Setelah sekian bulan dia pergi tanpa kabar, tanpa pamitan, sekarang dia muncul tanpa memberi tahu, dan malah bawa perempuan asing? Aku yakin pasti itu yang namanya Abigail. Sepintas melihat juga sudah pasti tahu dia itu bule. Tinggi, dengan kulit yang berwarna putih pucat. Rambutnya yang blonde tergerai indah menutupi punggungnya. Dia sangat cantik.
"Wih, bos sama siapa tuh? Bulenya cantik banget," tukas Dicky sambil memperhatikan ke arah meja Rain.
Aku melirik ke arah Dicky dan Agung yang sibuk menilai bule itu. "Mirip artis yang itu tuh, duh siapa namanya, lupa aku," ucap Agung sambil memejamkan matanya mencoba mengingat sesuatu, "itu loh yang main di Pirates of the Caribbean, yang ceweknya itu," imbuhnya.
"Ohhh iya iya mirip ya, Keira Knightley!" seru Dicky.
"Nah iya itu, Keira. Mirip kan, cuma yang ini rambutnya pirang," tukas Agung.
Berisik!
Aku memperhatikan Rain yang sedang ngobrol dengan Abigail. Sesekali Rain melirik ke arahku. Biar apa sih? Dia sengaja, ya? Ingin menunjukkan padaku kalau itu pacarnya? Ingin membuatku cemburu? Ingin membuatku sakit hati? Kamu berhasil, Rain. Tapi, aku tidak akan menangisi kamu. Aku sudah cukup sering menangisimu semenjak kamu pergi tanpa pamit dan tanpa kabar. Setidaknya kamu sekarang bahagia dan baik-baik saja, itu sudah cukup buatku.
Aku menghabiskan sisa jam kerjaku dengan mengobrol bersama Agung, Dicky, dan Putri. Mereka inilah teman-teman yang selalu berhasil membuatku merasa lebih baik.
"Eh, malam ini jadi nih kulineran?" tanya Agung. Sekarang kami jadi punya agenda kulineran malam setelah pulang kerja.
"Makan soto sampah yuk, yang dekat tugu," sahut Putri.
"Eh boleh tuh, aku belum pernah mencobanya. Bagaimana, Ra?"
"Aku sih oke saja," sahutku.
"Dafa bagaimana? Kira-kira dia mau saja kan? Dia kan pemakan segala gitu," tukas Dicky. Mereka sampai tahu dengan kebiasaan Dafa yang memakan apapun asal bisa dimakan, 11-12 dengan Anti, teman kostku.
"Nah itu tahu jawabannya. Dia sih ikut saja kemana pun," sahutku sambil tertawa pelan.
Obrolan-obrolan ringan bergulir. Bahasan mereka tidak jauh dari makanan. Hingga tiba waktunya pulang. Aku melirik meja Rain, mereka masih di sana. Kali ini Mas Reno juga bergabung dengan mereka, entah sejak kapan dia ada di sana.
Aku keluar menuju parkiran berbarengan dengan teman-temanku. Sementara mereka mengambil motor masing-masing, aku berjalan menghampiri Dafa. Aku melihat mobil Rain masih terparkir dan dia berdiri di belakang mobilnya berdua dengan Ocha. Mereka melihat ke arahku yang kini ada di hadapan Dafa. Aku segera memalingkan wajahku.
"Hey, sudah siap?" tanya Agung yang kini motornya ada di sampingku. Aku bergegas naik ke atas motor Dafa. "Yuk lah jalan," sahutku. Aku tidak tahu apakah Rain masih melihatku atau tidak. Entah dia peduli atau tidak, aku juga tidak tahu.
***
"Sejak kamu pergi tanpa kabar, Yara sepertinya dekat dengan laki-laki itu," ucapku seraya memperhatikan Yara yang sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Setahuku itu aki-laki yang dulu selingkuhin Yara. Aku dulu pernah melihat Yara dijemput laki-laki itu. "Itu mantannya kan?" imbuhku. Rain diam saja memperhatikan.
"Mungkin dia kesepian dan laki-laki itu yang ada menemaninya," sahut Rain datar nyaris tanpa emosi. Ini orang tidak ada rasa cemburu gitu?
"Tidak apa-apa memangnya?" tanyaku penasaran.
"Asal dia bahagia," jawabnya.
"Kalau dia bahagia, kamu rela kehilangannya?"
"Kenapa aku harus menghalangi kebahagiaannya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You (GxG)
General FictionPeringatan : Tidak disarankan untuk yang emosian 😈 Yang penasaran dengan cerita masa SMA dari dua tokoh di cerita ini bisa baca karya berjudul Denial. ➷ 29 Juli 2017 ➹ 1 Februari 2019