Indra, Fahmi, dan Keisha langsung masuk ke dalam lagi, dan menatap Sheila dengan tatapan tajam. Tapi, yang ditatap malah cengengesan melihat mereka bertiga.
"Kalian kenapa? Kok kaya banteng ngeliat warna merah sih." tanya Sheila dengan nada yang tak berdosa. Membuat Keisha kesal, lalu mengejar-ngejar Sheila.
"Sini lo anjing! Kesel gue!" ucap Keisha yang ngamuk, Sheila langsung menghindari kejaran Keisha. Keisha serem kalo lagi laper. Makanya Sheila memilih untuk menghindar.
Gavin masuk dan melihat Keisha dan Sheila kejar-kejaran serta melihat rumah yang berantakan karena ulah mereka berdua. Gavin geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua yang seperti anak kecil. Sisanya sedang menonton Sheila dan Keisha kejar-kejaran. Bukannya misahin.
"Ini kenapa sih anjir? Malah kejar-kejaran. Kaya film india aja." tanya Gavin. Keisha dan Sheila langsung berhenti, dan menoleh ke arah Gavin.
"Gak tau nih, si Keisha gak jelas. Malah ngejar-ngejar gue. Kaya gak ada cowok aja di dunia ini." ucap Sheila yang langsung mendapat jitakan maut dari Keisha.
"Sinting! Ini gue kesel sama dia! Ngeselin dari tadi! Udah tau gue lagi laper, malah di jailin gusti." ucap Keisha dengan nada kesalnya. Membuat Reza tertawa, karena menurutnya itu lucu. Dan, akhirnya Reza malah mendapat tatapan horror dari teman-temannya.
"Kunaon Za? Maneh eling?" tanya Fahmi, dia sedikit was-was sih. Takutnya, Reza kesurupan jurig mak beti gitu.
"Si Reza bukannya makin waras malah makin stress aja." ucap Vani mengikuti.
"Lucu aja tadi." sahutnya datar.
"Berisik lo! Pokoknya ya vin, sekarang gue itu lapar! Mending lo sekarang beli makanan di gofood deh. Kalo ngga, gue ancurin rumah lo nih!" ucap Keisha kesal.
"Apaan sih, malu-maluin lo dirumah orang." komen Vani.
"Awas lo ya kalo makan! Gue ketawain lo!" kesal Keisha, Vani malah mendecih.
"Kaya orang susah aja berebut makanan. Tenang, gue pesenin yang banyak." ucap Indra yang kesal dengan pertengkaran dua perempuan tersebut.
Sudahlah, biarlah mereka seru-seruan dengan makanan yang banyak disana, tentu saja menggunakan uang Gavin.
-
Sekolah hari ini tampak sepi, karena ya memang sedang jam pelajaran. Semua murid disana sedang belajar di kelasnya masing-masing. Begitu pun dengan teman-teman Gavin. Gavin? Ia sibuk rapat dengan koleganya.
Sheila dan Vani sedang berjalan menuju ruang guru, untuk memperbaiki nilai. Sheila sebenarnya hanya mengantar Vani, supaya gampang nyontek. Vani ingin memperbaiki nilainya, karena ia disuruh masuk ke universitas yang Papahnya suruh, jadilah ia harus berusaha sekuat tenaga memperbaiki nilainya.
Disaat di pertigaan jalan menuju ruang guru. Ada seorang perempuan yang dengan sengajanya menabrakkan dirinya ke Sheila, dan membuatnya terjatuh.
"Santai dong!" Sinis Vani kepada orang itu, yang Vani tahu kalo orang itu adik kelasnya. Sheila berdiri lagi, dan menahan bokongnya yang ia rasa sakit. Serta, membereskan rapot Vani yang berceceran.
"Jadi adik kelas kok songong!" kesal Vani melihat tampilan orang itu seperti cabe-cabean.
"Udah, gak usah diperpanjang." ucap Sheila menarik Vani.
"Ini anak kalo gak dibacotin, gak akan bener Shei. Dia bakalan ngelunjak nantinya!" ucap Vani dengan nada tak santainya. Sedangkan adik kelas itu menatapnya dengan senyum yang menyebalkan. Semakin membuat Vani kesal.
"Maksud lo nabrak temen gue apa hah?!"
"Ya karena dia ngalangin jalan, makanya gue tabrak." sahutnya santai. Membuat Vani semakin kesal.
"Jalan masih lega! Lo bisa lewat jalan lain!"
"Gue maunya lewat sini, gimana dong?" ucapnya senga, sedangkan teman-temannya yang berjumlah 4 orang menatapnya dengan tatapan meremehkan. Baiklah, emosi Vani sedang di uji. Sheila masih memperhatikan.
"Lo ada masalah sama gue?" tanya Sheila.
"Kalo iya kenapa?" sahutnya dengan mimik muka yang sangat songong.
"Biasa aja dong muka lo anjing!" Vani murka dan mendapat tatapan tajam dari adik kelasnya itu.
"Masalahnya sama gue apa ya?" tanya Sheila yang masih bingung.
"Apa ya? Salah dia apa sih guys?"
"Banyak gaya bener nih cabe-cabean! Gue obrak-abrik juga muka lo!" sewot Vani. Lagi-lagi ia mendapatkan tatapan tajam.
"Pulang sekolah, Temuin gue di rooftop, sendirian. Jangan bawa temen lo. Gue juga bakal sendirian kesana!" titahnya Final. Lalu pergi meninggalkan Sheila yang masih bingung.
"Apasih itu adek kelas songong bener! Bangsat banget sih anjeng. Gak usah lo temuin Shei!" kesel Vani yang udah sampai ubun-ubun.
Sheila dan Vani melanjutkan jalannya menuju ruang guru dan melupakan sejenak kejadian tadi.
-
Seperti yang diucapkan adik kelas itu, Sheila bener-bener menemuinya di rooptof. Sheila sebenernya bingung, ada masalah apa adik kelas itu dengannya sampai sebegitu bencinya dengan Sheila.
Adik kelas itu sudah duduk di rooftop sambil meminum susu indom*lk. Ia menoleh tatkala mendengar suara pintu terbuka dan mendapat Sheila disana. Dia menyeringai, sasarannya masuk jebakan.
"Jadi, ada masalah apa lo sama gue?" tanya Sheila langsung ke inti.
"Santai dulu dong. Gue Windy, anak kelas 11 IPA 1, Nih minum dulu." kok dia jadi so asik, membuat Sheila curiga.
"Langsung aja, gue banyak urusan." ucapnya.
"Oke, karena lo nyuruh gue buat jujur. Bisa gak sih lo jauhin Kak Gavin?" ucapnya dengan tatapan sinis.
Sheila mengangkat Sebelah alisnya bingung. "Kenapa gue harus jauhin Gavin?"
"Karena dia pacar gue!" ucapnya dengan nada tinggi. Sheila tertawa mendengar ucapan gadis itu.
"Lo pasien rsj yang lagi kabur ya? Udah jelas-jelas, hampir semua murid disini tau kalo gue pacarnya Gavin." ucap Sheila dengan nada santai.
"Lo gak usah bohong. Jelas-jelas gue pacarnya Gavin." ucapnya Keukeuh.
"Halu."
"Jauhin Gavin!"
"Atas dasar apa gue harus jauhin Gavin? Lo siapa nyuruh gue jauhin dia?" tanya Sheila dengan aura dinginnya, membuat Windy sedikit tercekat.
"Gue peringatin sama lo, lo masih satu tingkat dibawah gue. Harusnya, lo sopan sama gue. Gue gak pernah bawa-bawa senioritas dari dulu, tapi sikap lo seakan-akan gak nyontohin kalo lo anak sekolah." ucap Sheila lagi membuat Windy mengepalkan tangannya kuat-kuat, pertanda kalo dia emosi mendengar ucapan Sheila.
"Tau diri, dandannan lo udah kaya jablay. Mana mau Gavin sama modelan kaya lo." ucap Sheila dengan tatapannya yang menusuk. Windy diam tak bergeming, dia emosi.
"Satu lagi, Berhenti deketin Gavin! Lo cuma terobsesi sama dia! Dan, itu cuma sesaat. Berhenti mempermalukan diri. Jangan jadiin lo seperti pelacur."
"Brengsek!"
Bugh
Sheila terjatuh, setelah merasakan sebuah hantaman dari punggungnya. Saat menengok, ia melihat teman-teman Windy berada dibelakangnya. Setelah itu, menggelap.
****
Oke, 3 chapter lagi ending kok guys.Semangat😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT [Completed]
Teen Fiction[Private Acak, Follow dulu sebelum add cerita ini ya, Maafin] "Biarin gue galak, jutek, dingin. Bukan masalah lo juga kan!?" - Sheila Anastasya "Lo Jutek, gue suka. Lo beda dari cewek-cewek biasanya." - Gavin Putra Bramantyo. Enjoy with my story guy...