7. Berusaha

3.9K 294 9
                                    

Gavin membawa Sheila ke kamarnya. Sheila masih menangis disana, Gavin mencoba untuk menenangkan Sheila. Tapi, hasilnya Nihil. Sheila tetap menangis. Gavin pun memeluk Sheila, mencoba untuk menenangkan Sheila.

'Kan, kalo kata mbah Wattpad, cara nenangin orang paling ampuh itu di peluk.'-gitu Batin Gavin.

Sheila terus menangis sesenggukan. Sheila tak menyangka bila mamahnya bisa melakukan hal seperti itu. Sheila tahu kalau mamahnya itu super duper sibuk. Kalaupun mamah Sheila ada dirumah, itu paling satu jam dua jam ada dirumah. Gak pernah berhari-hari.

"Udah Shei, biarin mamah lo pergi dengan tenang. Mungkin itu jalan mamah lo buat nenangin dirinya." ucap Gavin asal. Sheila masih diam menangis dipelukan Gavin.

"Gue bingung mau ngelakuin apa Shei supaya lo gak nangis lagi." gumam Gavin.

∆∆∆

Setibanya di pemakaman, Sheila menangis terus menerus. Tak ada jeda untuk matanya supaya berhenti mengeluarkan air mata. Tapi, Sheila Tak bisa. Ia sangat merasa kehilangan, cukup ayahnya yang pergi meninggalkannya. Kenapa harus mamahnya juga?

"Mamah tega ninggalin Sheila." ucap Sheila di sela-sela menangisnya. Sheila memeluk batu nisan mamahnya. Sheila terus saja menangisi kepergian mamahnya hingga tak ingat waktu.

"Shei, udah. Biarin mamah pergi." ucap Ferdi.

"Iya Shei, abang tau kamu sedih. Tapi, kamu gak boleh kayak gini. Kalo kamu kayak gini, mamah bakalan berat buat ninggalin kita." tambah Ringga.

"Pulang yuk Shei? Udah malem juga." ucap Ferdi. Gunawan diam, melihat Sheila menangis seperti itu membuat hatinya sakit.

"Shei, udah cukup! Gue tau lo sedih! Tapi, Lo gak mikir apa kalo kita juga sedih di tinggalin sama mamah. Gue juga sedih ngeliat lo nangis kayak gitu. Lo pikir kita gak sedih? Kita sedih Shei." ucap Gunawan sedikit kesal.

"Maaf." ucap Sheila Menunduk.

"Udah, kamu jangan nangis. Abang juga sebenernya pengen nangis Shei. Tapi, abang gak mau buat kamu tambah sedih." ucap Ferdi.

"Iya Shei, kasian abang lo. Kita pulang aja. Dan ikhlasin mamah lo, biarin dia tenang di alam sana." ucap Gavin. Sheila mengangguk.

Sheila, Gavin dan abangnya Sheila pun pulang. Gavin langsung pulang, Karena sudah larut.

Sesampainya di rumah. Sheila pun langsung masuk ke kamarnya dan tiduran disana. Sheila membuang nafasnya kasar, cape dengan kehidupannya. Sudah 3 kali Sheila kehilangan orang yang ia sayangi.

Dan sekarang, Sheila harus mengikhlaskan mamahnya. Mau tak mau ia pun harus mau.

Terdengar suara knop pintu terbuka, Sheila acuh. Mungkin itu abangnya. Dan, benar saja itu Ferdi, kakak kedua Sheila. Ia masuk dan duduk di samping Sheila.

"De, Kamu udah tidur?" tanya Ferdi. Sheila pun bangun dan mensejajarkan duduknya menjadi tepat disamping Ferdi.

"Belum."

"Kamu jangan terlalu sedih ya sama kepergian mamah. Kan ada bang Ferdi, bang Ringga, sama bang Gunawan yang bakalan jagain kamu. Kamu jangan sedih ya." ucap Ferdi sambil mengusak rambut Sheila.

"Iya bang." ucap Sheila.

"Udah kamu tidur, jangan lupa baca doa."

"Tapi bang, gimana sama keadaan keuangan kita?" tanya Sheila.

"Tenang, kan bang Ringga, Bang Gunawan sama bang Ferdi udah kerja. Jadi kamu gak perlu khawatir, cuma kamu yang masih sekolah disini." ucap Ferdi."

"Sheila pengen kerja." ucap Sheila.

"Gak. Kamu harus lulus sekolah dan kuliah. Gak ada kerja-kerja. Kalo mau kerja kamu harus udah lulus kuliah. Ngerti?"

"Sheila ngerasa gak enak sama kalian bang. Sheila harus ngelakuin apa buat ngebalas kebaikan kalian." ucap Sheila.

"Gak perlu ngelakuin apa-apa. Cukup lulus dengan nilai terbaik aja, itu udah cukup buat bikin gue, Ringga, sama Gunawan bahagia." ucap Ferdi. Sheila langsung memeluk Ferdi.

"Makasih ya bang." Ferdi membalas pelukan Sheila.

"Udah, tidur sekarang. Udah malem, besok kamu mau sekolah apa nggak?" tanya Ferdi.

"Kayaknya nggak dulu deh bang. Soalnya, Sheila butuh sendiri dulu. Cukup sehari aja kok."

"Yaudah. Jangan lupa baca doa sebelum tidur." ucap Ferdi. Sambil menaikkan selimut Sheila tepat sampai leher Sheila.

∆∆∆

Pagi pun datang, Seperti biasa Gavin pergi ke sekolah. Gavin tahu, pasti Sheila hari ini gak akan sekolah. Tapi, Gavin harus sekolah. Ia tidak bisa menemani Sheila disaat ia sedang terpuruk. Itu juga karena kakeknya, jika ada absen yang bolong fasilitas yang berada di tangan Gavin akan disita. Dan, Gavin tidak mau itu terjadi.

Sesampainya di kelas, Gavin sudah melihat teman-teman Sheila yang sudah bercanda ria di pagi hari. Seketika, Gavin ingat Sheila. Apa teman-teman Sheila tidak peduli dengan keadaan Sheila? Itu yang namanya teman? Disaat temannya lagi duka mereka malah bersuka cita? Teman emang gitu. Ngedeketin pas ada butuhnya doang. Yakin itu temen?😏

Saat Gavin melewati Mereka, salah satu teman Sheila memanggilnya dan menghampiri Gavin. Gavin mah acuh. Bodo amat, gak peduli sama mereka.

"Selamat pagi Gavin." ucap Keisha. Ya, itu Keisha. Gavin cuma membalas dengan senyumannya.

"Nih, gue bawain lo bekal. Dimakan ya." ucap Keisha. Gavin cuma senyum lagi.

"Kok senyum-senyum doang sih. Dijawab dong. Iya gitu." kesal Keisha.

"Iya." jawab Gavin singkat. Tak lama kemudian The BH datang dan langsung menghampiri Gavin dan Keisha.

"Pagi-pagi maneh teh udah pacaran wae." ucap Fahmi dengan gaya bahasa khas-nya.

"Ngomong apa sih lo! Ngomong campur-campur gitu. Gue sambelin tau rasa lo!" kesal Indra.

"Salah aing teh naon. Naha maneh komen gaya bahasa aing terus? Masalah buat maneh?" kesal Fahmi.

"Bukan gue yang masalah tapi, kuping gue yang gak sehat nanti!" ucap Indra.

"Udah, ngapain kalian ribut." lerai Reza.

"Ohiya gue lupa. Heh, Gavin ngapain lo pagi-pagi udah berduaan sama kekei." tanya Indra.

"Kekei kekei nama gue Keisha!" Protes Keisha.

"Kan itu nama panggilan sayang aku ke kamu." ucap Indra alay.

"Makan nih!" ucap Gavin sambil melempar bekal pemberian Keisha ke Indra.

"Yaahh.. Kok di kasih sih? Kan itu buat lo Vin." kesal Keisha.

"Gue udah makan." acuh Gavin.

"Vin, lo kemarin bawa Sheila kemana?" tanya Reza tiba-tiba membuat beberapa pasang mata menuju ke Reza.

"Ma-maksud lo apa?" tanya Gavin bingung ditambah kaget dan gugup juga.

"Kemarin-kemarin gue liat lo sama Sheila hujan-hujannan. Terus, si Sheila agak pingsan gitu. Dan juga lo yang gendong Sheila. Nah, lo bawa si Sheila kemana?"

"Dia kedinginan, yaudah gue bawa ke rumah sakit." balas Gavin. Gavin sengaja tidak memberitahu keadaan Sheila sekarang. Karena itu semua Sheila yang minta. Jadi, Gavin berusaha menutup mulutnya rapat.

"Bentar, si Sheila sakit? Sakit apa?" tanya Keisha.

"Dia cuma masuk angin."

"Ohh syukur deh." ucap Keisha.

'Udah gitu doang respon temannya Sheila? Cih.. Solidaritasnya pun gak ada.'- Batin Gavin.

∆∆∆
Sider? Janganlah. Hargai aku.

Next or Not?

PERFECT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang