tanpa penjelasan, dan menduga mungkin karena orang lain. Lantas bagaimana akhirnya kamu berkesimpulan kamulah orang ketiga itu?" tanyanya dengan nada bingung.
Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal, aku bingung menjelaskannya bagaimana. "Hmmm...Dia itu pergi begitu saja, menghilang. Tanpa penjelasan apapun. Tiba-tiba aku dapat selentingan kabar kalau dia pergi menemui kekasihnya," jelasku lirih.
"Kamu sudah pastikan kebenarannya?"
"Aku mencoba menghubunginya tapi tidak direspon sama sekali. Mungkin, kabar itu benar dan dia saat ini mungkin tidak mau lagi berhubungan denganku."
"Ikhlaskan kalau memang itu benar kenyataannya. Berat pastinya, aku tahu itu. Tapi, dengan ikhlas melepaskannya, kamu tidak akan tersiksa."
"Aku butuh penjelasan darinya, Gung. Kenapa dia tega mempermainkan aku?"
"Penjelasan darinya mungkin akan semakin membuatmu terluka, Yara. Tidak ada yang benar dan menyenangkan dari penjelasan kenapa seseorang berselingkuh dari pasangannya," ucapnya menyentakkan hatiku.
Aku terdiam dan memikirkannya. Dia benar, penjelasan darinya pastilah akan menambahkan luka di hatiku. Walau aku tetap belum bisa terima begitu saja apa yang dia lakukan sekarang setelah apa yang telah terjadi diantara kami sebelumnya. Apa aku memang harus mengikhlaskannya begitu saja?
"Yara, lebih baik kamu sekarang fokus dengan kuliahmu. Bukannya kamu sudah mulai menyusun skripsi? Aku rasa itu akan jauh lebih menyita waktu dan pikiranmu," ucap Agung sembari menyerahkan segelas minuman cokelat hangat, "Minumlah, gratis untukmu dariku." Aku menerimanya dan menghirupnya sedikit. Enak. "Makasih, Gung. Iya, aku memang harus lebih fokus dengan kuliahku biar bisa cepat lulus. Aku ingin kerja kantoran, Gung," ucapku sambil menghangatkan telapak tanganku dengan memegang gelas pada kedua sisinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You (GxG)
General FictionPeringatan : Tidak disarankan untuk yang emosian 😈 Yang penasaran dengan cerita masa SMA dari dua tokoh di cerita ini bisa baca karya berjudul Denial. ➷ 29 Juli 2017 ➹ 1 Februari 2019