Gavin masih bingung harus ngelakuin apa. Gavin berpikir keras, dan akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke kamar dan melihat keadaan Sheila. Sheila terlihat sedang tertidur pulas disana. Gavin memperhatikan setiap inchi wajah Sheila. Gavin menempelkan punggung tangannya ke kening Sheila, Gavin kaget. Ternyata suhu badan Sheila naik.
"Duh Shei, dahi lo panas banget sih. Kalo gue masak telor disana pasti langsung mateng shei." ucap Gavin.
Gavin pun kembali keluar dari kamarnya dan menyuruh asisten rumanya mengambil air es untuk mengkompres Sheila. Setelah itu, Gavin langsung mengompres kening Sheila.
Jam 23.43 Sheila tak kunjung bangun. Gavin rela begadang buat jagain Sheila.
Sedangkan, Di lain tempat dirumah Sheila keluarga Sheila sedang sibuk mencari Sheila.
"Bang, Sheila kemana? Kenapa sampe jam segini belum pulang? Ini udah malem!" ucap Mamah Sheila.
"Mah, aku juga gak tau. Udah tenang, Sheila itu udah gede mah. Pasti bisa jaga diri." ucap Gunawan.
"Iya mah, siapa tau dia nginepkan dirumah temennya. Dan lupa ngasih tau kita." sahut Ringga.
"Udah ya mah. Mamah tidur aja ya mah. Nanti, kalo Sheila pulang kita bangunin." ucap Ferdi.
"Mana bisa mamah tidur kalo Mamah gak tau keberadaan Sheila!" bentak mamah.
"Mah, jangan gini dong. Mamah istirahat ya. Kan mamah cape seharian kerja. Udah ya mah. Sheila biar kita yang nyariin." ucap Ringga menenangkan.
Mamah Sheila menghela nafas. Pusing memikirkan semua beban yang ada di hidupnya. Ia bingung memikirkan Sheila, suaminya, pekerjaannya yang sudah di ambang batas, masa depan anak-anaknya. Ingin rasanya ia menyudahi hidupnya. Ia tak kuat bila harus melewati semuanya sendiri tanpa sang suami. Suaminya telah meninggal satu bulan yang lalu. Mamah Sheila mengacak rambutnya Frustasi lalu masuk ke kamarnya.
Setelah di kamar, Mamah Sheila a.k.a Ranti. Ia langsung mengunci pintu. Ia sangat sangat frustasi dengan semua ini. Ia tak sanggup menahan beban sebanyak ini. Ia harus menghidupi keluarganya, memikirkan masa depan anaknya ia bingung. Sedangkan, perusahaan yang sedang ia pegang sudah mengalami kerugian ratusan milyar. Tak berpikir panjang, ia mengambil obat penenang dan ia langsung meminum semua obat itu. Dan tak berapa lama ia mengalami overdosis karena meminum lebih dari aturan minumnya. Ranti mulai tertidur dan 30 menit kemudian mulutnya mengeluarkan busa.
∆∆∆
Sheila terbangun dari pingsannya. Sheila langsung melihat jam dan ternyata sudah jam 5 pagi. Sheila melihat sekeliling kamar itu dan ternyata itu bukan kamar Sheila melainkan kamar Gavin. Sheila tahu, karena banyak foto Gavin disana.Sheila pergi keluar kamar dan terdapat Gavin yang tertidur di Sofa. Gavin tidur sangat nyenyak sampai-sampai Sheila tak tega membangunkannya. Tapi, Sheila harus membangunkannya.
"Heh! Bangun!" ucap Sheila dan Gavin melenguh panjang.
"Oh, lo udah bangun." ucap Gavin sambil mengucek sebelah matanya.
"Gue mau pulang." ucap Sheila.
"Kan lo masih sakit shei?"
"Gue mau pulang!" bentak Sheila.
"Galak banget sih lo. Kan gue gemes." ucap Gavin.
"Apalo!"
"Gue mandi dulu tapi ya, sekalian mau sekolah juga kan." ucap Gavin. Dan Sheila pun ingat kalo ia sekarang tidak memakai baju sekolahnya.
"Baju sekolah gue mana?" tanya Sheila.
"Kemaren kan baju lo basah, jadi gue gantiin baju lo."
"L-lo yang gantiin baju gue!?" tanya Sheila sedikit berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT [Completed]
Teen Fiction[Private Acak, Follow dulu sebelum add cerita ini ya, Maafin] "Biarin gue galak, jutek, dingin. Bukan masalah lo juga kan!?" - Sheila Anastasya "Lo Jutek, gue suka. Lo beda dari cewek-cewek biasanya." - Gavin Putra Bramantyo. Enjoy with my story guy...