1. Maaf

9.6K 404 28
                                    

Saat mentari mulai muncul di celah jendelanya, Gadis yang mempunyai bibir yang tebal itu pun bangun dan mulai menyiapkan dirinya untuk sekolah. Ini hari pertamanya sekolah.

Sheila Anastaya dia gadis yang memiliki bibir tebal itu. Ia biasa dipanggil Shei. Dan teman-temannya sering melesetkan namanya dengan grup ternama di indonesia yaitu Sheila on seven.

Setelah selesai dengan perlengkapan sekolahnya. Sheila langsung turun menuruni anak tangga menuju ke meja makan yang sudah menampilkan orang tua dan ketiga kakak laki-lakinya itu.

"Pagi adek abang yang cantik." Sapa Ringga Syuhada. Kakak pertama shei.

"Wih udah cantik nih adek gue." Gunawan kakak kedua Shei.

"Berdiri mulu lo, sini gabung." Ferdi, kakak ketiga Shei.

"Juga. Duluan." ucap Shei berpamitan kepada mereka lalu pergi begitu saja. Shei menunggu angkot di depan halte. Tak berapa lama angkot segera datang menjemputnya. *ngenes amat.* angkotnya lumayan penuh. Sheila merasa sedikit sesak disana. Shei melihat sekeliling angkot. Terdapat 4 anak SMA, ibu-ibu yang membawa tas pasar badannya yang obsite. Jujur Shei ingin segera turun dari mobil itu.

Sesampainya di sekolah, Shei langsung masuk ke kelas dan kurang memperhatikan teman-temannya. Ya, menurutnya tidak penting juga.

"Baru nyampe lo?" tanya Salsa. Shei memutar bola matanya jengah.

"Untung gue sabar punya temen kayak lo. Yang punya hati batu." balas Vani.

"Apasih Van, lo mah ngomongnya kaya apaan tau!" sanggah Keisha.

"Abisnya gue gemes sama dia. Cuek banget sih jadi orang." ucap Vani.

"Berisik!" kali ini Shei yang angkat bicara.

-

Bel istirahat berbunyi. Sheila dan teman-temannya langsung pergi ke kantin. Sheila yang berjalan dengan muka datarnya, satu tangan di dalam saku rok. Membuat adik kelasnya segan untuk menyapanya. Ya meskipun Sheila itu cantik. Sangat cantik jika tersenyum.

"Kita duduk disini aja ya guys!" ucap Keisha. Yang lain mah nurut aja. Kini, bagian Vani dan Salsa yang pesan makanan.

"Kalian mau beli apa nih?" tanya Salsa.

"Es teh manis." ucap Sheila.

"Gue pengen batagor sama Es teh manis juga deh. Jangan terlalu pedes dan jangan terlalu banyak harapan. Karena sarapan lebih baik dari harapan." wew Keisha Curhat.

"Curhat neng?" tanya Sheila malas.

"Hehehe." Keisha nyengir. Sheila berdiri dari duduknya membuat Keisha kaget.

"Mau kemana lo?"

"Toilet."

"Mau ditemenin?"

"Gak." ucap Sheila, lalu jalan dengan santainya melewati Keisha. Toilet tidak terlalu jauh dari kantin. Cuma ngelewati satu tikungan doang. Saat Sheila hendak berbelok ditikungan itu, ada seseorang yang menabrak tubuh Sheila hingga oleng dan jatuh mengenaskan disana. Orang yang menabrak Sheila ngedumel, sibuk memarahi Sheila. Sedangkan Sheila berusaha berdiri.

"Heh kalo jalan hati-hati dong. Kan jadinya nabrak udah tau gue lagi buru-buru." cerocos cowok yang menabraknya itu. Sheila hanya menaikkan satu alisnya.

"Heh lo punya mulut kan? Minta maaf kek!" ucap cowok itu sedikit membentak. Sheila malas menjawabnya.

"Minta maaf susah amat!" kesal cowok itu.

Sheila mnyilangkan tangannya di dadanya. Sambil tersenyum sinis.

"Banci." ucap Sheila langsung pergi ngelewatin cowok itu yang makin kesal.

Sekarang, Sheila dikamar mandi mencuci wajahnya yang sedikit agak ngantuk. Baru pertama sekolah jadi kelas 11 sudah disuguhi kekesalan. Membuat Sheila kesal.

Setelah selesai, Sheila pun langsung ke kantin dan menghampiri teman-temannya itu. Salsa dan Vani sudah ada disana dengan makannan.

"Mana?" tanya Sheila kepada Salsa.

"Mana apa?" Salsa bingung.

"Ck. Es teh."

"Ohh makanya ngomong jangan nanggung gitu. Tuh ada." ucap Salsa.

"Bacot!" Sheila membayar es tehnya itu kepada Salsa dan langsung pergi membawa es teh manisnya itu pergi.

"Kemana lo?" tanya Vani.

"Halaman." balas Sheila.

Sheila pergi lagi, kali ini bukan ke toilet tapi pergi ke halaman belakang sekolah. Sheila suka kesepian. Entah turunan dari siapa Sheila bisa jadi sesosok gadis yang seperti ini. Tapi, semenjak ayah dan ibunya Sheila jadi seperti ini. Sheila menyeruput es teh nya sedikit demi sedikit. Saat sedang tenang, laki-laki yang tadi menabrak Sheila muncul di hadapannya. Mengganggu Sheila yang sedang memandangi jalannan. Laki-laki itu diam disana menatap Sheila dengan tatapan tidak suka.

"Gue masih ada urusan ya sama lo." ucap Laki-laki itu. Sheila hanya mendecak heran sama laki-laki keras kepala itu. Sheila malas menyahuti laki-laki itu.

"Lo gak kenal gue siapa hah?!" Sheila tersenyum meremehkan laki-laki itu.

"Gue Gavin, Gavin Putra Bramantyo. Pewaris tunggal sekolah ini." Sheila acuh. Tak ingin mendengar apapun darinya, yang diketahui namanya Gavin.

"Lo gagu hah?!" kesal Gavin.

"Apa susahnya sih minta maaf, lo udah nabrak gue tadi! Lo harus tanggung jawab."

"Lo bener-bener gak bisa ngomong hah!?"

"Berisik!" Satu kata yang keluar dari mulut Sheila.

"Akhirnya lo buka suara. Minta maaf gak!?" Sheila memutar bola matanya jengah.

"Yang nabrak siapa?" tanya sinis Sheila.

"Lo yang nabrak lah! Dan lo yang salah!!"

"Ohh."

"Ohh doang? Minta maaf gak?"

"Gak."

"Minta maaf."

"Gak!"

"Lo tuh batu apa? Apa sih! Gue heran sama lo. Cuma minta maaf doang lo gak bisa. Orang tua lo gak ngajarin lo kata maaf iya?"

"Gak usah bawa-bawa orang tua gue!"

"Kenapa? Benerkan? Keluarga lo gak punya etika yang baik kan. Udah gue duga!"

"Jangan merhatiin sifat orang lain. Perhatiin sifat diri lo sendiri dulu. Belum tentu sifat orang yang lo jelek-jelekin itu buruk!" ucap Sheila dengan aura dinginnya.

∆∆
Btw, Ceritanya gue ganti yak

Salam sayang❤

PERFECT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang