40. Berjuang atau pergi

1K 55 10
                                    

"Akh!" si gendut menusuk dan langsung mencabut pisaunya dari perut Gavin, dan langsung pergi dari sana. Gavin merintih merasakan sakit yang luar biasa.

Gavin mencoba membopong Galen dengan menahan rasa sakitnya di perutnya. Darah yang merembes ke kemejanya ia tutupi dengan Jas-nya.

Gavin memasukkan Galen ke kursi penumpang, dan langsung masuk ke mobilnya lalu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang membawa Galen pulang ke rumah Sheila. Karena Gavin, tidak bisa berpikir jernih sekarang.

Setelah sampai dirumah Sheila, Gavin langsung menekan bel rumahnya. Gavin sedang membopong Galen. Dan, rumah Sheila tak ada yang membukanya. Hingga, tak berapa lama. Pintu mulai dibuka dan menampilkan Sheila dengan muka bantalnya.

"G-gavin? Kok lo kesini? Ini udah malem banget gila!" ucap Sheila terkejut.

"S-shei, Me-mending lo bawa Galen dulu. Dia babak belur nih. Obatin sekalian." ucap Gavin tak membalas pertanyaan Sheila. Gavin mencoba menahan rasa perihnya.

"Astaga! Galen kenapa?!"

Sheila membopong Galen masuk kerumahnya, meninggalkan Gavin di depan rumah. Gavin rasa, ini sudah batasnya ia menahan rasa sakitnya. Gavin sudah sangat lemas sekarang, darahnya keluar banyak.

"Vin? Lo kenapa? Kok pucet banget?" tanya Sheila yang sudah keluar. Galen sedang ditangani oleh abangnya.

Gavin hanya tersenyum. Membuat Sheila khawatir. Sheila melihat tangan Gavin yang berdarah sambil memegangi perutnya.

Bruk!

Gavin jatuh tak sadarkan diri. Dengan kehilangan banyak darah.

Sheila langsung berteriak histeris memanggil abangnya dan menyuruhnya menelpon ambulance. Sheila menangis sejadi-jadinya melihat Gavin yang seperti ini. Dengan wajah yang pucat dan darah yang sudah merembes di kemeja kerjanya.

"Bang, Gavin gak bakalan kenapa-kenapa kan?!" Sheila frustasi melihat Gavin di bawa masuk ke dalam ambulance.

"Dek, yang tenang. Gavin gak bakalan kenapa-kenapa." ucap Ferdi.

"Galen sama Gavin kenapa kak? Kok sampe bisa kaya gini? Mereka berantem? Kenapa sampe separah ini? Kenapa mereka berantem kaya gini? Tapi, kalo mereka berantem, gak mungkin Gavin bakalan nolongin Galen." Lirih Sheila. Dia sangat pusing hari ini.

-

Sheila dan abangnya sedang menunggu Dokter keluar dari ruangan Gavin. Dokter masih berusaha di dalam untuk menyembuhkan Gavin. Sheila berdoa dan terus berdoa untuk keselamatan Gavin.

Selang beberapa jam, Fahmi, Indra dan Reza datang.

"Shei, Kok Gavin bisa sampe kaya gini? Ini pasti gara-gara lo kan?!" emosi Indra. Pada dasarnya, Indra memang sudah hilang respect sama Sheila.

Reza menahan emosi Indra. " Ini Rumah sakit! Lo gak bisa main emosi sembarangan. Apalagi dia cewek!"

"Shei, Gavin kenapa?" Tanya Fahmi yang jengah melihat Indra yang emosian.

"Gue gak tau, dia jam 3 pagi dateng kerumah gue sambil ngebopong si Galen yang udah babak belur. Dia nyuruh gue buat ngobatin Galen. Tapi, Dia sendiri gak ngasih tau kalo dia punya luka juga diperutnya. Dan, saat gue balik lagi ke depan rumah, Gavin mukan pucet banget dan tiba-tiba pingsan." jelas Sheila membuat yang lain terkejut.

"Bego! Temen siapa sih!" kesel Fahmi.

"Kenapa dia mikirin orang lain! Disaat dia butuh dipikirin! Bangsat memang!" emosi Indra.

"Terus, Si Galen kenapa?" tanya Reza, membuat Fahmi dan Indra mendelik.

"Dia cuma babak belur, gak sampe sekarat." Lirih Sheila, lalu menangis.

"Gak usah nangis lo! Gue tau itu air mata buaya!" kesel Indra. Membuat Fahmi dan Reza emosi.

"Lo bisa gak sih ngehargain perempuan?! Yang lo ajak ngomong itu perempuan, anjing!" kesal Reza.

"Gue bisa ngehargain perempuan! Tapi bukan perempuan kayak dia yang udah nyakitin perasaan sahabat gue!" ucap Indra yang kesal, menonjok tembok lalu pergi dari sana meninggalkan orang-orang yang terkejut. Sheila makin menangis, membuat Reza dan Fahmi sedikit iba.

"Gak usah nangis, Gavin pasti baik-baik aja." ucap Fahmi.

Keadaan menjadi hening. Hanya alat-alat Rumah sakit yang berbunyi. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga, Dokter keluar dan merekapun langsung menatap Dokter penuh harap tanya.

"Dok, gimana keadaan temen saya?" tanya Fahmi.

"Dia kehilangan banyak darah. Dia butuh transfusi darah secepatnya. Tapi, Golongan darah pasien dengan stok darah yang ada di Rumah sakit ini tidak ada yang cocok. Di Bank darah pun sedang kosong. Apa ada di antara kalian yang Golongan darahnya sama dengan pasien?" Tanya Dokter, mereka semua saling lirik.

"Emang golongan pasien apa dok?" tanya Sheila.

"AB+."

"Saya dok. Golongan darah saya Juga AB+." sahut Reza.

"Yasudah, kamu siap-siap ya. Mari ikut saya." Titah Dokter, Reza mengangguk dan mengikuti Dokternya.

Sekarang tinggal Sheila dan Fahmi disana, menunggu operasi selesai. Golongan darah Reza dan Gavin cocok. Jadi, dengan usulan Reza. Operasi dilangsungkan sekarang.

"Shei." panggil Fahmi. Sheila langsung menolehkan kepalanya.

"Lo masih sayang sama Gavin?" tanya Fahmi, membuat Sheila kaget. Fahmi sekarang sedang serius, soalnya logat dia berbeda dari kemaren-kemaren.

"Gue, masih sayang sama dia. Gue rasa yang kemaren itu cuma kesalah pahaman.  Galen yang bikin hubungan gue sama Gavin hancur. Gue udah nyoba buat jelasin ke si Gavin. Dia terima penjelasan gue, tapi rasa kecewanya masih ada." jelas Sheila. Fahmi menatap Sheila lekat-lekat.

"Kalo lo masih sayang sama dia, lo perjuangin. Gue emang gak suka sama hubungan lo sama Gavin-" Fahmi menggantungkan perkataannya, membuat Sheila bertanya-tanya dalam hati.

"Tapi, gue gak bisa liat Gavin terus-terusan sendiri dan gak bisa ngerasain cinta lagi. Gue, gak mau hati dia mati cuma gara-gara lo." ucap Fahmi membuat Sheila tertegun.

"Jadi, gue mohon sama lo. Kalo emang lo sayang sama Gavin. Lo perjuangin dia. Jangan cuma ngasih harapan tapi lo gak pernah ngabulin harapannya. Jangan jadi angan-angan Gavin. Jangan juga buat dia tergantung sama lo, kalo suatu saat lo bakalan ninggalin dia." Pinta Fahmi.

"Tapi, gue gak yakin kalo dia bakalan terima gue lagi. Gue, gak mau berjuangn sendirian." lirih Sheila.

"Dulu, Gavin berjuang sendirian. Dan berusaha nahan sakit hatinya waktu lo sama Galen. Dan, sekarang, giliran lo yang berjuang buat Gavin. Yakinin dia kalo emang lo bener-bener sayang sama dia. Karena, cuma itu cara yang bakalan bikin lo sama Gavin balik lagi." ucap Fahmi.

"Jadi sekarang, pilihan ada ditangan lo. Lo mau pilih berjuang sendirian atau pergi dengan penyesalan."

---
Hey tayo :v apa kabar kawan? Aku update nih, maaf ya. Aku sibuk banget akhir-akhir ini. Aku sibuk ngapalin pemeriksaan

Ada salam dari Gavin nih :v katanya, dia rindu :))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada salam dari Gavin nih :v katanya, dia rindu :))

PERFECT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang