Daddy : Jung Hoseok (2)

3.1K 149 0
                                    

Malam semakin larut dan suasana semakin canggung kurasakan. Semoga Hoseok tidak berpikir hal yang sama, karena aku tahu dia masih menikmati drama yang kami tonton. Posisi kami sudah semakin dekat, sampai tangan Hoseok merangkul pundakku dan menyandarkan tubuhku pada dadanya. Kami sudah seperti pasangan pada umumnya. Cuddling, berada di bawah selimut yang sama, dan menonton drama. Aku sudah kehilangan fokus sejak sadar bahwa aku telah bersandar di dada Hoseok, hingga sekarang Hoseok yang memegang handphoneku karena aku sudah menjatuhkannya beberapa kali.

"Kau mengantuk?" tanya Hoseok. 

"Hmmm, sepuluh menit lagi dramanya selesai," kataku sambil menunjuk waktu sisa di layar handphone. 

"Oh, oke.... kita selesaikan ini dulu lalu istirahat," katanya. Aku lupa bahwa drama yang kami tonton adalah drama komedi romantis. Jadi tidak hanya adegan komedi yang kami saksikan. Sepuluh menit terakhir adalah adegan romantis yang jika aku menonton sendirian mungkin sudah baper bukan main. Yang membuatku semakin canggung, adegan sepuluh menit terakhir adalah adegan ciuman yang sangat manis. Oh bukan, tapi cukup panas. 

Aku sudah tidak mendengar suara tawa Hoseok lagi, tapi bisa merasakan nafasnya yang berhembus pelan menyentuh bagian sisi wajahku. Aku ingin sekali melihat bagaimana ekspresinya menonton adegan ini bersamaku, dalam posisi sedekat ini denganku. Apa dia sama canggungnya seperti yang aku rasakan, atau tetap cool seperti biasa? Semua yang ada di Hoseok tiba-tiba membuatku penasaran. Kuberanikan diri menoleh ke belakang, melihat raut wajahnya.

Rasanya ingin merutuki diri sendiri ketika mata kami saling menatap saat aku menoleh ke belakang. Wajar sih, Hoseok langsung menatapku yang tiba-tiba menatapnya.

"Ada apa, Sooyoung-ssi?" tanya Hoseok sambil menatapku.

"Oh, tidak apa-apa. Hanya saja, aku sudah mengantuk," kataku begitu saja.

"Ok, mari kita tidur kalau begitu," kata Hoseok. Kami masih berhadapan dan tiba-tiba saja hening. Aku tidak pernah saling menatap sedekat ini dengan Hoseok sebelumnya. Semakin aku menyadari posisi kami yang terlalu dekat, dadaku semakin berdebar tak karuan. Tidak sulit rupanya melihat sisi Hoseok sebagai pria bagiku. Seperti inilah, ketika aku bisa mencium aromanya yang hangat dan segar, dia benar-benar membiusku dengan tatapannya.

"A-aku mau ke toilet dulu," ucapku membuyarkan tatapan keheningan kami. Hoseok mengangguk dan melepaskan tangannya yang daritadi di pundakku. 

Aku menggunakan waktuku sebaik-baiknya di toilet untuk menenangkan diri. Jujur saja, aku sedikit salah tingkah. Membayangkan bahwa kami akan tidur di ranjang yang sama malam ini. Tiba-tiba aku menginginkan Hana berada di antara kami agar aku dan Hoseok tidak salah tingkah jika hanya berdua seperti ini. Aku masih bingung apa yang harus aku lakukan setelah ini. Tidur membelakanginya, atau terus di toilet berpura-pura sakit perut hingga Hoseok tertidur, lalu baru menyusulnya? 

Tapi jika aku menghindarinya, kami tidak akan pernah memiliki waktu berdua. Atau aku harus mengajaknya mengobrol saja sampai benar-benar mengantuk? Tapi bukankan tadi aku sudah mengatakan padanya bahwa aku mengantuk, alih-alih menghindari sikap salah tingkah karena adegan ciuman di drama yang kami tonton. Ah, aku mengusak kepalaku frustasi. 

Hoseok tidak sesederhana pria-pria yang aku temui sebelumnya. Dia melihatku sebagai guru. Kemungkinan besar dia memiliki respect yang lebih terhadapku. Mungkin juga dia sulit melihatku sebagai wanita, sama seperti aku yang awalnya kesulitan melihat dia sebagai seorang pria. Memiliki romansa dengan orang tua siswa tidak semudah yang aku bayangkan. 

Aku menghembuskan nafasku dengan perlahan dan panjang, memejamkan mata, dan menenangkan diri. Apa yang harus aku lakukan berikutnya itu ya terserah Hoseok. Apakah kami akan mengobrol, atau langsung tidur... Aku hanya akan melihat bagaimana sikapnya. Lalu kulangkahkan kakiku menuju keluar kamar mandi, kembali ke kamar Hoseok. 

Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang