20. Bener

2K 104 6
                                    

"Bukan egois, tapi hanya ingin memilikinya seutuhnya, apa salah?"

-

Sheila sedang berdiri santai di Rooftop. Sheila tak habis pikir dengan sifat temannya yang ke kanak-kanakan itu. Hanya karena hal sepele bisa jadi seperti ini?

Sheila tau, dia egois. Namanya juga sudah terlanjur sayang mau gimana lagi? Sekali ini aja Sheila ingin egois. Ia tak ingin kejadian seperti dahulu terulang lagi. Sheila tak mau.

"Mah, Sheila kangen mamah." Ucap Sheila menatap langit.

"Sheila juga kangen papah."

"Sheila juga kangen kamu mbul." Ucap Sheila sembari menitikkan air mata.

Ya, ketiga orang yang Sheila sayang pergi gitu aja. Meninggalkan Sheila dan semakin membuat Sheila terpuruk dalam kondisi ini.

"Mbul, apa kabar disana? Ila kangen Mbul. Ila pengen nyusul Mbul ke singapore. Mbul udah sembuh belum? Ila kirim kabar lewat udara ya, semoga Mbul sembuh dan balik lagi ke Ila." Ucap Sheila sembari terkekeh geli setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Ila lagi di rooftop loh mbul, kalo Ila gak kuat tinggal lompat kok. Jadi, Ila gak akan sakit lagi." Ucap Sheila lagi.

Keadaan Sheila seperti orang gila sekarang. Ketawa sembari menangis, perih yang Sheila rasakan. Nyeri yang menyerang dadanya membuat Sheila sesak.

"Dulu, Keisha, Vani sama Caca sering kesini. Keisha yang sibuk nyengir sama hpnya. Vani yang lagi ngepoin artis atau trend model busana masa kini. Caca yang sering makan kuaci disini." Sheila menghela nafasnya.

"Tapi... Kenapa sekarang jauh banget rasanya? Bohong gue kalo bilang gak sedih, gak nangis. Nyatanya, gue ngerasa kehilangan mereka. Bukannya gue egois, tapi gue emang mau ngambil apa hak yang seharusnya gue milikin."

"Salah, kalo gue sayang sama Gavin? Salah, kalo hati gue pilih dia? Salah, kalo gue kangen dia? Salah, kalo gue pengen milikin dia seutuhnya? Salah, kalo gue pengen selalu sama dia? Apa salah?" Sheila Lirih.

"Gue cuma mau Gavin. Udah, itu doang." Ucap Sheila mengakhiri monolognya.

Perfect•

S

etelah mengatakan kalo Gavin pacarnya Sheila, Gavin langsung pergi mencari Sheila. Gavin sangat khawatir
Kepada Sheila. Gavin tau, kalo Sheila itu gak mungkin ngajak ribut kalo gak ada yang mulai duluan. Gavin juga tau, kalo Sheila gak mau ribut sama temen-temennya itu. Gavin juga tau kalo Sheila sangat sedih tak bisa berteman lagi dengan Keisha, Vani dan Caca.

Gavin pergi ke Rooptof tempat yang belum Gavin kunjungi. Dan benar saja, Gavin menemukan Sheila disana. Gavin mendengar semua kata demi kata yang Sheila ucapkan dari balik pintu. Meskipun tidak dari awal.

"Dulu, Keisha, Vani sama Caca sering kesini. Keisha yang sibuk nyengir sama hpnya. Vani yang lagi ngepoin artis atau trend model busana masa kini. Caca yang sering makan kuaci disini." Ucap Sheila yang Gavin lihat sedang menghela nafasnya.

"Tapi... Kenapa sekarang jauh banget rasanya? Bohong gue kalo bilang gak sedih, gak nangis. Nyatanya, gue ngerasa kehilangan mereka. Bukannya gue egois, tapi gue emang mau ngambil apa hak yang seharusnya gue milikin."

Gavin ragu untuk nyusul Sheila. Gavin rasa, Sheila butuh waktu sendiri. Tanpa gangguan darinya.

"Salah, kalo gue sayang sama Gavin? Salah, kalo hati gue pilih dia? Salah, kalo gue kangen dia? Salah, kalo gue pengen milikin dia seutuhnya? Salah, kalo gue pengen selalu sama dia? Apa salah?"

Saat Gavin berbalik badan hendak balik lagi ke kelas. Sheila mengatakan hal yang membuatnya terharu. Sheila menyebutkan namanya di kalimatnya. Gavin pun berbalik badan lagi.

"Gue cuma mau Gavin. Udah, itu doang."

Gavin memandang punggung Sheila. Sepertinya Sheila sudah berhenti ngomong. Gavin langsung menghampiri Sheila dan langsung memeluknya dari belakang. Yang membuat Sheila tampak kaget.

"Lo udah bener kok, lo gak salah apa-apa. Gue sayang lo. Lo juga sayang sama gue itu juga udah cukup buat buktiin kalo lo gak salah." Ucap Gavin. Sheila yang tadinya mau berontak, tak jadi. Malah hati Sheila meluluh ketika Gavin mengatakan itu.

"Gue tau Temen lo yang namanya Keisha itu suka sama gue. Dia cuma terobsesi sama gue. Gue juga tau, tapi sengaja gue diemin. Karena gue sayang sama lo." Ucap Gavin lagi.

"Vin, gue salah apa sama mereka." Ucap Sheila sembari membalikkan badan dan memeluk Gavin. Gavin membalas pelukan Sheila dan mengusap lembut rambut Sheila.

"Lo gak salah, temen lo aja yang ke kanak-kanakkan." Sahut Gavin.

"Gue pengen pulang." Ucap Sheila.

"Bolos?"

"Iya."

"Lo gak sayang sama abang-abang lo? Mereka yang biayain lo sekolah, masa lo mau bolos sih. Kasian abang lo udah biayain lo mahal-mahal, lo nya bolos."

"Tumben otak lo bener?" Ucap Sheila.

"Gue goblok salah, pinter salah. Coganmah serba salah ya." Ucap Gavin.

"Najis." Sahut Sheila sembari mendorong Gavin agar menjauh.

"Heleh, tadi aja lo bilang sayang. Sekarang malah bilang najis."

"Kapan?"

"Kepo. Ayo balik lagi ke kelas ah. Jangan disini mulu. Kesambet tau rasa loh." Ucap Gavin sembari menarik tangan Sheila.

Gavin menggenggam tangan Sheila di sepanjang perjalanan. Membuat mereka menjadi sorotan di saat itu. Padahal, itu sedang KBM. Mereka masih sempat-sempatnya lirik jendela.

Dengan seenak jidatnya Gavin masuk ke kelas. Padahal guru sedang mengajar di sana.

"Gavin! Sheila!" Panggil Pak Putra. Gavin dan Sheila berhenti.

"Kenapa pak?" Tanya Gavin.

"Seenaknya saja main masuk! Kalian gak sopan ya, udah tau ada guru! Salam dulu kek, salim dulu kek, ini malah main nyelonong masuk!" Ucap Pak Putra. Gavin menjulurkan tangannya. Pak Putra Bingung.

"Apa ini?" Tanya Pak Putra.

"Mau salim lah.  Emang mau ngapain? Jadi penghulu? Mana calon pengantin bapa? Mending bapak yang nikahin saya sama Sheila deh pak."

"Meskipun saya jomblo, saya banyak ngantri loh. Saya ini ganteng!"

"Gantengan saya pak. Jangan ngaku ganteng kalo gak masuk grup The BH." Ucap Gavin.

"Jelas sih itu mah." Ucap Indra.

"Kita ganteng sih jelas. The BH gitu loh." Ucap Fahmi.

"Jorok kalian ya!" Ucap Pak Putra sembari menjewer kuping Gavin.

"Apaan sih pak, jorok apaan? Kan emang nama geng kita The BH." Ucap Gavin mencoba melepaskan jeweran Pak Putra.

'The BH iku opo to?" Tanya Pak Putra.

"THE BOY'S HANDSOME!" ucap Gavin, Fahmi, Indra dan Reza yang emang mulai ikutan Gila.

"Selow, kalo gitu bapak join dong hehe.." Pak Putra malah cengengesan.

"Tadi aja ngejewer, sekarang malah pengen join. Untung udah tua, untung guru, untung belum nikah, untung jomblo." Gumam Gavin.

"Ngomong apa kamu?!"

"Dasar bangkotan hahaha." Ucap Gavin yang kabur sembari tertawa terbahak-bahak.

"Awas kamu ya! Gavin balik lagi kamu! Saya tendang ke Korea kamu jadi Idol disana, saya jadi sukses." Ucap Pak Putra antara mengata-ngatai sama mendoakan beda tipis.

-
Hello, apa kabar?

Vommentnya ya😘

PERFECT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang