Vani dipanggil oleh gurunya setelah pulang sekolah untuk perbaikan nilai. Jika bukan karena orang tuanya yang ingin memasukannya ke Universitas yang mereka ingin, Vani tak mau repot-repot seperti ini.
Keisha dan Caca sudah pulang terlebih dahulu. Jadi, Vani berinisiatif mengajak Sheila lagi, dan menyuruh Sheila menunggunya.
Setelah dua jam, Vani kembali ke kelasnya. Dan, tak menemukan Sheila disana. Jadi, Vani mencoba mencari Sheila dikantin. Tapi, saat ia dikantin, Sheila tak ada juga disana.
"Apa Sheila pulang duluan ya?" gumam Vani.
"Gak mungkin, pasti kalo pulang dia bakal bilang dulu." Vani menghela nafasnya, dan mencoba kerumah Sheila. Sama saja hasilnya. Sheila tak ada disana.
"Sheila belum pulang, emang kenapa?" tanya abang Sheila yang sialnya ganteng banget. Kenapa Sheila punya abang seganteng ini dan tak mengenalkannya pada dirinya? Gak penting. Sekarang Sheila ada dimana.
"Ah nggak kak. Yaudah, permisi." ucap Vani yang langsung membalikan badannya.
"Eh tunggu." tubuh Vani meremang setelah mendengar suara abang Sheila yang seakan-akan ingin meminta penjelasan darinya. Vani menghela nafasnya, dan membalikkan lagi badannya.
"I-iya kak?" ucap Vani terbata-bata.
"Nama kamu siapa?"
Vani terbelalak kaget. Vani kira, dia bakalan minta penjelasan. Taunya cuma nanya nama.
"Vani kak."
"Saya Ferdi, kakak Sheila." ucap Ferdi dengan senyumannya membuat Vani ikutan tersenyum. Senyumnya manis banget.
"A-ah iya kak. Ka-kalo gitu, aku pulang dulu." ucap Vani langsung lari meninggalkan rumah Sheila. Ferdi menggelengkan kepalanya melihat tingkah Vani.
"Apa dia nemuin si jable di rooftop?" gumam Vani dengan raut wajah yang terkejut dan langsung mengendarai motornya kembali kesekolahnya.
Sekolahan mereka belum sepi. Soalnya ada anak osis serta ekskul yang masih ada disana. Ada juga anak-anak gabut yang sedang kumpul bersama.
Vani langsung berlari setelah sampai di sekolahan. Ia langsung menaiki tangga yang menuju rooftop dan membuka pintu rooftop yang ternyata dikunci. Vani geram bukan main atas tindakan Sheila yang dengan bodohnya menerima ajakan bocah tengil itu.
"Ck, kan udah gue bilang. Gak usah nemuin dia!" Kesal Vani pada Sheila yang tak mau mendengarkannya.
Vani menelpon Gavin dan menyuruhnya datang kesekolah. Bukan tanpa sebab Vani nelpon Gavin, Gavin yang punya sekolah ini. Jadinya, Gavin bisa menolongnya. Dan, jangan lupakan Fakta kalo Gavin itu pacar Sheila.
"Ngapain lo nyuruh gue kesini?" tanya Gavin bingung, pasalnya Vani itu jarang sekali menyuruhnya menemuinya. Bukan jarang lagi, malah tak pernah.
"Gue rasa Sheila ada di dalem, sama adik kelas tengil." ucap Vani.
"Emang kenapa?" tanya Gavin yanga maish belum konek.
"Lo gak takut dia di apa-apain?"
"Di apa-apain gimana? Mungkin mereka lagi ngobrol biasa. Udahlah, gak usah negatif thinking. Lo ganggu jam kerja gue aja." sahut Gavin hendak berbalik.
"Vin, emang wajar ngobrol biasa tapi pintunya dikunci gini? Lo tau gak sih, tadi si jable itu nabrak si Sheila dengan sengaja. Dan, muka senganya itu yang bikin gue khawatir. Apalagi, dia sama temen-temennya. Gue takut dia kenapa-kenapa. Gue, mau minta bantuan lo. Tolong buka pintu ini." ucap Vani dengan nada yang gregetan. Vani sedari tadi kesal, dan sangat ingin menampol Gavin.
"Iya, gue bukain." ucap Gavin. Dia menelpon satpam dan menyuruh satpam itu mengambil kunci cadangan rooftop.
Setelah beberapa menit, satpam datang dan membukakan pintu rooftop. Vani, dengan tak sabarannya langsung membuka pintu itu.
Vani dan Gavin melihat Sheila yang sudah terkulai lemas karena ditendang dan dipukuli oleh empat orang siswi. Gavin menatap mereka nyalang, tentu saja Gavin tak terima melihat kekasihnya di perlakukan seperti ini.
"Bangsat! Beraninya keroyokan lo anjing!" Vani kesal, ia langsung menendang salah satu dari empat siswa itu sampai tersungkur ke tanah. Lanjut menonjok perut yang lainnya, membuat mereka bertiga terjatuh.
"Maksud lo apa buat temen gue kaya gini hah?!" tanya Vani dengan emosi yang membara. Cewe, yang ia ketahui namanya Windy dilihat dari nametag.
"Gue cuma mau dia jauhin kak Gavin, tapi dia gak mau. Makanya gue kasih dia pelajaran." ucap Windy dengan tak berdosanya. Membuat Vani kesal dan menendang Windy sampai terjatuh.
"Melakukan tindak kekerasan kepada siswi yang bahkan tak punya salah apapun ke kalian? Bahkan, sampai ia tak sadarkan diri kaya gini? Tunggu surat pengeluaran dari sekolah ini. Dan, saya jamin. Kalian tidak akan bisa masuk sekolah mana pun." Final Gavin yang langsung menggendong Sheila yang sudah tak sadarkan diri.
"Mampus lo anjing! Orang gak punya sok sok an banyak gaya sih!" ucap Vani dengan senyum penuh kemenangan dan meninggalkan mereka yang sedang menyesali perbuatannya.
Gavin membawa Sheila kerumah sakit dan Vani ikut. Tentu saja Vani merasa bersalah, coba saja kalo Vani tak menyuruh Sheila menunggunya. Mungkin, kejadiannya gak akan seperti ini.
Keadaan Sheila benar-benar sangat mengkhawatirkan. Kepala yang berdarah, badan yang penuh dengan luka lebam. Mungkin, siswi tadi memukuli Sheila dengan sangat brutal.
Gavin dan Vani menunggu dokter keluar dari ruangan Sheila. Mereka juga menunggu teman dan abang Sheila dateng.
Beberapa saat kemudian, mereka datang dengan tergesa-gesa.
"Gimana ceritanya adek gue bisa disini?!" kesal Ferdi.
"Dia dipukulin adek kelasnya kak." sahut Vani. Gavin hanya diam, dia masih memikirkan keadaan Sheila.
"Ini pasti gara-gara lo kan?" ucap Ferdi menunjuk Gavin.
"Bukan k-" Vani tak melanjutkan kata-katanya, karena ia disuruh diam oleh Indra.
"Sebelum adek gue kenal sama lo, dia gak pernah kaya gini. Dia gak pernah sedih ataupun nangis, bahkan celaka. Dia gue jaga supaya dia gak celaka. Tapi, setelah gue percaya sama lo buat jaga Sheila. Lo malah bikin dia celaka?! Enak banget ya lo!?" Kesal Ferdi yang sekarang mencengkram bahu Gavin. Gavin memilih untuk diam.
"Apa ini yang lo mau? Liat adek gue menderita? Iya?" sarkas Ferdi. Gavin masih diam saja tak ada niat untuk membalas pertanyaan Ferdi. Ia masih memikirkan keadaan Sheila.
"Mulai sekarang lo jauhin adek gue. Jangan deketin adek gue! Lo berdua sekarang putus. Pergi dari sini dan jangan nunjukin batang hidung lo lagi!"
-
Guys gimana? :(
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT [Completed]
Teen Fiction[Private Acak, Follow dulu sebelum add cerita ini ya, Maafin] "Biarin gue galak, jutek, dingin. Bukan masalah lo juga kan!?" - Sheila Anastasya "Lo Jutek, gue suka. Lo beda dari cewek-cewek biasanya." - Gavin Putra Bramantyo. Enjoy with my story guy...