Sudah empat bulan ini Gavin mencoba menjauh dari hidup Sheila. Setelah, Ferdi menyuruhnya untuk menjauhi Sheila. Bukan tanpa alasan Gavin menerima begitu saja perintah Ferdi. Tapi, omongan Ferdi ada benarnya. Sheila selalu sedih dan nangis saat bersamanya. Jadi, Gavin memilih untuk menjauh. Berharap Sheila bahagia tanpa kehadiran dirinya.
Gavin sedang duduk termenung diruang kerjanya. Menatap lamat-lamat foto yang sengaja ia cetak dan ia simpan di meja kerjanya. Yang tak lain adalah foto Sheila.
"Kamu apa kabar? Pasti sekarang udah bahagia ya. Kan gue udah ngejauh dari lo." gumam Gavin.
"Pak bos gak boleh galau aja, move on dong!" ucap Indra yang sejak entah kapan sudah berada di depannya bersama Reza dan Fahmi.
"Heeh, Udah empat bulan maneh teh belum move on keneh wae." ucap Fahmi gregetan.
"Gimana mau move on, cinta gue udah dibawa seutuhnya sama Sheila." ucap Gavin membuat mereka ingin muntah.
"Lo udah putus, masih aja bucin. Geli gue!" kesal Reza.
"Sheila juga udah move on kali ke si Galen." ucap Indra membuat Gavin menatapnya tajam.
"Lo niat ngehibur gue apa manasin gue?" sinis Gavin.
"Apa sih. Gue serius kok. Makin hari makin lengket, macem permen karet." Indra malah melanjutkan kata-katanya. Semakin membuat Gavin kesal.
"Gue panggilin satpam nih supaya lo di usir?" ancam Gavin, membuat Indra cengengesan.
"Kalian kenapa kesini? Tumben amat." tanya Gavin yang bingung sama kedatangan teman-temannya.
"Kita mau ngajak lo maen nih."
"Banyak kerjaan, lo gak liat?" sahut Gavin dengan tatapannya yang tajam.
"Maneh teh titadi cuma ngelamun doang. Mana ada gawean!" kesal Fahmi.
"Puyeng gue bahasa lo njing!" Indra sewot, biasa kesel sama kosa kata Fahmi.
"Naon sih sia?!" Fahmi tak kalah sewot.
"Ngajak gelut?!"
"Hadeuh, gue nikahin lagi lo berdua biar insyaf." ucap Reza yang pusing melihat Indra dan Fahmi mulai ribut.
"Sheila baik-baik aja kan?" tanya Gavin, Reza langsung duduk di hadapan Gavin.
"Dia seperti biasa, baik-baik aja. Gue rasa, dia sama menderitanya kaya lo. Sama-sama kurusan soalnya." ucap Reza. Gavin menghela nafasnya, ini sudah hampir ribuan kali ia nanya hal seperti ini.
"Gak mungkin dia menderita, harusnya dia bahagia karena gue udah menjauh dari hidupnya." ucap Gavin, Indra gregetan sama Gavin.
"Vin, lo itu bego apa goblok sih? Gue yang pinter aja gak gini-gini amat." ucap Indra membuat Gavin menatapnya dongkol.
"Maksudnya apaan sih setan?" kesal Gavin.
"Hadeuh Vin, lo itu bego! Lo berdua sama-sama sayang. Keadaan yang bikin lo berdua harus berpisah. Apa lo tau gimana sedihnya dia pas bangun dari komanya dan gak ngeliat lo ada disampingnya? Setelah Bang Ferdi ngomong kaya gitu kan lo langsung pergi. Dan, gak pernah nampakkin muka lo ke Sheila lagi. Lo gak pernah mikir gimana kecewanya dia sama lo ketika lo gak perjuangin dia?" jelas Indra yang udah beneran kesel banget sama Gavin. Temennya itu bego banget sama cinta. Indra memang jomblo, tapi kalo masalah percintaan dia pasti tau.
"Iya, bener apa yang si Indra bilang. Lo gak mikirin perasaan Sheila. Lo bikin keputusan secara sepihak dan bahkan Sheila gak tau apa-apa." sahut Reza menambahkan argumen Indra.
"Lo tau Vin, Si Caca sering cerita sama gue. Katanya, Sheila sering murung dia juga kadang sering nangis kalo kelas lagi sepi. Galen juga udah bingung gimana mau ngehibur si Sheila." ucap Fahmi yang mulai serius.
"Tadi katanya Galen sama Sheila lengket banget?" tanya Gavin dan mendapatkan toyoran sayang dari Indra.
"Lo gak tau bahasa sindiran ya? Gue ngomong kaya gitu cuma mau bikin lo sadar dan ngambil Sheila! Beneran goblok sih lo!" ucap Indra yang makin emosi.
"Santai dong nyet!" ucap Gavin.
"Mau santai gimana? Nunggu Sheila mati baru lo nyesel?" ucap Reza yang emang kadang-kadang sering membuatnya sedikit tertohok.
"Ya nggak gitu juga anying!"
-
Gavin duduk di tukang bakso langgannannya. Dulu, saat dirinya ada masalah dengan Sheila, Sheila datang kesana dan menemui dirinya untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka. Mereka juga sering datang kesana dan berkencan layaknya sepasang sekasih.
Namun, sekarang semuanya sudah berbeda. Sheila mana mungkin mau datang kesini. Mungkin, Sheila sudha benci sama dirinya.
Setelah mendapatkan pencerahan dari teman-temannya. Gavin rasa, ini semua memang salahnya. Salah dirinya yang mengambil keputusan sepihak tanpa mendengarkan keputusan Sheila. Gavin menyesal, kenapa dulu dia memilih untuk meninggalkan Sheila tanpa memikirkan Sheila kedepannya.
"Au ah, gue pusing mikirinnya. Bisa gila gue!" kesel Gavin yang sedari tadi memikirkan perkataan teman-temannya.
"Kenapa Vin?" tanya mamang bakso.
"Mang, gue boleh curhat gak?" tanya Gavin. Gavin sama si mamang memang akrab, soalnya Gavin sering kesana.
"Sok, mumpung lagi sepi."
"Gue salah gak mang?"
"Lo aja belum cerita, gimana gue mau tau lo salah apa bener Vin." sahutnya sewot.
"Mamang taukan cewek yang beberapa bulan lalu dateng kesini terus ngejelasin tentang masalah kita disini?"
"Oh, iya tau. Si neng cantik itu kan? Kenapa emang?"
"Gue ninggalin dia waktu dia gak sadar mang." ucap Gavin.
"Lah? Parah lo. Orang gak sadar malah ditinggal." ucap si mamang emosi.
"Bukan gitu maksudnya mang. Gue disuruh abangnya ngejauh dari dia. Katanya, dia sering sedih, murung terus sering kena masalah juga karena gue. Parahnya, dia malah masuk rumah sakit gara-gara gue." ucap Gavin memberi jeda.
"Dan, gue malah langsung pergi setelah abangnya ngomong gitu. Bahkan, dia koma dua hari. Dan, dari dua hari itu gue malah gak ada disamping dia. Menurut lo, gue salah gak mang?"
"Lo gak salah, cuma lo goblok aja." balas Si mamang yang sekarang menatap Gavin malas.
"Kok goblok sih? Temen gue juga tadi bilang gitu." sahut Gavin kesel.
"Sebagai laki-laki, harusnya lo itu berjuang. Bukan malah ninggalin cewek lo, apalagi karena abangnya yang nyuruh. Duh, gak elit banget. Harusnya lo yakinnin abangnya kalo lo bisa buat adiknya bahagia bukan malah langsung pergi kaya gitu. Kan abangnya malah makin ngira lo itu biang masalah buat adiknya."
"Gitu ya bang, berarti gue gak salahkan?" Tanya Gavin membuat emosi si mamang.
"Lo dongo sih! Harusnya lo sebelum hal itu kejadian, makan bakso gue dulu biar pinteran dikit!" geram si mamang.
"Gue salah apa nggak nih mang?" Gavin malah nanya itu terus, kekeuh amat sih.
"SALAH LAH UPIL SEMUT!"
***
1000 WORD GAES :VSATU CHAPTER LAGI ENDING GAESSSS
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT [Completed]
Teen Fiction[Private Acak, Follow dulu sebelum add cerita ini ya, Maafin] "Biarin gue galak, jutek, dingin. Bukan masalah lo juga kan!?" - Sheila Anastasya "Lo Jutek, gue suka. Lo beda dari cewek-cewek biasanya." - Gavin Putra Bramantyo. Enjoy with my story guy...