Bel masuk berbunyi. Sheila sudah stay di bangkunya dia sudah bersiap diri untuk mengikuti pelajaran. Karena Sheila ingin belajar sungguh-sungguh kali ini. Ia ingin membanggakan kakak-kakaknya yang bekerja keras untuk dirinya.
Sheila sangat teliti mengerjakan tugas dari Bu Beti. Sehingga membuat Sheila mendapat pujian dari bu Beti. Sheila tersenyum simpul membalas pujian gurunya. Dan kemudian duduk kembali ke bangkunya.
-
Bel istirahat berbunyi, Sheila pergi ke kantin bersama Keisha, Vani dan Caca sahabatnya. Atas permintaan Sheila mereka duduk di bangku pojok. Karena Sheila males jika harus melihat orang-orang alay di kantin itu. Dan Sheila juga sadar, bahwa teman-temannya ini pun alay.
"Sheila, kemana aja? Caca kangen tau.." ucap Caca, Sheila hanya tersenyum simpul.
"Iya, lo kenapa? Kata Gavin lo demam?" tanya Keisha. Sheila mengangguk. Malas bila harus mengeluarkan suaranya hanya untuk hal yang sia-sia.
"Ohh, udah sembuh kan sekarang? Kalo Sheila gak ada Caca suka dibully sama Keisha sama Vani." ucap Caca. Sheila lagi lagi hanya tersenyum.
"Hay Cantik.." ucap Fahmi membuat mereka kaget. Sheila memutar bola matanya malas. Keisha dan Vani menatap Fahmi datar dan Caca sangat antusias dengan kedatangan Fahmi.
"Wahh kak Fahmii.. Sini duduk kak di samping Caca.." ucap Caca.
"Hehe iya Ca." ucap Fahmi yang sekarang duduk di samping Caca.
"Hay Sheila.." ini Gavin. Sheila mengeluarkan earphonenya dan kemudian ia pakai di telinganya supaya dia bisa tenang dan tidak bisa mendengar celotehan geng The BH yang tidak jelas.
"Ditolak Vin? Gimana Rasanya?" tanya Reza yang duduk disamping Vani.
"Ngapain lo duduk disamping gue? Mau modus ya?"
"Gue modus juga liat orang. Gak yang cabe macem lo." ucap Reza.
"Sialan!" kesal Vani.
"Gue ke toilet bentar." ucap Sheila pergi. Sebenarnya, Sheila tidak ingin pergi ke toilet. Hanya saja ia malas jika harus mendengar teman-temannya debat seperti itu. Membuat kepalanya pusing. Dan tak lupa juga, Gavin mengikuti Sheila.
Gavin mencoba mensejajarkan langkah kakinya dengan Sheila.
"Pelan-pelang dong jalannya." ucap Gavin. Sheila hanya mendengus kesal.
"Lo mau kemana sih?" tanya Gavin.
"Ngapain?" tanya Sheila.
"Ngapain apa?" tanya Gavin bingung.
"Ngikutin gue!" ucap Sheila.
"Ya, karena mau aja. Kan dimana ada Sheila disitu ada aa Gavin yang setia menemani neng Sheila." Sheila memutar bola matanya malas. Ia malas dengar gombalan Gavin.
"Shei, pulang sekolah ikut gue ya?" tanya Gavin membuat Sheila menoleh dan Berhenti berjalan kemudian duduk di taman belakang sekolah.
"Kemana?" tanya Sheila.
"Ke Kafe omnya si Reza. Gue mau ngeband disana sama mereka." ucap Gavin.
"Males." ucap Sheila.
"Ikut ya please?" ucap Gavin terkesan memohon. Entah mengapa, Sheila merasa kasihan melihat Gavin yang selalu ia jutekin. Dan entah mengapa juga kepalanya harus bergerak naik turun?
"Seriusan ini?" tanya Gavin kegirangan.
"Jangan sampe gue berubah pikiran!" kesal Sheila. Gavin refleks memegang tangan Sheila saking senangnya. Hingga ia tak sadar kalo Sheila itu orangnya tak mau di sentuh. Sheila memukul kepala Gavin, membuat si empunya meringis kesakitan.
"Ko dipukul sih? Gue salah apa coba?" kesal Gavin.
"Nyentuh gue bangsat!" kesal Talika. Gavin terkekeh.
"Maaf hehe.."
-
Tepat sore hari. Sheila sudah berada di kafe omnya si Reza. Sheila dan The BH sedang duduk di Kafe itu tepat di depan panggung. Sheila hanya diam dan menyilangkan tangannya di dada tanda kalo ia malas untuk melihat band-nya the BH.
Ini saatnya untuk The BH naik ke panggung.
"Sebelumnya gue mau ngucapin terimakasih nih buat kalian. Karena udah mau mampir ke kafe ini. Kita anggota band terbaru disini. Nama band kita itu The BH." ucap Gavin sontak membuat pengunjung kafe tertawa.
"Kalian itu ngeres ya pikirannya. The BH itu, kepanjangan dari Boys Handsome. Dan kalian pasti udah liat gue kan? Gimana menurut kalian? Ganteng kan gue? Ya jelaslah gue ganteng." ucap Gavin dengan percaya dirinya.
"Oke, tanpa basa-basi lagi gue akan menyanyikan lagu Tulus - Teman Hidup ini lagu khusus buat cewek gue yang di depan ini." ucap Gavin lagi sambil menunjuk Sheila. Dan Sheila? Hanya memutar bola matanya malas.
"Oke, Selamat menikmati lagunya ya guys." ucap Gavin. Reza mulai memetik senar gitarnya. Indra sudah siap dengan drumnya dan Fahmi dengan Pianonya. Gavin pun mulai bernyanyi.
Dia indah, meretas gundah.
Dia yang selama ini ku nanti.
Pembawa sejuk, pemanja Rasa
Dia yang selama ini ku cari.Di dekatnya jalan lebih terang.
Bersamanya akan lebih tenang.Tetaplah bersamaku
Jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia.
Kau milikku milikmu.
Kita satukan tuju.
Bersama arungi derasnya waktu.
(Sory, gue gak terlalu apal Liriknya.)Sheila sedikit kagum mendengar suara Gavin yang begitu merdu. Membuat hatinya sedikit lebih tenang. Tanpa Sheila Sadari, Gavin perlahan lahan telah masuk ke dalam hatinya dan mungkin akan menggantikan posisi dia yang telah lama tertanam di hati.
∆∆∆∆
Hello guys, kembali lagi bersama saya. Kembaran mamah dedeh haha :v
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT [Completed]
Fiksi Remaja[Private Acak, Follow dulu sebelum add cerita ini ya, Maafin] "Biarin gue galak, jutek, dingin. Bukan masalah lo juga kan!?" - Sheila Anastasya "Lo Jutek, gue suka. Lo beda dari cewek-cewek biasanya." - Gavin Putra Bramantyo. Enjoy with my story guy...