Musim gugur di bulan November, halaman kampus terlihat lengang. Seorang pria mengeratkan jaket tebalnya, menandakan bahwa tubuhnya kedinginan. Bibir tebal laki-laki itu mempout, sekali sekali menghembuskan napas menghalau hawa dingin. Pria itu bersandar pada mobil Porchenya di halaman kampus ekonomi Universitas Seoul. Pemandangan yang cukup keren yang dipersembahkan oleh seorang Park Jimin. Ayolah, siapa yang tak mengenal pria seksi yang juga pewaris sebuah perusahaan herbal terkenal di Korea.
Jimin menggosokkan kedua telapak tangannya sambil memandangi gedung jurusan ekonomi. Beberapa gadis yang lewat di depannya tidak menyia nyiakan kesempatan untuk menyapanya. Jimin rupanya terkenal ramah. Senyum sapaan yang terlepas dari bibirnya semakin membuat wanita-wanita itu menggila.
Berapa banyakpun wanita yang menginginkannya, bagaimanapun juga Jimin hanya memiliki satu wanita di hatinya, Kim Dahyun. Itulah mengapa sekarang Jimin di depan gedung kampus Dahyun. Bahwa Jimin dan Dahyun merupakan pasangan, juga telah terkenal di kampus mereka. Namun itu berakhir 5 bulan yang lalu. Hanya saja rupanya Jimin tak bisa move on dari seorang Dahyun.
Beberapa saat kemudian Dahyun keluar dari gedung kampusnya. Langkahnya terhenti ketika matanya bertemu dengan mata Jimin tepat di depan gedung. Pandangannya datar, tak ada senyum ramah yang dulu terukir. Rasanya dejavu. Wajah datar Dahyun tidak menghalangi Jimin untuk tetap menyapanya, mengukir senyumnya yang bahagia. Apalagi ketika wanita itu menghampirinya.
"Kenapa kau di sini?" tanya Dahyun masih tanpa ekspresi.
"Bisakah kita masuk ke mobil sebentar, aku kedinginan dari tadi menunggumu."
Walaupun mereka bukan lagi pasangan, Dahyun menurut saja. Gadis itu tahu pasti Jimin kedinginan cukup lama karena bibir pria itu membiru.
Bodoh, kenapa tidak menunggu di dalam kampus atau di mobil saja kalau kedinginan. Umpat Dahyun dalam hati. Batinnya seperti menjerit menyadari bahwa dirinya ada kembali dalam mobil pria yang pernah menjadi pacarnya 4 tahun itu. Wangi mobil yang masih sama. Sepertinya kehangatannya pun masih sama.
Dahyun mengangkat tangannya otomatis ketika tangan Jimin dengan sigap memasangkan seat belt padanya. Kepala pria itu tepat berada di depan dadanya, memasangkan sabuk pengaman untuknya. Rambutnya masih berwarna brown seperti kencan terakhir mereka. Wangi, dan Dahyun yakin pasti rambut Jimin masih lembut untuk di belai. Ingatannya kembali memutar bagaimana Jimin menghabiskan waktu membaringkan kepalanya di paha Dahyun dan wanita itu dengan penuh sayang mengusap lembut rambut mantan pacarnya itu.
Kenyataannya, dalam posisi seperti itu Dahyun hanya bisa menahan napas dan memejamkan matanya, menghilangkan segala kenangannya dengan Jimin yang sekilas terbayang. Jimin tak berani membalikkan wajahnya pada Dahyun. Momen romantis sebenarnya, tapi sekaligus awkward karena mereka bukanlah pasangan lagi sekarang.
"K-kau membawaku kemana?" Dahyun akhirnya melontarkan pertanyaannya ketika Jimin kemudian menjalankan mobilnya.
"Bisakah kau memasakkan untukku? Aku lapar sekali. Aku tak nafsu makan beberapa hari ini."
Dahyun terdiam. Apa maksud pria ini? Ingin melupakan bagaimana mereka telah mengakhiri hubungan mereka? Lalu mengapa sekarang.
"Kau bisa ke restoran korea kan?"
"Aku ingin makan denganmu, ingin makan masakanmu."
Menjadi seorang anak pemilik hotel membuat Dahyun belajar memasak. Bisa jadi itu juga bakatnya, karena kakaknya, Kim Seokjin juga pandai memasak. Karema itulah masakan Dahyun pantas saja dirindukan Jimin.
***
Jimin menghentikan mobilnya di depan sebuah minimarket.
"Aku tidak punya bahan masakan apapun. Kita belanja dulu ya," kata Jimin sambil bergegas melepas seatbelt Dahyun. Dengan sigap, Dahyun memberi isyarat bahwa dia akan melepas seatbeltnya sendiri.
"Aku sungguh tak tahu kenapa kau melakukan ini. Aku ingin melupakanmu, mencari pria lain lagi, aku tidak ingin berurusan denganmu." Dahyun mengumpat, namun tetap menuruti Jimin dan masuk ke dalam minimarket untuk berbelanja.
"Setidaknya anggap aku sebagai teman. Bagaimanapun juga, kita pernah bahagia saat bersama."
Pintar bicara, seperti biasanya seorang Park Jimin. Mereka berdua menelusuri etalase minimarket untuk membeli sayur dan beberapa bahan masakan. Pemandangan yang romantis, menurut orang lain. Dahyun yang imut dan memiliki tinggi yang pas dengan Jimin.
"Jimin, kau tahu, aku sedang mendekati Yoongi oppa. Aku tidak ingin kita ada hubungan apa-apa lagi," kata Dahyun membuat Jimin mempoutkan bibirnya.
"Lebih baik kau tidak merusak hubungan orang lain. Yoongi hyung sudah berkencan dengan Yoora sekarang."
"Sok tahu."
"Memang aku tahu."
"......."
Dahyun berusaha mendatarkan ekspresinya, namun tidak bisa. Jimin membaca raut muka Dahyun yang penasaran dengan apa yang dikatakannya barusan. Jimin tidak bohong. Beberapa hari yang lalu Jimin melihat Yoora yang keluar dari apartemen Yoongi dengan sweater Yoongi yang melekat pada tubuh wanita itu. Lagipula Yoongi bukan tipe orang yang membiarkan wanita masuk ke rumahnya. Jika Yoora bisa keluar dari tempatnya, hubungan mereka sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
"Kau belum pernah ke apartemen Yoongi hyung kan? Lebih baik pupuskan harapanmu dengannya," kata Jimin santai sambil mengambil beberapa jenis sayuran di depannya.
Dahyun hanya melihat Jimin dengan pandangan kesal. Memang sih, dia mendekati Yoongi karena putus dari Jimin. Jadi sebenarnya Dahyun masih belum mengenal betul sosok Yoongi.
****
Apartemen yang sama. Perabotan yang sama sekali tidak berubah. Warna abu dan biru mendominasi apartemen Jimin hingga suasananya yang selalu hangat. Aroma parfum Jimin merebak mengganggu ingatan Dahyun kembali. Dahyun memandangi sofa di ruang tengah, tempat mereka dulu cuddling sambil menonton film. Sofa yang menjadi saksi atas segala bentuk kehangatan yang mereka ciptakan dulu.
Dahyun menggelengkan kepalanya, membuyarkan kembali ingatan itu. Jimin tersenyum smirk melihat tingkah Dahyun, imut. Wanita itu menuju ke counter dapur untuk meletakkan belanjaan mereka. Dahyun melepas mantelnya, menggantungnya di gantungan yang tempatnya tidak berubah lalu mengganti sepatunya dengan sandal rumah berwarna pink yang dibeli Jimin khusus untuknya sejak dulu.
Ada kelegaan di hati Jimin. Dia merasa hidup kembali. Dahyun di apartemennya, bersamanya, akan memasakkan untuknya. Kehidupan yang sangat dia rindukan. Matanya tak berhenti mengikuti kemana Dahyun bergerak.
"Aku hanya memasakkanmu kan? Setelah itu biarkan aku pulang," kata Dahyun yang telah siap di depan counter untuk mempersiapkan bahan masakan.
Jimin memandangi Dahyun seperti memanahkan semua perasaan cintanya kembali. Bodoh sekali melepas wanita seperti Dahyun. Apalagi hanya dengan alasan LDR. 5 bulan yang lalu Jimin memutuskan Dahyun karena dia akan pindah ke Busan sementara karena magang. Konyol memang. Karena itu, Jimin terus menyesali keputusannya. Meratapi tiap malam tanpa ada seseorang. Menghabiskan waktu beberapa malam dalam seminggu di club, sama sekali tidak mengurangi ingatannya pada indahnya kebersamaan dengan Dahyun.
"Kau bantu saja aku di sini, jangan memandangiku seperti tidak bisa move on dari mantan," kata Dahyun yang tahu Jimin terus memandanginya. Bukan apa-apa, Dahyun sebenarnya grogi juga dipandangi terus menerus seperti ini.
Jimin tersenyum salah tingkah, lalu menghampiri Dahyun. Tidak tergambarkan betapa bahagianya dia sekarang. Persetan dengan status mereka yang bukan lagi pasangan. Yang jelas Dahyun ada di apartemennya sekarang, bersamanya menghabiskan hari.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]
FanfictionMenceritakan kisah pendek (oneshoot) bangtan. Bagaimana jika mereka menjadi pria dengan karakter tertentu? Warning, karena ini No Child !!!! #18 btssuga out of 514 stories #26 btsjimin out of 669 stories #13 btsjhope out of 266 stories #1 btsjin ou...