11. Ooppss..

11.5K 916 74
                                    

"Apa aku harus menciummu untuk membungkam kebawelanmu?" ucapku setelah melepaskan bibirnya.

"Ih! Apa sih kamu? Kenapa selalu saja sembarangan menciumku? Kita ini sesama perempuan," sahutnya sewot tapi tak melepaskan pandangannya dari bibirku.

"Seingatku kamu tidak menolaknya, bahkan membalas ciumanku. Menikmatinya kan?"

"Hah? Apa?? Tidak kok. Aku tidak.. aku aku.." Dia menjawab terbata-bata dan terlihat gugup.

"Kamu sudah sering ciuman sebelumnya?"

"Yah mungkin. Kamu cemburu?"

"Dih GR! Untuk apa aku cemburu??" sahutnya cepat sambil memalingkan wajahnya.

"Lantas? Kenapa kamu memalingkan wajahmu dariku?"

"Aku tidak mau melihat bibir kamu yang sudah ciuman kemana-mana itu."

Bocah. Aku menyentuh lembut pipinya dan membuatnya kembali melihatku. Aku mendekatkan wajahku hingga hampir menyentuh bibirnya. Yara lantas sedikit membuka bibirnya, sepintas aku tergoda untuk menciumnya lagi.

"Bersiaplah, kita pergi makan di luar," ucapku seraya membuat jarak kembali.

"Mau makan di mana? Kenapa tidak di sini aja? Kenapa tidak masak sendiri atau pesan makan saja?"

"Kita makan bertiga dengan Ocha, jemput dia di hotel."

"Hah? Jemput di hotel?"

"Dia kerja di hotel."

"Oh begitu.. Tapi aku tidak punya pakaian yang pantas untuk pergi denganmu. Aku cuma bawa baju untuk kuliah saja."

"Pakai baju Ocha, nanti aku yang bilang padanya. Tunggu di sini." Aku lantas mengambil ponselku dan menghubungi Ocha, segera setelahnya aku langsung mengambil beberapa baju Ocha dan menarik Yara untuk ikut masuk ke kamarku.

"Aku pakai baju Kak Ocha? Tidak apa-apa?" Dia memegang satu-satu pakaian yang aku bawakan untuknya.

"Pakai saja, aku sudah bilang padanya. Lagipula dia jarang memakai baju itu. Kamu pilih saja mau pakai yang mana."

"Oke, makasih, ya."

Aku mengambil sweatshirt hitam dan skinny jeans hitam kemudian membawanya ke kamar mandi. Aku bersiap dan berganti pakaian di sana. Aku cuci muka dulu tentunya sebelum mengganti pakaianku. Aku menatap wajahku sendiri di cermin dan terpaku sesaat pada bekas luka di keningku. Segera setelah selesai berganti pakaian, aku keluar dari kamar mandi. Tentu saja setelah memperkirakan waktu kira-kira Yara sudah selesai berganti pakaian atau belum.

Aku memerhatikan dia dari depan pintu kamar mandi. Dia memilih mengenakan kaus putih dan mini skirt, akan lebih cocok kalau dia juga mengenakan wool maxi outer. Rambutnya dibiarkan tergerai menutupi pundaknya. Dia membenahi rambutnya dengan jemarinya. Dia terlihat berbeda. Yang biasa aku lihat dia dengan kesederhanaannya, hanya memakai celana jeans dan baju kaus, hmm sorry to say, murahan.

"Rain, aku cocok tidak berdandan seperti ini?" tiba-tiba dia berpaling menghadapku sambil bergaya seolah dia seorang model, menekuk satu kakinya dan sebelah tangan di pinggang.

"Cocok kok. Kamu ingin berpakaian seperti itu? Seperti bukan dirimu saja, tapi pantas kok," ucapku sambil sok memperhatikannya dari atas sampai bawah balik lagi ke atas padahal aku ingin menikmati pemandangan di hadapanku. Aku melangkahkan kaki menghampirinya meja riasku.

"Agak risih sih pakai rok sependek ini. Aku ganti saja kali ya pakai celana jeans."

"Loh? Bagus kok, sudah begitu saja. Tidak apa-apa," sahutku sambil menyisir rambutku sementara dia berdiri dan berkaca dari belakangku.

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang