Classmate : Jimin (3)

3.6K 157 7
                                    

Jimin membuka matanya ketika Haewon melepaskan tangan kekarnya yang melingkari tubuh wanita itu. Rupanya malam telah berganti pagi. Dengan selimut yang membalut tubuhnya, Haewon membereskan dirinya di kamar mandi. Jimin dapat melihat Haewon cukup kesusahan melangkahkan kakinya, karena wanita itu baru pertama kali melakukannya dengannya. Mengingat itu, Jimin menepuk kepalanya sendiri. Merasa dirinya sangat kejam, merebut kegadisan Haewon begitu saja. Tapi itu bukan tanpa alasan. Jimin memang memiliki perasaan spesial pada gadis itu.

"Haewon, kau butuh bantuan?" tawar Jimin ketika wanita itu meringis melangkah ke kamar mandi. 

"Tidak, aku tidak apa-apa," ucapnya lalu menghilang ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama Haewon membereskan dirinya. Beberapa menit kemudian dia keluar kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi seperti semalam sebelum Jimin menikmati tubuhnya. 

"K-Kau, mau kemana?" tanya Jimin melihat Haewon yang hendak pergi.

"Tentu saja bekerja. Aku harus mempersiapkan konser kalian nanti malam," ucap Haewon begitu biasa. Jimin sukses melongo. Apa artinya malam yang panas semalam? Kenapa Haewon memiliki sikap yang seolah tidak terjadi apapun? Padahal jelas Haewon memberikan yang pertamanya untuk Jimin.

"Kau... Haewon-ah, maafkan aku. Kau tidak berniat menghindariku kan?" Jimin menggenggam tangan Haewon yang hendak mengambil handphone di meja nakas. Sementara pria itu masih bersembunyi di balik selimut, masih tanpa pakaian.

Haewon menghentikan gerakan tubuhnya ketika Jimin menggenggam tangannya, memaksa mata mereka untuk bertatapan. Wanita itu menghembuskan nafas yang panjang, seolah menenangkan dirinya.

"Jimin, jujur saja sekarang aku sangat bingung. Aku harus bagaimana menghadapimu selanjutnya," kata Haewon dengan tatapan yang cukup serius. 

"Tentu saja, kita berkencan," jelas Jimin.

"Tidak semudah itu. Aku harap aku tidak menyesal dengan apa yang kita lakukan semalam, Jim," kata Haewon lalu melepas tangan Jimin. Dengan langkah yang cepat, Haewon meninggalkan kamar Jimin, membuat pria itu kacau bukan main.

"Haewon?" ucap Jin yang tepat berada di depan pintu kamar Jimin ketika Haewon keluar.

"Oh, hai Jin oppa," balas Haewon, sambil menyembunyikan salah tingkahnya. Tapi Jin bisa membacanya. Ketika Haewon akan menutup pintu kamar Jimin, Jin menahannya.

"Aku kebetulan mau ke kamar Jimin," kata Jin kemudian sambil terus menahan pintu kamar Jimin agar tidak terkunci. Setelah pamit, Haewon lalu pergi meninggalkan kamar Jimin.

Jin lumayan terkejut mendapati Jimin yang masih duduk melongo di tempat tidurnya. Melihat Jimin yang topless, Jin yakin tidak ada apapun yang menutupi tubuhnya itu kecuali selimut.

"Jimin, kau tidur dengan Haewon?"

Jimin tidak terlalu kaget dengan Jin yang tiba-tiba di depannya. Pikirannya tengah kacau sekarang, karena Haewon. 

"Hyung, apa aku sedang dicampakkan?" pertanyaan Jimin membuat Jin mengerutkan alisnya.

"Haewon semalam bersamaku dan terlihat baik-baik saja. Tapi pagi ini, dia pergi begitu saja."

"Wah, Jimin... Kau memang tidak waras. Bagaimana kau bisa meniduri seorang staff?" protes Jin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hyung, kau tahu dia teman SMA ku. Jin hyung, aku harus bagaimana?"

"Ya, kenapa kau tanya padaku? Harusnya kau tanya juniormu, kenapa bisa dia melakukan itu pada teman SMA mu?"

Jimin semakin pening dengan olokan Jin yang sama sekali tidak menenangkan.

***

Haewon POV

Yang harus aku lakukan sekarang adalah menghindari Jimin sejauh mungkin. Setelah kegiatan di Jepang berakhir, aku harus kembali menjadi MUA TXT. Bukan, aku tidak menyesal melakukannya dengan Jimin. Hanya saja, sulit untukku tidak berharap lebih. Dan itu tidak mungkin untuk seorang Park Jimin of BTS. Aku tidak mau menjadi orang yang menghalangi kehidupannya. Hidupku sudah cukup kacau, aku tidak mau menjadi tambah kacau karena berurusan dengan Park Jimin yang tidak mungkin kuraih.

Aku sudah berusaha menghindarinya hari ini, tapi sialnya, lagi-lagi hanya dia yang menunggu di make up. Jimin sedang duduk dan memainkan handphonenya seperti biasa dengan memakai kaos hitam dan celana leather hitam. Oh god, melihatnya seperti itu saja sepertinya mataku sudah bisa menembus pakaiannya. Bagaimana keindahan tubuhnya semalam, membuatku tidak fokus.

"Haewon, apa yang kau lakukan? Lihatlah Jimin, hanya dia yang belum siap. Bisa bantu dia make up?" sentak seorang staff MUA senior padaku. Aku hanya bisa mengiyakan lalu melangkahkan tubuhku mendekati Jimin.

Jimin kaget ketika aku tiba-tiba di depannya. Dia hanya menatapku, tanpa bicara apapun. Seolah memeriksa setiap ekspresi wajahku yang kurasa kini datar dan kubuat sebiasa mungkin. 

"Haewon...," panggilnya lirih.

"Lebih baik kau diam, Jim. Kau tak tahu seberat apa aku menghindarimu hari ini," kataku geram sambil terus mempoles wajahnya. Jimin mengatupkan mulutnya, mengisyaratkan bahwa dia akan diam. Oh my god, sungguh cute jika dia begini. Ingin rasanya mencubit pipinya. Tapi no, aku hanya akan menahan diriku.

Tanpa disadari, wajah kami kini berhadapan. Tanganku masih menyentuh wajahnya untuk mengapply make up. Jimin masih diam sambil terus menatapku. Sungguh rasanya sangat gerah diperlakukan seperti ini. Aku merasa terintimidasi Jimin.

Mataku melotot karena tiba-tiba bibirnya mengecup singkat bibirku ketika wajah kami lumayan dekat. Otomatis aku menghentikan tanganku yang bekerja di wajahnya. Jimin malah tersenyum puas. Dia benar-benar gila.

"Wah, Jimin.... Kalian berkencan?" tanya Namjoon yang ternyata melihat Jimin mengecup singkat bibirku. Kata-kata Namjoon membuat member BTS dan para staff yang tidak jauh dari kami, menoleh ke arahku dan Jimin. Dengan sigap, aku menjauhkan wajahku dari Jimin.

"Aku ingin berkencan dengannya, tapi dia mati-matian menghindariku hari ini," ucap Jimin.

Ingin rasanya aku mengumpat karena sekarang semua orang memandangi kami sambil menganga, tidak menyangka. Bukan seperti ini maksudku, Jimin. Aku sama sekali tidak ingin menjadi perhatian orang-orang dengan cara seperti ini. Aku tidak berharap memiliki kisah seperti di drama, pria kaya dengan wanita miskin. Hidupku sudah cukup berat untuk memiliki drama percintaan yang hanya akan membuatku semakin lelah.

"Ya, Haewon, kalian tidak apa-apa berkencan. Tapi tolong, Jimin... Jangan sembarangan berciuman karena kamera dimana-mana," kata Namjoon begitu santai. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya, lalu pergi. Para staff kembali ke kegiatannya masing-masing. Tapi aku yakin, mereka menyimpan banyak pertanyaan di kepala mereka tentang aku dan Jimin. Hidupku akan semakin kacau.

****

Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang