36. I'm Yours

11.5K 823 114
                                    

Aku memandang perempuan yang sedang khusyuk menghisap rokok yang diapit jemarinya itu dalam diam. Sesekali dia letakkan rokoknya di asbak yang sudah hampir penuh di samping laptopnya dan dia memainkan jemarinya dengan lincah di atas keyboard laptopnya. Terkadang senyum tipis terukir di wajahnya diiringi dengan hisapan yang mendalam, asap rokok memenuhi mulut hingga rongga dadanya. Angin yang berhembus pelan membawa pergi asap rokoknya menjauh. Entah sejak kapan dia merokok, yang pastinya aku baru saja mengetahuinya. Satu hal lagi yang aku tahu tentangnya.

Aku tidak pernah tahu dia merokok karena saat berada di dekatnya bukan bau rokok yang tercium tapi wangi parfumnya. Mungkin parfum itu untuk menyamarkan bau rokok di pakaian dan badannya. Mungkin dia juga rajin membersihkan mulutnya untuk alasan yang sama.

"Tolong buatkan kopi dong," pintanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Entah apa yang terpampang di layar itu sampai dia begitu fokus. Aku meletakkan cangkir tehku di atas meja dan berdiri melewati sisinya hendak menuju dapur. Saat aku berjalan di sisinya, dia sontak menarik tanganku dan membuatku mendekatinya. "Ada apa?" tanyaku seraya menundukkan kepalaku memandangnya. Dia masih memandang layar laptopnya namun melingkarkan tangannya di pinggangku sejenak kemudian melepaskannya. Aku mengernyit heran dengan sikapnya kemudian segera berlalu masuk meninggalkannya sendirian di balkon.

Saat aku sedang membuatkan kopi untuk Rain, tanpa aku sadari seseorang memasuki dapur dalam diam. Entah apa yang aku pikirkan sampai aku tidak menyadarinya sampai seseorang itu bersuara mengagetkanku. "Jangan terlalu banyak air, dia suka yang agak kental kopinya," ucapnya sambil mengambil air minum dari dispenser. "Eh gitu ya? Makasih, Kak Ocha," sahutku sambil tertawa canggung. Antara kaget dan malu. Dia tertawa melihatku yang makin salah tingkah.

"Kamu jadi menginap?" tanyanya seraya bersandar di kulkas.

"Memangnya dia akan mengizinkan aku pulang jam segini kalaupun memang aku ingin?" sahutku sambil tertawa kecil.

Kak Ocha turut tertawa, "Sudah pasti tidak."

Aku memperhatikan sebungkus rokok yang ada di tangannya. Kak Ocha merokok juga ternyata. "Merokok juga, ya?" gumamku tanpa sadar.

"Kenapa, Ra?" tanya Kak Ocha mengagetkanku.

"Eh? Tidaak kenapa. Anu itu..Kakak merokok juga, ya?" tanyaku malu.

"Iya. Aku merokok sejak SMA. Sama halnya dengan Rain. Kamu pasti baru tahu ya? Selama ini kami memang hanya merokok kalau sedang di rumah, saat santai. Kami bukan perokok berat yang harus selalu merokok. Makanya juga tidak banyak yang tahu tentang ini. Aku rasa tidak penting juga orang lain tahu, benarkan?" ucapnya padaku dan kalimat terakhirnya seolah memberi penekanan bahwa aku tidak boleh menceritakan ini pada orang lain. Aku menganggukkan kepalaku sambil menjawab iya yang disambut dengan senyum oleh Kak Ocha.

Aku berjalan membawa kopi Rain menuju balkon diiringi Kak Ocha yang kemudian membantuku membuka pintu. Aku meletakan cangkir kopi Rain di atas meja kemudian berdiri canggung. Aku tidak mungkin langsung duduk begitu saja karena ada Kak Ocha. Takut dikira kurang ajar dengan yang lebih tua. "Duduk saja, aku lebih suka berdiri," ucap Kak Ocha padaku seolah mengetahui kebimbanganku. Rain hanya menatapku sekilas kemudian mengambil kopinya dan meminumnya dengan gayanya yang elegan. Aku duduk dengan perlahan di tempatku semula.

Kak Ocha dengan rokok yang ujungnya sudah menyala dan mengeluarkan asap yang meliuk kemudian hilang dihembus angin, berdiri di belakang Rain sambil menatap layar laptopnya. Sementara Rain menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menggamit rokok di antara jemarinya. Sudah rokok keberapa itu?

"Teman-temanmu?" tanya Kak Ocha.

"Iya. Mereka sedang membahas Mike yang akan menikahi pacarnya bulan depan."

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang