The Dancer : Jung Hoseok (1)

3.4K 145 0
                                    

Detak-detak sepatuku mengetuk-ngetuk jalanan Tokyo malam ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan aku masih ada janji dengan seseorang. Bukan janji yang penting dan formal. Hanya bertemu dengan seorang teman. Sebuah poster boygroup terpajang besar tepat di perempatan jalan ketika aku akan menyeberang. Gambar sekelompok orang yang dulu pernah sangat dekat denganku. Aku tetap tersenyum melihat 7 wajah tampan itu tersenyum di posternya. Bagaimanapun bersama mereka tetaplah waktu-waktu yang sangat menyenangkan. Mereka adalah BTS, iya, boygrup yang sudah sangat mendunia itu.

Namaku Lee Sooyoung, seorang koreografer dan dancer yang bekerja di Jepang. Aku perpaduan antara Jepang dan Korea. Beberapa kali aku terlibat dalam proyek BigHit sehingga aku bisa mengenal BTS cukup dekat. Aku menyumbang beberapa gerakan di Spring Day dan beberapa lagu di era HYYH. Sekarang? Sebenarnya mereka masih memintaku bekerja sama, hanya saja aku juga seorang dosen yang memiliki jadwal cukup padat. Karena itulah, malam-malam begini ketika Hoseok memintaku bertemu, aku mengiyakan. Kebetulan sesi kuliahku sudah selesai. Bukannya aku menyia-nyiakan kesempatan bekerja dengan BTS. Tapi ada hal yang membuatku tak begitu nyaman. Bekerja sama dengan BTS itu tidak mudah. Apalagi ketika seluruh dunia telah mengenalnya seperti ini.

"Hei.. Sooyoung!!" teriak Hoseok ketika mata kami bertemu. Kami janjian bertemu di tempat latihan seperti biasanya. Tapi kenapa dia sendiri? Biasanya Hoseok dengan Jimin atau Jungkook. Aku membalas sapaannya dengan senyuman dan lambaian tangan. Lihatlah betapa girangnya Hoseok. Kakinya berjalan cepat menghampiriku, lalu memelukku sangat erat. Okelah, kami sudah lama tidak bertemu. Aku pun merindukannya.

"Kau sendirian?" tanyaku setelah dia melepas pelukannya.

"Jungkook dan Jimin sedang keluar makan. Nanti mereka akan menyusul ke sini"

Hoseok mengajakku duduk di kursi sofa yg berada di pinggir ruangan ini. Inilah yang membuatku tak nyaman, pria inilah, yang bernama Hoseok. Dia salah satu alasanku untuk tidak mengambil proyek apapun dengan Bangtan sekarang. Karena dia semacam laki-laki yang mengusik perasaanku jika berada di dekatnya.

Hoseok itu pria idealku. Semua yang ada di dirinya, aku suka. Hidungnya yang tajam, rambutnya sekarang sedang berwarna hitam, tubuhnya memakai blazer hitam dan topi hitam, membuatnya semakin seperti boyfriend look. Semakin aku mengenalnya, semakin aku tenggelam dalam pesonanya. Bagaimana dia sangat berbeda ketika di stage, belakang stage, di depan kamera, dan ketika kamera off. Mulai dari sosok yang ceria, pencair suasana, hingga pantasnya dia menjadi seorang leader dan pria misterius dalam waktu-waktu tertentu. Menjadi dirinya sendiri, Hoseok sempat membuatku sangat gila. Candanya, seriusnya, bagaimana dia sangat smart, aku tidak bisa tidak gugup berada disekitarnya. Ngomong-ngomong, aku seumuran dengannya.

Aku menghela nafasku perlahan. Baiklah, aku hanya memiliki perasaan yang bertepuk sebelah tangan. Jangan sampai dia tahu dan tidak usah lama-lama berurusan dengan pria mahal ini.

Hoseok mengeluarkan minuman ringan lalu membukakannya untukku.

"Kau baru saja selesai bekerja?" tanyanya melihatku masih berpakaian formal.

"Iyaaaa tentu saja. Seharusnya aku sudah beristirahat di rumah," candaku lalu menyeruput Sprite kesukaanku dan Hoseok.

"Hahaha... Mian. Aku sangat ingin bertemu denganmu. Mencari waktu bertemu itu sulit sekali untuk kita."

"Bagaimana kabarmu, Sooyoung-ah?" tanyanya. Sumpah, ketika dia memanggilku dengan tambahan -ah saja rasanya sudah ingin pergi karena tak nyamannya menyimpan ketertarikanku padanya. Untung saja beberapa orang BigHit masih berlalu lalang di ruang ini.

"Hmm, baik-baik saja seperti yang kau lihat."

Hoseok tersenyum, kemudian menyibakkan rambutnya yang sedang bermodel belah tengah sehingga menampakkan foreheadnya yang cukup mematikan. Tunggu, oke, aku tak tahu kapan dia melepas topinya.

Selamatlah aku, Jimin dan Jungkook telah tiba. Mereka menyelamatkanku.

"Wah, noona...!" sapa Jimin lalu memelukku ringan. Jungkook juga menyapaku dengan high five. See?? Lihat perbedaan sapaan mereka. Oh iya, bisa jadi Hoseok merasa lebih akrab dengan memelukku erat, karena dia adalah member Bangtan pertama yang berdiskusi tentang koreo denganku.

Kami akhirnya menikmati suasana dengan mengobrol dan minum bir ringan serta camilan yang selalu ada di ruang latihan. Bersama mereka selalu menyenangkan. Mereka menghargaiku tapi juga tidak membuatku sungkan menjadi diri sendiri, kecuali, ya kepada Hoseok. Tidak mungkin aku menjadi diri sendiri, dengan mengaku bahwa aku sangat grogi dengannya.

Beruntunglah, karena Jungkook dan Jimin, aku bisa melanjutkan malam dengan lancar bersama mereka.

"Noona, kami sudah memiliki lagu untuk comeback selanjutnya. Bagaimana kalau noona mendengarkannya? Belum rekaman sih, tapi siapa tahu kami mendapat sumbangan gerakan lagi," pinta Jungkook dengan mukanya yang innocent.

"Jungkook, bisa kuperjelas, aku sedang tidak ingin berurusan dengan manusia seperti kalian," tentu saja itu hanya kukatakan dalam hati. Nyatanya di depan maknae bergigi kelinci ini, aku tidak bisa berkata tidak ketika dia menyodorkan handphone dan memutar lagunya untuk kudengarkan.

Lagu yang indah. Aku memejamkan mataku menikmati setiap dentum musiknya yang masuk ke telingaku. Mendengarkannya saja sepertinya tubuhku bisa bergerak dengan sendirinya. Aku lalu berdiri, meminta Jungkook memutar ulang lagunya. Tubuhku bergerak begitu saja mengikuti alunan musiknya.

"Yap, seperti itu. Bagaimana?" tanyaku setelah berhenti bergerak. Lalu Jungkook bertepuk tangan sambil melongo.

"Wah, aku suka gerakannya. Apa mungkin karena noona cantik ya?" ucapan bodohnya membuatku menjitak kepalanya begitu saja, diikuti kekehan Hoseok yang justru membuatku grogi lagi.

Jimin lalu memintaku mengajarinya lagi gerakan yang aku lakukan tadi. Yah, begitulah, mau tidak mau sepertinya akan ada proyek baru lagi di antara kami.

****

Tak terasa sudah 4 jam aku menghabiskan waktu bersama Jimin, Jungkook, dan Hoseok. Kulihat Jimin dan Jungkook sudah berbaring tak karuan di lantai, mungkin sudah sedikit mabuk.

"Kalian pulang ke hotel saja dulu. Aku akan mengantar Sooyoung," ucap Hoseok lalu diikuti anggukan Jimin dan Jungkook. Mereka berdua lalu berpamitan denganku. Melihat tingkah mereka setengah sadar seperti itu rasanya seperti ingin mengadopsi sebagai adik saja.

"Sooyoung, aku lupa kalau kunci mobil ada di hotel. Kita ke hotel dulu ya, kami menginap di hotel sebelah gedung ini."

Tentu saja aku mengiyakan. Rumahku memang di Tokyo, tapi bukan di kotanya. Pulang semalam ini lebih baik diantar, apalagi dalam keadaan setengah sadar seperti ini. Untung saja besok weekend, setidaknya aku tidak ada beban mengajar.

Aku mengikuti Hoseok berjalan keluar gedung, menuju hotel tepat di sebelah gedung. Tokyo itu kota yang hidup. Seperti tidak waktu untuk sepi, padahal sudah pukul 12 malam.

"Ouh, ya.. hati-hati, Sooyoung-ah!" ucap Hoseok ketika kakiku tersandung botol yang terbuang dijalanan. Aku memberikan bahasa tubuh 'oke, maaf'.

Mungkin pria ini sedikit gemas karena aku yang sudah hampir oleng karena sedikit mabuk, Hoseok lalu menggandeng tanganku begitu saja, cukup kencang. Aku tahu, maksudnya adalah biar aku tidak salah jalan lagi. Untung aku sedang tidak sadar 100 persen. Aku hanya bisa meringis, cengengesan.

Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang