Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]

Crush : Kim Taehyung (1)

He is my crush forever. Selalu ada orang yang seperti itu dalam hidup kita. Aku memilikinya bahkan sejak sekolah dasar. Seseorang yang ingin kau hindari tapi di saat yang sama, kau juga merindukannya. Orang yang bisa membuatmu tersenyum sepanjang hari hanya karena tidak sengaja berpapasan di jalan. Orang yang bisa membuatmu lupa makan seminggu karena dia memberikan komentar emoticon di postinganmu. Orang itu adalah Kim Taehyung.

Mungkin aku memang gila. Banyak yang menyebutku seperti itu. Bahkan mantan pacarku sendiri, Jungkook. Ya, segila itu aku pada Kim Taehyung hingga semua mantanku tahu bahwa aku menyukainya sejak SD. Awalnya aku hanya berpikir, oh aku hanya menyukainya. Sebatas itu. Bahkan hal ini dijadikan lelucon oleh teman-temanku. Aku tidak malu mengakui pada teman-temanku bahwa aku menyukai Kim Taehyung. Tapi anehnya, aku masih bisa berpacaran dengan pria lain dan bahagia. Aku seperti memiliki ruang sendiri untuk Taehyung di hatiku, tanpa mengganggu hubunganku dengan para mantan pacarku. 

Tidak ada sesuatu yang menyebabkan aku dan Taehyung memiliki komunikasi yang berarti. Kami bukan teman SMA, bukan teman kerja. Kami hanya murni teman satu sekolah dasar. Cukup konyol menyadari bahwa aku menyukai dia bahkan sebelum aku dewasa. Aku kira perasaan ini akan menghilang seiring berjalannya waktu. Nyatanya aku bisa menjalani kehidupan dengan normal dan berpacaran dengan pria lain seperti teman-temanku. Aku mencintai kekasihku ketika sedang berkencan dengan seseorang. Tapi percaya atau tidak, ketika Taehyung tiba-tiba muncul dengan sederhana, aku bisa saja tidak tidur beberapa hari karena memikirkannya. 

Aku masih ingat betapa aku berantakan ketika mengetahui Taehyung berkuliah di universitas yang sama denganku, tepat saat kami wisuda. Ya, sejarang itu aku berkomunikasi dengannya. Sampai aku tidak tahu bahwa kami satu almamater. Waktu itu rasanya hatiku hancur berkeping seperti ditinggalkan seorang kekasih yang sudah memacariku 10 tahun. 

Kalau dipikir, tidak ada yang istimewa pada diri seorang Taehyung dibanding mantan-mantanku. Dia memang tampan. Tapi nyatanya, aku pernah berpacaran dengan Seokjin yang tampannya luar biasa. Kalau cerdas, Namjoon mantanku juga lebih cerdas dibanding Taehyung. Badan bagus? No, Jungkook memilikinya. Dan berpacaran dengan pria-pria superior tidak membuatku melupakan Taehyung. 

Teman-temanku mengatakan bahwa aku hanya masih penasaran dengan pria bernama Kim Taehyung itu. Aku hanya belum pernah mengungkapkan perasaanku saja padanya hingga aku menggilainya sampai sekarang. 

"Coba kau katakan apa yang kau rasakan. Beruntung kalau dia menerimamu, kau akan menjadi kekasihnya. Kalau tidak, kau tidak akan menyukainya lagi seperti sekarang," kata Sooyoung waktu aku menangis tersedu karena baru tahu bahwa aku dan Taehyung satu almamater tepat di hari wisuda kami. 

Mulai saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri. Ketika Taehyung muncul lagi di hidupku, dia harus tahu bahwa keberadaannya sangat mengusik perasaanku, aku harus mengatakan bahwa aku menyukainya. Aku tidak peduli apakah saat itu aku memiliki kekasih atau tidak. Aku bisa meninggalkan kekasihku untuk Taehyung, aku sudah tidak peduli. Sekarang aku sudah mendekati 30 tahun dan tidak lucu untuk menyimpan perasaan yang meletup-letup seperti ini. 

Aku baru saja putus dari Jungkook setelah 2 tahun kami berpacaran. Alasannya apa? Mungkin bosan. Aku dan dia sudah tidak merasakan bahagia ketika bersama. Yah, banyak yang mengatakan aku bodoh karena melepas pria seperti Jungkook. Tapi bagaimana lagi, kami sudah tidak bisa saling membahagiakan sekarang. Aku juga tidak menginginkan ini. Aku sebenarnya serius menjalani hubungan dengan pria yang lebih muda 3 tahun dariku itu. Tapi aku tidak bisa jika kami bertahan walaupun sama-sama sudah tidak saling membahagiakan. Untukku, sebuah hubungan harus terus hidup. Dan kami putus dengan baik-baik.

"Kalau hidupmu lebih membosankan tanpa aku, kau bisa datang setiap saat padaku, noona. Aku selalu ada untukmu," kata-kata Jungkook masih tergiang saat kami memutuskan untuk tidak bersama lagi.