Love in Canada : Park Jimin (2)

2.3K 129 0
                                    

Kim Dahyun POV

Iya aku tahu, Jimin itu baik. Karena itu aku sempat mengira dia juga memiliki perasaan yang sama, yang membuatku begitu agresif padanya dulu. Rasanya sangat tertampar ketika mengetahui Jimin menolak perjodohan kami karena dia memiliki kekasih. Tidak, aku tidak cemburu dengan kekasihnya. Hanya saja, please beri aku petunjuk bahwa dia bukan orang yang seharusnya aku sukai. Beri aku pagar aku tidak keblabasan mencintainya. 

Aku tidak menyesal menyukai dan mungkin juga telah mencintai Jimin. Karena Jimin lah aku bisa berubah menjadi orang yang lebih baik, mungkin. 

Aku tidak lagi berharap padanya ketika aku memutuskan meninggalkan Korea. Dan sekarang, ketika aku perlahan bisa menyingkirkannya dari pikiranku, dia justru datang padaku. Dengan sifat baiknya kembali, Jimin mengusik kembali perasaanku. 

Malam ini Jimin benar-benar menguji kesabaranku. Aku memenuhi permintaannya untuk datang bersama di acara makan malam perusahaan. Awalnya semua berjalan lancar, tapi entah mengapa dia tidak menghilangkan prasangka orang-orang bahwa kami berpasangan. Sudah kukatakan bahwa kami sempat dijodohkan beberapa tahun yang lalu. Dan perjodohan itu sudah jelas gagal karena Jimin menolaknya. 

Aku tidak keberatan jika orang-orang ini tidak mengetahui kegagalan perjodohan kami. Toh nanti lama kelamaan semua orang juga akan tahu bahwa aku tidak bersama Jimin. Tapi bukan berarti Jimin harus bersikap sangat manis kepadaku di depan semua orang saat makan malam. Mulai dari menggeserkan kursi untukku, menyuapiku, menggandeng tanganku, seolah dia berperan sebagai kekasihku. Karena hal itu pasti orang-orang mengira kami benar-benar berhasil dijodohkan. Aku kesal, karena aku tahu bukan ini kenyataan yang kami jalani. 

"Dahyun, kau marah?" tanya Jimin hati-hati padaku. Aku masih menatap jalanan dengan wajah yang kaku. Aku kesal, tapi aku tidak bisa marah pada Jimin. Kami sekarang berada di mobil, dalam perjalanan pulang dari makan malam perusahaan. Aku menghembuskan nafas panjang, berusaha menenangkan diri sambil menutup mata sekejap. Mungkin dia hanya tidak tahu bagaimana caranya mengatakan pada orang-orang bahwa kami bukanlah pasangan seperti yang mereka pikirkan. Baiklah, aku akan meredam kekesalanku sendiri seperti biasa. 

Aku merasakan jari jemari Jimin menyentuh tanganku yang bersandar di samping kanan tubuhku. Tangan kirinya menggenggam tangan kananku sementara tangannya yang lain masih memegang kemudi mobil. 

"Aku baik-baik saja, Jimin," ucapku lalu melepas tautan tangan kami. Aku sungguh tidak mengerti apa maksudnya dan dalam situasi apa aku sekarang ini. Aku hanya tidak ingin salah paham kembali, menganggap kebaikannya adalah perasaan yang lebih terhadapku. Wajar bukan, bahwa aku berusaha tidak terlalu terbawa perasaan walaupun aku sangat mencintai Jimin. 

***

Guyuran air hangat dari shower cukup menenangkanku. Aku dan Jimin telah kembali ke rumah dan aku langsung menghambur ke kamar mandi untuk membereskan diri. Mungkin aku sudah menghabiskan waktu 30 menit di bawah guyuran shower ini, sambil melarutkan air mataku yang masih saja tak berhenti menetes. 

Sikap Jimin membuatku sangat sedih. Aku seperti memiliki harapan kembali tapi jelas-jelas itu tidak mungkin. Aku tidak suka menjadi seperti ini. Berharap pada sesuatu yang jelas tidak mungkin. Sikap Jimin bertolak belakang dengan kenyataan yang harus aku hadapi. Aku benci ketika dia kembali memberikan harapan padaku. Aku benci mengingatnya masih bersama Yoora, kekasihnya. 

Waktu menunjukkan pukul 1 malam ketika aku keluar dari kamar mandi. Aku merasa kakiku perih dan pegal. Malam ini aku memakai dress dan higheel yang sudah lama aku tinggalkan sejak hidup di Kanada. Aku memakai pakaian itu karena Jimin malam ini. Dan anehnya, kakiku tidak terlalu bersahabat dengan higheel sekarang. Terlebih aku tadi harus berjalan cepat karena kesal pada Jimin dan berjalan lebih dulu ke mobil. 

Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang