"Makin cantik aja sih, abis makan kembang ya?" goda Gavin. Membuat Sheila sedikit tersipu malu, sedangkan teman-temannya hanya memandang Gavin dan Sheila muak. Lebih tepatnya, mereka itu iri karena jomblo.
"Coba mas, pacaran tau tempat. Eneg nih dede liatnya." ucap Vani dengan nada malas.
"Bilang aja maneh sirik." sahut Fahmi yang tak kalah malas.
Vani mendelik menatap Fahmi. "Ikut-ikutan aja sih nih cabe!"
"Berisik lo berdua, gue nikahin tau rasa dah." ucap Indra yang kesal mendengar Vani dan Fahmi yang selalu ribut.
"Kalo Vani sama Kak Fahmi di nikahin, Caca nanti sama siapa?" ucap Caca dengan begitu polosnya membuat Fahmi sedikit terhenyak.
"Kan Caca bisa sama aa Indra yang ganteng ini." Sahut Indra sembari mengedipkan satu matanya.
"Ayan lo?" sindir Reza, membuat Indra menggerutu kesal.
"Udahlah, mending kalian semua ke rumah gue. Kita makan-makan." saran Gavin.
"Gue sama siapa? Gue gak bawa kendaraan." ucap Keisha.
"Caca juga gak bawa."
"Kalo bawa mah berat atuh." ucap Fahmi.
"MENGENDARAI!" sahut Vani ngegas. Fahmi menatap Vani tajam.
"Udah dong ah. Ribut mulu, beneran gue nikahin lo berdua!" ucap Indra geram.
"Gini aja, Keisha sama Vani bawa motor-- lo diem ya mi!" Titah Indra kesal, ketika Fahmi akan berkomentar dengan kata-katanya.
"Naon sih, kan bener meren. Kalo bawa motormah berat, mending mengendarai motor." komentar Fahmi yang ikutan sewot.
"Lo ngomong sekali lagi gue tampol ya?" ancam Reza. Fahmi akhirnya diam dan memilih memperhatikan dengan malas.
"Vani sama Keisha bawa motor gue, gue sama Reza dan si Caca sama Fahmi. Kalo Gavin sama Sheila. Udah, beres." ucap Indra, mendapatkan anggukan setuju dari mereka.
Merekapun berangkat sesuai dengan kesepakatan mereka.
-
Gavin dan Sheila memilih untuk pergi terlebih dahulu ke super market. Karena, makanan dirumah Gavin juga sudah habis. Kalau, teman-teman Gavin yang nyampe duluan kerumah Gavin, tenang aja. Kan ada Indra, Indra kan tinggal bersama Gavin selama ini.
Sheila pergi ke tempat makanan ringan sembari membawa trolinya. Gavin mah lagi di depan, dia lagi ngopi. Ngantuk katanya.
"Pengen beli dua-duanya. Tapi, gak bawa duit lebih. Nyesel gue gak pulang dulu tadi." gumam Sheila, sepertinya itu bukan gumaman. Melainkan gerutuan.
"Ish pengen beli dua-duanya. Coklatnya enak semua ini." Sheila menggerutu lagi, membuat Gavin yang melihatnya gemas sendiri. Gavin pun menghampiri Sheila dan berdiri dibelakang Sheila.
"Kenapa sih mbak?" tanya Gavin dengan suara yang diberatkan, supaya Sheila tak mengira itu dirinya.
"Ini mas, menurut mas enakan coklat yang ada kacangnya atau nggak?" tanya Sheila yang masih fokus melihat coklat yang berjejer disana.
"Emang mbak sukanya yang mana?" tanya Gavin.
"Saya suka semua jenis coklat mas."
"Yaudah, beli semuanya aja mbak."
"Saya gak bawa uang lebih mas!" ucap Sheila gregetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT [Completed]
Teen Fiction[Private Acak, Follow dulu sebelum add cerita ini ya, Maafin] "Biarin gue galak, jutek, dingin. Bukan masalah lo juga kan!?" - Sheila Anastasya "Lo Jutek, gue suka. Lo beda dari cewek-cewek biasanya." - Gavin Putra Bramantyo. Enjoy with my story guy...