Park Yoora POV
Dialah Min Yoongi. Seorang sunbae yang selalu menyiksaku dibalik gelarnya sebagai asdos. Kini dia sedang sok sibuk di mejanya yang entah benar-benar melakukan pekerjaannya atau hanya bermain-main saja dengan komputernya.
Aku adalah Park Yoora, mahasiswa semester satu jurusan Teknik Arsitek di Universitas Seoul. Semester pertama setiap mahasiswa Teknik Arsitek harus mengambil mata kuliah Menggambar Teknik. Mata kuliah itu diampu beberapa asdos, dimana satu asdos mewakili 5 mahasiswa. Dan beruntungnya aku mendapat asdos paling mahal nilai, temperamen, sok cool, dan putih seperti mayat hidup, Min Yoongi.
Entahlah, sejak awal Yoongi sunbae seolah membully ku di depan yang lain. Aku selalu berusaha yang terbaik pada setiap tugas yang dia berikan. Tapi dia tak pernah puas atas segala tugas yang aku kerjakan. Kalau boleh sombong, aku termasuk jajaran siswa pintar jaman SMA dulu. Untuk mata kuliah yang lain pun para dosen selalu senang karena tugas dan pekerjaanku selalu berhasil dengan baik. Kesimpulanku, dia memang membenciku secara personal. Aku sendiri pun tak tahu kenapa!
Setiap seminggu sekali ketika kami harus mengumpulkan gambar, aku selalu pulang terakhir. Alasannya selalu sama, gambarku selalu tak beres. Dan aku harus menggambar ulang, di laboraturium ini, hingga selesai. Alhasil, setiap Rabu aku selalu pulang malam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan aku masih sibuk menarik garis pada kertas berukuran 1 x 1 m di laboraturium.
"Hhhhh, kapan selesai ya Tuhan?" gumamku. Sementara Yoongi sunbae tetap berada di tempatnya tanpa merubah posisi, bahkan ekspresi. Hanya tinggal kami berdua di laboraturium. Berhubung minggu ini gambarnya lumayan sulit, aku menghabiskan banyak waktu hingga sekarang belum selesai. Biasanya aku bisa menyelesaikan pekerjaanku sampai pukul 7 malam saja. Tapi sepertinya malam ini satu jam lagi baru selesai.
------------
Author POV
Yoora melangkahkan kakinya mendekat kepada Yoongi dan menyerahkan gambarnya. Tanpa kata dan tetap dalam ekspresi datar, Yoongi menerima tugas Yoora kemudian langsung memeriksanya.
"Masih belum beres. Gambarmu masih perlu dibenahi," suara berat Yoongi terlontar, diikuti perasaan Yoora yang semakin berat.
"Kurang di bagian mana, sunbae?" Yoora memberanikan diri bertanya.
"Gambar lagi. Mana ada bangunan bengkok seperti ini?" Yoongi menunjukkan gambar Yoora yang hanya kurang lurus saja.
"Oh,, Ya ampun. Ini tinggal aku hapus dan aku benarkan menggunakan penggaris kan, sunbae." pinta Yoora mulai kesal.
"Kau pikir bangunan bisa dihapus dan dibenarkan kalau sudah jadi?" seperti biasa, Yoongi tak pernah mau kalah. Sorot matanya tajam menusuk Yoora yang berdiri mematung di depannya.
Awalnya Yoora hampir menangis karena asdosnya ini begitu kejam. Tapi setelah setengah semester, hatinya kebal. Teriakan Yoongi tak menyiutkan hatinya. Dia hanya perlu bertahan pada mata kuliah ini untuk setengah semester ke depan.
"Kenapa sunbae selalu membedakanku dengan yang lain? Padahal yang lain gambarnya bahkan lebih buruk dariku, tapi tidak kau paksa untuk menggambar lagi."
Kali ini Yoora berani berontak pada sunbaenya yang kejam itu.
"Oh, jadi kau pikir gambarmu lebih baik daripada mereka?" Yoongi kini berdiri menghadap kepada Yoora yang masih mematung di depannya.
"Aku merasa ini tidak adil. Kau tidak pernah meluluskan tugasku langsung seperti yang lain. Apa aku sebodoh itu? Apa sebenci itu kau kepadaku sunbae!!?" Yoora kini berani menatap Yoongi yang daritadi menusuknya dengan tatapannya.
Tatapan itu sungguh mematikan. Seperti menancapkan ribuan jarum pada jantung Yoora. Yoora mencoba mengendalikan diri walaupun sekarang degupan jantungnya mulai tidak teratur.
"Kalau kau memang bodoh, bagaimana!?" Yoongi mengeraskan suaranya yang berat. Rupanya pria berkulit putih pucat itu telah mendekatkan dirinya ke Yoora. Sontak Yoora kaget dengan teriakan sunbaenya. Tapi ini memang resikonya jika melawan sekecap saja ucapan Yoongi sunbae.
Park Yoora POV
"Aku selalu berusaha yang terbaik, sunbae. Bahkan setiap mata kuliah, nilaiku selalu bagus. Aku tak mengerti kenapa hanya di mata kuliah ini aku terlihat bodoh. Sebenarnya yang bodoh siapa?" aku benar-benar berani mati sekarang, persetan dengan kelanjutan mata kuliah ini.
"Terbaik? Gambar begitu saja kau bilang kau paling baik? Hah?" Yoongi sunbae terenyum sinis padaku. Oke, aku sekarang benar-benar marah. Dia memang membenciku. Jadi untuk apa aku bermanis-manis lagi di depannya.
"Ya! Min Yoongi!!! Aku tak mengerti mengapa kau seperti ini padaku. Tapi kau tahu? Kau benar-benar tidak profesional! Aku tahu aku tak sebodoh itu!" kataku sambil berteriak tepat di depan wajahnya, tentu saja aku sambil mendongakkan kepala, bagaimanapun dia lebih tinggi dariku.
"Mwo???!!!" Yoongi sunbae kaget dengan perlawananku. Persetan, dia benar-benar membuat darahku mendidih.
"Kau rupanya tak ingin lulus mata kuliah ini, Park Yoora!!!!!" Yoongi berteriak sangat keras, hingga aku memejamkan mata karena kaget.
"Persetan dengan mata kuliah ini! Aku bisa mengulangnya semester depan, tahun depan, atau tahun depannya lagi agar aku tak menghadapi asdos sepertimu lagi!"
"...."
Duuuarrrr....,
Gelegar suara petir dari gedung seolah menyambar seluruh kota Seoul. Rupanya diluar hujan. Oh tidak, aku sangat benci malam yang hujan disertai petir.
"Ini tugasku! Aku tak peduli kau meluluskannya atau tidak, aku tidak mau mengulanginya lagi!!!" aku melemparkan kertas yang sudah kugambari itu ke meja kerjanya. Sebelum Yoongi sunbae bertambah kasar, aku bergegas meninggalkan laboraturium. Aku sungguh lelah.
Greb,....
Tangan Min Yoongi tiba-tiba menarik tanganku dengan kencang, membuatku menghentikan langkah.
"Weeee??!!!" aku menoleh padanya ketus.
Tapi aku tak mendapatkan jawaban, justru Yoongi sunbae menarik tanganku lebih kencang sehingga kini wajah kami berjarak hanya beberapa cm saja. Aku masih memandangnya dengan tatapan benci. Aku menangkap bahasa matanya menyiratkan kemarahan yang besar untukku. Matanya merah, kupingnya merah. Ya, setidaknya ada bagian yang tidak lagi sepucat mayat hidup.
"Apa maumu, Min Yoongi-ssi??" tanyaku tak lagi dengan berteriak. Dia masih mempertahankan posisi kami yang sangat dekat berhadapan. Bahkan nafasnya bisa aku rasakan menerpa wajahku.
Aku merasakan gedung ini seperti akan runtuh ketika Yoongi sunbae tiba-tiba mendaratkan bibirnya ke bibirku. Ya, dia menciumku! Bibir yang kenyal dan lembab. Ah, tidak. Ini tidak boleh terjadi.
Author POV
Yoongi tenggelam dalam ciuman yang dia mulai sendiri. Gemuruh di dadanya semakin terpacu, apalagi gadis ini telah memenuhi pikirannya selama 2 minggu ini. Kini Yoora berada di pelukannya, sedang menikmati lumatan-lumatan yang dia berikan. Perlahan Yoora mulai membalas kecupan Yoongi. Merasa mendapat lampu hijau, Yoongi memperdalam ciumannya pada Yoora. Tak lama kemudian lidah mereka berperang, saling bertautan menambah panasnya malam ini.
Tangan Yoongi sudah bertamasya ke punggung Yoora. Merasakan tubuh ramping Yoora dari luar sweaternya. Perlahan tangan itu berpindah ke pinggang Yoora ketika tangan Yoora mengalung pada leher Yoongi.
Tiba-tiba Yoora menghentikan kegiatan mulut mereka ketika nafas Yoongi sudah menggebu. Si pria pucat sudah memandang Yoora dengan tatapan sendu. Bibirnya memerah, lembab, dan sedikit bengkak karena 'perang' dengan bibir Yoora.
"Aku rasa ini tidak benar, Sunbae," ucap Yoora sambil menundukkan kepalanya, seperti takut membalas tatapan Yoongi yang sudah sangat bernafsu.
Yoora meloloskan dirinya ketika kekangan tangan Yoongi mulai melemah. Yang dia lakukan selanjutnya hanya berlari, keluar gedung, sejauh mungkin dari Yoongi. Tidak peduli lagi bagaimana menakutkan petir dan hujan di luar sana. Karena tatapan Yoongi dengan penuh lust adalah paling menakutkan.
------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]
FanfictionMenceritakan kisah pendek (oneshoot) bangtan. Bagaimana jika mereka menjadi pria dengan karakter tertentu? Warning, karena ini No Child !!!! #18 btssuga out of 514 stories #26 btsjimin out of 669 stories #13 btsjhope out of 266 stories #1 btsjin ou...