Sudah beberapa hari, setelah operasi. Tapi, Gavin belum juga bangun. Sheila masih setia menemani Gavin yang sedang koma.
Setiap Sheila menatap wajah Gavin, Sheila selalu teringat muka konyolnya yang selalu berhasil membuat Sheila tertawa. Sheila Rindu Gavin. Rindu saat Gavin menjadi miliknya.
Sheila Rindu saat Gavin memeluknya. Sheila Rindu saat Gavin menggenggam Tangannya saat ia merasa kedinginan. Sheila Rindu saat Gavin tersenyum kepadanya. Sheila Rindu dengan semua yang mereka lalui dahulu.
Sheila menggenggam tangan Gavin, dan menempelkannya ke pipinya.
"Vin, ayo bangun. Biarin gue berjuang buat lo. Maafin gue, kalo selama ini gue egois. Gue gak pernah mikirin perasaan lo. Asal lo tau, rasa gue ke elo masih ada. Jadi, Ayo bangun Vin." ucap Sheila dengan matanya yang berkaca-kaca.
Cklek
Suar pintu terbuka, menampilkan Indra yang menatap Sheila malas. Indra baru ketemu Sheila lagi setelah beberapa hari yang lalu. Indra, sangat tidak suka jika Sheila dan Gavin balikan.
"Ck. Udahlah, gak usah sok sedih lo. Bilang aja lo seneng liat Gavin kaya gini. Gak usah munafik lah sama gue." sindir Indra. Sheila menatap Indra tajam.
"Lo boleh gak suka sama gue. Tapi, ini udah berlebihan. Semua ini salah paham dra." jelas Sheila. Indra tak mendengarkan Sheila, dan ia malah melihat Gavin menggerakkan jarinya membuat Indra langsung memencet tombol untuk memanggil Dokter.
Dokter pun datang untuk mengecek keadaan Gavin dan menyuruh Sheila serta Indra menunggu di luar.
"Gue bisa maafin lo. Kalo emang lo serius sama temen gue. Temen gue udah terlalu banyak ngerasain sakit, harusnya lo jangan jadi beban buat temen gue." ucap Indra membuat hati Sheila tertohok.
"Berantem aja sih!" kesel Reza yang entah darimana datangnya. Dia tak sendirian, dia bersama Keisha dan Fahmi.
"Ini tuh Rumah sakit, jangan berisik." ucap Keisha.
"Congor lo yang jangan berisik." kesal Indra. Sedangkan Keisha tertawa.
"Udah, dokter keluar tuh." ucap Fahmi mengintruksi. Lantas mereka menghampiri dokternya.
"Gimana keadaan kakak saya dok?" tanya Indra.
"Pasien sudah sadar, tapi untuk sekarang pasien masih belum bisa di ganggu. Dia masih butuh istirahat. Kalo begitu, saya ke ruangan dulu. Permisi." ucap Dokternya.
Indra langsung menghela nafasnya lega. Membuat yang lain ikut bahagia. Apalagi Sheila yang sudah jelas dengan senyumannya. Dia terlalu bahagia mendengar kabar ini. Fahmi dan Reza pergi ke Mushola, mau berterimakasih sama Tuhan.
"Lo dengerkan apa kata gue tadi?" tanya Indra.
"Ha?" Sheila bingung.
"Jangan jadi beban buat temen gue. Tapi, kalo emang lo mau serius, lo harus bener-bener sama dia. Kalo sampe lo nyakitin dia lagi, gue gak akan segan nyakitin lo balik. Bodo amat, mau lo cewek atau gimana. Tapi, kalo kelakuan lo udah kelewat batas sama temen gue. Mana bisa gue diem aja." jelas Indra. Indra menepuk pundak Sheila.
"Gue yakin, lo pasti sumber bahagianya Gavin. Semangat." ucap Imdra, allu tersenyum kepada Sheila untuk yang pertama kalinya. Membuat Sheila ikutan tersenyum.
-
Gavin melihat Fahmi, Reza dan Indra di sebelah kanan dan kirinya. Membuat Gavin bingung, soalnya mereka ngeliatin Gavin intens banget.
"A-aus." ucap Gavin. Dengan gerakan yang cepat, teman-temannya itu sibuk satu sama lain mengambilkannya minum. Fahmi dengan Jus Mangga, Reza dengan air perasan jeruk, dan Indra dengan Air mineral.
"Za, lo sering bareng si Fahmi sih. Jadi tololkan." ucap Indra.
"Naha aing sih di babawa. Da sia ge saruana tolol." kesal Fahmi malah meminum jus mangganya.
"Ini juga kan bagus buat tenggorokan, udin!" kesal Reza.
"Guys, gue mau minum loh ini." ucap Gavin, menatap mereka heran. Indra memberikan air mineralnya kepada Gavin. Lalu Gavin langsung meminumnya sampai aja. Wajar, dia abis bangun dari koma.
Gavin malah mengusir teman-temannya. Karena, besok mereka harus sekolah. Jadi, Gavin tak ingin mereka terlambat ke sekolah hanya karena dirinya.
Setelah mereka pergi, Gavin malah tak bisa tidur. Serem juga sendirian dirumah sakit, Cuma ada suara Tv sama aktivitas Dokter sama suster yang ngobrol.
Cklek
Gavin melihat ke arah pintu, dan mendapati Sheila disana. Kaget, Gavin hampir jantungan. Untung bukan mbak kun.
"Vin, apa kabar?" tanya Sheila basa basi.
"Seperti yang lo lihat." sahut Gavin membuat Sheila terkekeh. Gavin jadi bingung.
"Lo kenapa dah? Kerasukan?" tanya Gavin. Sheila merengut.
"Ini, gue kesini bawaain lo bubur kacang ijo. Takutnya lo belum makan kan?"
"Taro aja, gue lagi nonton TV." Gavin Fokus menonton TV. Membuat suasana hening.
"Lo pulang, besok sekolah." ucap Gavin tiba-tiba tanpa menoleh ke arah Sheila, mengagetkan Sheila.
"Mana bisa gue sekolah dengan tenang, kalo sumber semangat gue sakit." ucap Sheila, membuat Gavin deg-degan. Untung Gavin jago akting. Jadi, dia pura-para biasa aja.
"Belajar kerdus dari mana lo?" tanya Gavin sembari mencubit hidung Sheila.
"Sakit Gavin!" kesal Sheila.
"Maaf dah."
"Vin." panggil Sheila.
"Kenapa?" tanya Gavin.
"Gue-" ucapan Sheila menggantung. Membuat Gavin penasaran. Gavin deg-degan parah. Untunh bisa mengontrol diri.
"Gue mau ke toilet dulu." Ucap Sheila yang langsung pergi ke toilet. Membuat Gavin tecengang. Gavin yakin, bukan ini yang akan Sheila katakan.
Gavin menunggu Sheila keluar dari kamar mandi. Sheila pun keluar dari kamar mandi. Dan, duduk lagi di hadapan Gavin.
"Lo kenapa sih?" tanya Gavin heran. Sheila malah menunduk.
"Gue mau berjuang." ucap Sheila. Membuat Gavin bingung lagi. Ini Sheila lagi curhat apa Gimana? Mau berjuang buat Galen apa buat Gavin?
"Emang lo mau perjuangin siapa sih hm?" tanya Gavin berusaha se-natural mungkin.
"Gue mau lo kasih satu kesempatan buat gue berjuang dapetin cinta lo lagi. Gue tau, dulu gue egois banget sama lo karena gue terlalu peduli sama Galen, tapi jujur Vin gue sayang banget sama lo Gue--"
Cup
Gavin mencium bibir Sheila. Hanya sekedar menempel, supaya Sheila diam. Gavin tak ingin melihat Sheila menjadi rendah di matanya.
Sheila terkejut, matanya langsung melotot melihat Gavin mencium Bibirnya.
Gavin menjauhkan kepalanya, dan keduanya saling bertatapan.
"Lo, pasti udah tau jawaban gue apa. Setelah apa yang gue lakuin tadi." Gavin tersenyum melihat Sheila menatapanya dengan tatapan tak percaya. Sheila langsung memeluk Gavin.
Sheila terlalu bahagia hari ini. Akhirnya, dia kembali bersama cintanya.
-end-
Hay guys, apa kabar?
Canda guys, belum end awokwok :v masih panjang ini tuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT [Completed]
Novela Juvenil[Private Acak, Follow dulu sebelum add cerita ini ya, Maafin] "Biarin gue galak, jutek, dingin. Bukan masalah lo juga kan!?" - Sheila Anastasya "Lo Jutek, gue suka. Lo beda dari cewek-cewek biasanya." - Gavin Putra Bramantyo. Enjoy with my story guy...