32. The Truth

8.2K 781 44
                                    

Percakapan Rain dan Abby tentu saja dalam B. Inggris, tapi supaya tidak ribet aku tuliskan jadi B. Indonesia saja. Karena, menuliskan percakapan dalam B.Inggris kemudian menerjemahkannya kembali itu buang-buang waktu saja.

Beberapa bulan sebelumnya..

Sehari setelah tiba di New York, aku mencari alamat yang diberikan Abby. Sebuah apartemen di kawasan 60 West 66th Street. Aku tiba di depan pintu apartemen bertepatan dengan seorang penghuni yang berjalan keluar sehingga aku bisa langsung masuk sebelum pintunya menutup. Jadi, aku tidak perlu memencet bel. Aku segera naik mencari kamarnya berdasarkan catatan yang aku buat di ponselku. Aku berjalan menelusuri lorong dan mendapati sebuah pintu dengan nomor yang sama seperti tercatat di layar ponselku. Aku menarik nafas sebelum akhirnya mengetuk pintu kamarnya beberapa kali.

CEKLEK! KRIET!

Aku terdiam menatap sosok yang ada di hadapanku, dia terlihat terkejut, sesaat kemudian dia tersenyum dan menarik tanganku untuk masuk ke ruangannya yang terlihat nyaman.

"Kapan kamu datang? Kenapa tidak bilang denganku? Ah, aku pikir kamu tidak akan mau menemuiku," ucapnya seraya mempersilahkan aku duduk. Dia duduk di sampingku.

"Aku baru tiba kemarin. Aku segera terbang ke sini begitu aku membaca ­e-mail terakhirmu. Maaf aku baru membacanya beberapa hari yang lalu. Aku tidak tahu kamu sudah mencoba menghubungi sejak beberapa minggu yang lalu," sahutku sambil menatap mata birunya.

"Tidak apa, kamu pasti sangat sibuk. Pekerjaanmu bagaimana kalau kamu ada di sini sekarang?"

"Sebuah kebetulan. Aku ada urusan di sini. Seharusnya bulan depan aku berangkat ke sini tapi, kamu yang membuatku memajukan jadwalku."

"Haruskah aku tersanjung? Ada urusan apa kalau aku boleh tahu?"

"Aku membuka café di sini. Kebetulan ada sebuah toko yang sudah bangkrut, tempatnya aku beli dan aku ubah menjadi café. Kamu sendiri kenapa ada di New York?"

Akhirnya kami saling bercerita tentang kehidupan kami masing-masing setelah berpisah. Sewaktu menghilang dariku, dia pergi ke Paris, setahun di sana, kemudian dia ke Amerika dan kuliah lagi untuk menyibukkan diri. Dia yang anak seorang pengusaha kaya asal Inggris, lebih memilih untuk menikmati hidupnya sebelum membuat dirinya terkurung dalam rutinitas dunia kerja.

"Rain, kenapa kamu mau menemuiku?"

Aku terhenyak mendengar pertanyaannya. Aku mengulur waktu menjawab pertanyaannya dengan meminum minumanku secara perlahan. Dia menatapku lembut, menunggu aku mulai bicara.

"Aku ingin memastikan sesuatu," jawabku datar. Aku berusaha menekan emosi yang bergejolak dalam diriku. "Tentang rasaku dan rasamu. Tentang apa yang pernah terjadi antara kita," imbuhku.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Setelah kamu pergi, aku mencarimu tanpa tahu bahwa hari itu juga kamu sudah pergi menuju Paris. Saat itu aku benar-benar merasa kehilanganmu. Setelah sekian bulan bergelut dalam keputus-asaan karena tidak bisa menemukanmu di setiap sudut kota, aku memutuskan kembali ke Indonesia dan memulai kehidupan baru dengan hati yang hancur tak karuan. Saat itu juga aku membenci diriku sendiri karena telah menyakitimu, orang yang begitu besarnya mencintaiku.

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang