Bad Habits : Min Yoongi (2)

4.4K 215 2
                                    

"Kau belum tidur?" tanya Suga sesaat setelah membuka pintu studio Yoora. Tidak ada jawaban. Yang dilihatnya hanyalah Yoora yang duduk di kursi yang mengarah ke seperangkat komputer dan membelakanginya. Suga kemudian mendekat. Mulai terlihat surai Yoora yang terikat ke atas kepalanya, bergerak gerak seiring kepalanya mengikuti irama musik yang didengarnya melalui earphone yang melekat ditelinganya. Suga mengangkat miring bibirnya, menunjukkan bahwa dia sedang tersenyum tipis melihat tingkah Yoora yang menurutnya imut dan menarik. 

Yoora selalu apa adanya. Mengenakan sweater kebesaran dan legging serta kaos kaki, karena tubuh mungilnya tak pernah kuat menahan dingin. Dengan rambut yang diikat berantakan, serta wajah polos yang tanpa make up. Jangan lupakan fakta bahwa ada kantung mata yang menghiasi wajahnya yang sebenarnya menarik. Itu karena dia hidup seperti Suga yang tak pernah tidur malam. 

Sekitar 10 menit Suga mengamati tingkah Yoora dari belakang. Tangannya masih memegang handuk sambil mengeringkan rambutnya. Beberapa menit lalu Suga telah benar-benar terbangun dari mabuk kecilnya dan mandi. 

Yoora menghentikan kegiatannya tiba-tiba ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya. Sweaternya yang kebesaran membuat pundaknya sedikit terekspos dan tangan itu dengan sukses menyentuh kulitnya langsung. 

"Suga?" Yoora melepas earphonenya dan merasakan Suga tepat berada di belakangnya. 

"Hmmm," jawab Suga lalu tiba-tiba melingkarkan tangannya pada leher Yoora, memberikan back hug kecil. Tentu saja perlakukan Suga itu membuat Yoora kaget bukan main. Biasanya tak ada kontak fisik apapun di antara mereka. Kini bahkan nafas Suga dapat dia rasakan berhembus tepat di belakang daun telinganya. 

"Terimakasih telah menjagaku selama ini," ucap Suga tak biasa. Tangannya makin erat melingkari leher Yoora dengan posisinya yang masih membungkuk, karena Yoora yang duduk di kursi.

"O-ohh," jawab Yoora dengan tubuh yang tiba-tiba kaku. Sentuhan dingin tiba-tiba dia rasakan di belakang telingan kanannya. Bibir Suga mencium kecil belakang daun telinganya. Hal itu membuatnya berdebar tak karuan. Yoora mulai curiga, apakah Suga bisa membaca perasaannya selama ini. Tapi mengapa baru sekarang? Kenyataannya, wanita itu hanya bisa terduduk kaku sambil memejamkan mata. Tubuhnya merinding menyadari bahwa leher dan kepalanya dikuasai tangan Suga sekarang.

Kepala Suga bergerak ke depan, sejajar dengan Yoora. Kini pipi mereka bersentuhan, dengan tangan Suga yang tak melepaskan leher Yoora. 

"Apa yang kau kerjakan?" tanya Suga. Seperti memiliki kepribadian ganda. Apakah ini Suga? Yoora sama sekali tidak mengerti. 

"H-hanya mendengarkan lagu, mencari inspirasi," jawabnya terdengar bergetar. Yoora sama sekali tidak berani menggerakkan wajahnya. Menyadari Yoora yang gugup, Suga tersenyum. Dia justru menggosokkan manja pipinya pada pipi Yoora, membuat wanita itu semakin salah tingkah. Mungkin wajah Yoora sekarang sudah semerah tomat.

"Kau Suga kan?" Yoora melontarkan pertanyaan aneh. Itu membuat Suga menolehkan wajahnya ke Yoora. Hingga akhirnya hidungnya menyentuh lembut pipi Yoora yang masih terdiam kaku. 

"Tentu saja, aku Suga. Aku bisa menjadi pria imut yang selalu ingin kau belai rambutnya ketika tidur."

Yoora POV

Oh damn, berarti dia tahu bahwa aku membelai rambutnya tadi. Berarti dia juga tahu bahwa aku mengecup kecil keningnya tadi. Ok Yoora, kini sekarang kau siap menerima balasannya. Tapi apa? Mengapa dia tidak marah? Mengapa dia justru bertingkah imut. Oh God, bahkan kini hidungnya telah menyentuh pipiku. Tangannya yang melingkari leherku berpindah ke kedua sisi wajahku. Suga memegang erat wajahku, lalu dengan mantap mencium pipiku. Seperti seorang dewasa yang gemas mencium pipi balita. 

"Kau imut sekali," ucapnya lagi, masih berada beberapa centi dari wajahku.

"Suga, kau masih mabuk? Tapi tidak biasanya kau begini saat mabuk," tanyaku menuntaskan keanehan di dirinya. Aku lalu membalikkan kursi putar yang kududuki. Kini wajah kami berhadapan. Tampaklah wajah Suga yang tentu saja sedikit lebih segar karena selesai mandi. Rambutnya yang sedikit basah, dan tersenyum smirk memandangku. Oh damn, dia sangat seksi dengan gaya seperti ini. 

Yang bisa kulakukan saat ini hanya tetap duduk di kursiku, dengan kedua tangan yang tak tahu harusnya kemana, hanya memegangi pinggiran kursi putar. Wajahku yang masih dalam kuasa Suga. Namun kali ini tangannya tak lagi memeganginya. Kedua tangannya memegang kedua sisi kursi putarku, mencegah kursi ini untuk tidak bergerak. Aku tak bisa merasakan tatapan apa yang kuberikan pada Suga sekarang. Yang jelas sekarang dia menatapku lekat, mengoreksi setiap sudut wajahku, lalu berhenti di bibirku.

Benar saja, beberapa saat kemudian bibirnya menyentuh lembut bibirku yang mengatup gugup. Mustahil di usiaku yang kini 25 tahun baru merasakan ciuman pertama. Namun Suga yang kini menciumku seolah membuatku merasa seperti itu. Bibirnya yang memberikan sentuhan lembut, seperti membuatku beku. Aku masih tidak percaya bahwa seorang Suga bisa menyentuh bibirku selembut ini. 

"Mwo???" Suga melepaskan ciumannya ketika sadar aku tak segera membalasnya. Dia memandangiku tak terima. Kemudian tangannya memaksaku untuk berdiri. Membaca raut wajahku yang masih bingung, Suga kemudian melingkarkan tangannya ke pinggangku. Tubuh kami akhirnya sukses tak berjarak. 

"Kau tak tahu cara berciuman?" tanyanya. Aku hanya ber oh, seperti orang bodoh. Dengan sigap kemudian dia membimbing tanganku untuk mengalung di lehernya. Oh shit, dia memang benar-benar Min Suga yang tanpa basa-basi. Yang dilakukan sekarang kembali mencium bibirku, lebih erat. Kali ini aku membalasnya. Dengan sadar, tanganku mulai bergerak di antara rambut coklatnya. Aku bisa merasakan kelegaan dalam senyuman Suga dalam ciuman kami. 

Tentu saja bukan karena aku tidak bisa berciuman, hanya saja Suga yang kurasa memiliki kepribadian yang berbeda, membuatku terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa karena masih tidak percaya. 

****

Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang