Posesif : Kim Taehyung (1)

4.5K 198 4
                                    

Matahari sudah tenggelam sejak beberapa menit yang lalu. Puluhan ribu lightstick menghiasi Marvell Stadium. Para wanita berteriak memuja 7 pria yang kini berjingkrak di panggung. Aku salah satunya. Magic Shop berhasil membuat air mataku tak henti menetes. Sebenarnya sudah sejak pertama mereka muncul tadi rasanya jantungku ingin meledak. Apalagi ketika sosok pria berambut biru itu muncul untuk menyapa. Kim Taehyung.

I have a big crush dengan Taehyung. Oke, pastinya bukan aku saja. Masih banyak jutaan wanita selain aku yang juga memiliki cinta yang luar biasa padanya. Dari fisiknya sudah terlihat jelas dia itu pria yang mudah dipuja. Garis hidungnya tegas, tidak seperti orang korea pada umumnya. Matanya yang besar dan tajam, seolah bisa menusukmu hingga ke sendi-sendi ketika bertatapan dengannya. Bibir dan lidahnya yang sering berulah di stage, ARMY pasti tahu bagaimana ekspresinya ketika di panggung. Aku juga sering memperhatikan jari-jarinya yang panjang, membayangkan bagaimana tangan itu menggandeng tanganku. Iya, aku memang segila itu. Tidak ada yang salah dengan imajinasi kan. Lagipula aku tidak sepenuhnya berimajinasi, karena kami pernah melakukannya. Karena aku adalah mantan pacar Kim Taehyung.

Tidak usah aku ceritakan bagaimana aku bisa berpacaran dengannya. Karena yang membekas hingga sekarang adalah bagaimana kami berpisah. Aku yang meninggalkannya. Tapi jangan mengira bahwa aku memiliki orang lain atau semacamnya. Tentu saja aku tidak sejahat itu. Aku harus meninggalkan Korea bersama keluargaku. Aku masih ingat bagaimana matanya yang tajam memancarkan kemarahan ketika aku mengatakan akan pergi ke Sydney untuk pindah bersama keluargaku.

Taehyung itu posesif. Kau harus dan akan menjadi budak cinta ketika berpacaran dengannya. Aku telah mengalaminya. Bagaimana aku harus mengabarkan padanya setiap waktu tentang apa yang akan aku lakukan, dimana, dengan siapa. Jika bisa, mungkin Taehyung akan merantai tangan kami hingga aku selalu ikut kemana dia pergi. Apakah aku tertekan? Tentu tidak, pada awalnya. Dia menguasaiku dengan caranya. Taehyung membuatku mengabulkan apapun keinginannya, membuatku mengenal dunianya, dan ikut masuk dalam kehidupannya. Dan anehnya, aku bahagia. Karena dia juga melakukan hal yang sama. Hanya saja, aku tahu diri, dia itu BTS. Dan aku? Hanya mahasiswi biasa.

Menjadi member BTS yang memiliki jadwal padat untuk orang seposesif Taehyung, membuatku masih memiliki waktu untuk diriku sendiri. Jadi ketika dia sibuk, aku juga memiliki waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Percaya atau tidak, level protektif seorang Kim Taehyung adalah, dia akan menungguku menyelesaikan tugas, di depannya. Dan itu tak pernah bisa. Tugasku tak pernah tuntas jika ada Kim Taehyung. Lucu bukan? Harusnya pada kasus berpacaran dengan artis, akulah yang annoying. Tapi ini sebaliknya.

Karena aku mencintainya, tentu saja aku mengerti. Dia hanya ingin aku menghabiskan waktuku bersamanya. Dia jarang ada waktu. Makanya ketika ada waktu, Tae akan memintaku terus di sampingnya. Aku benar-benar berpacaran dengan pria posesif seutuhnya. Puncaknya adalah ketika orang tuaku harus mengajakku pindah ke Sydney, mau tidak mau aku harus mengikuti mereka.

Taehyung pernah menawarkan pekerjaan padaku, supaya aku bisa tetap di Korea. Jangankan bekerja, hidup sebagai pacarnya dan budak cintanya saja mungkin aku bisa hidup dengan layak. Tapi bagaimana, aku juga memiliki orang tua yang protektif. Prinsip mereka adalah, tidak melepaskan anak gadis di bawah 25 tahun. Oke bye, maka perpisahan terjadi.

Terakhir kali aku bertemu dengan Taehyung adalah 2 tahun yang lalu, di Korea. Pertemuanku terakhir itu tidak terlalu menyenangkan. Kami bertengkar hebat hingga aku tak tahu lagi emosi macam apa yang merasuki kami. Setelah aku di Sydney, kami lost contact. Aku mengganti nomor handphone tentu saja, dan tidak mengabarkan dia. 

Aku mencintainya, sangat. Hanya saja aku berpikir logis, tidak mungkin kami bersama lagi waktu itu. Jadwalnya yang menggila, kesuksesan yang luar biasa, dan kami harus LDR? Aku yakin Taehyung tidak bisa melakukannya. Singkatnya, aku putus asa untuk kembali padanya. Aku tidak menemukan dia berusaha mencariku. Atau mungkin dia mencariku, tapi tak menemukanku. Entahlah... Tapi memang selama kami berpacaran, dia tak begitu mengetahui tentang duniaku. Karena aku yang harus masuk ke dunianya.

Aku merindukan Taehyung, sangat merindukannya. Karena itulah ketika BTS konser di sini, aku tidak mungkin melewatkannya. Aku hanya akan melihatnya dari kursi penonton ini, di antara puluhan ribu gadis yang memujanya. Aku akan menjadi orang biasa untuk Taehyung, yang mendukungnya sebagai fan girl.

"Sydney is a special place for me. There is something that i have been missed in here," ucap Taehyung tiba-tiba. Waw, dia tidak mengetahui bahwa aku di sini kan? Tentu saja tidak. Dia pasti mengucapkan kata-kata itu di setiap konsernya. 

Matanya berkaca-kaca ketika layar besar memunculkan wajahnya yang terharu melihat kilauan armybomb. Tentu saja sorakan army semakin kencang. Apalagi ketika matanya berputar, mengelilingi setiap sudut kursi penonton. Seolah dia mengabsen para wanita yang kini menggilainya. Daripada sombong dan bangga, aku melihatnya sebagai keharuan yang sangat besar. Taehyung itu suka dicintai. Dia pasti sedang berbesar hati sekarang. Syukurlah.

****

Konser BTS masih 2 hari lagi di Sydney. Tapi aku hanya menonton di hari pertama saja. Setelah konser malam itu aku tidak bisa tidur. Selain pulang pagi, bayangan Kim Taehyung menghantuiku hingga tak memberiku kesempatan untuk memejamkan mata. Kukira rinduku akan terobati. Tapi justru bertambah parah. Sepertinya aku akan menjalani hari-hari ini dengan sisa tenaga yang habis untuk merenungi Taehyung. Aku yang meninggalkannya, aku harus menanggungnya. Sangat sakit rasanya melihat dia bahagia, tanpa aku.

"Nona Kim, anda terlihat lesu. Anda sakit?" Sapa seorang penjaga Myer Shop tempatku bekerja.

"Hanya kurang tidur," jawabku.

"Wah, tumben anda melewatkan weekend dengan party."

"Bukan. Aku hanya melihat konser BTS."

"Wah, oh iya! Pasti menyenangkan weekend kemarin. Sayangnya aku sudah tidak kebagian tiket."

Aku tersenyum, bangga sekali dengan BTS yang tiketnya bisa habis dalam waktu 2 jam untuk konser 3 hari. Seandainya aku masih bersamanya. Ah, sudahlah.... Toh nyatanya kami masih bisa hidup dengan layak dan bahagia walau tak bersama. 

Aku mengerdipkan mataku, rasanya perih dan kering. Sangat berat untuk bekerja di hari senin ini. Aku lalu memeriksa barang-barang di toko dan mengecek administrasinya juga. Beginilah pekerjaanku, berkeliling mall memeriksa Myer Shop di seluruh Sydney setiap senin. Aku akan diikuti 2 orang lainnya yang disebut asisten.

Saat kami memeriksa etalase tas, datang beberapa orang sebagai rombongan. Dari wajahnya, mereka pria asia. 2 orang wanita berada di antara rombongan itu. Kami tersenyum pada mereka yang baru datang. Tumben sepagi ini di hari senin, para turis sudah berbelanja di Myer.

"Kim Yoona...," ucap sebuah deep voice yang rasanya dejavu. Menanggapinya, aku reflek mencari sumber suara. Rasanya membeku melihat siapa yang memanggil namaku. Seorang pria dengan pakaian serba hitam. Hanya satu yang berwarna lain, rambutnya biru.

"Kim Taehyung?" balasku ketika melihat sosok yang kusebut namanya di antara rombongan. 

Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang