4. Dion Anggara Pratama

887 150 3
                                    

Saat gue bangun gue tidak menemukan Arga dimanapun dalam apartemen gue, pasti dia sudah kembali ke rumah sakit menemani pacarnya yang sudah dia tinggalkan seharian kemarin. Rasanya iri dengan Windy yang bisa ditemani Arga terus-terusan saat sakit, sedangkan gue yang dulu mengalami keadaan yang lebih parah saja dia tidak sampai segitunya. Malah Raka yang selalu menunggui gue dan kadang bergantian dengan Evelyn dan Rena kalau dia ada kuliah.

Mengingat itu gue jadi makin tidak karuan perasaannya, untung hari ini hari minggu jadi hal ini tidak akan mengganggu fokus gue saat kuliah. Gue memang anak bandel tapi bukan berarti gue main-main saat kuliah, orang tua gue saja tidak terbebani dengan biaya kuliah gue karena mendapat beasiswa dengan usaha gue sendiri untuk mendapat IP di atas rata-rata.

Gue keluar dari kamar mencari sesuatu yang bisa membasahi tenggorokan gue, sepertinya gue demam dan sedikit flu karena rasanya badan gue kedinginan tapi panas disertai tenggorokan gue yang sangat gatal. Gue melirik sedikit ke meja makan, di sana sudah tertata rapi semangkuk bubur dan juga susu yang sepertinya sudah dingin. Pasti Arga yang membuatkannya, dan benar saja di gelas tertempel sticky note yang ditulis olehnya.

Dimakan habis itu minum obat, kamu agak panas. Get well soon Dil. Aku pergi dulu.

Arga

Manis sekali, kadang Arga itu adalah orang yang sangat perhatian dan penyayang itu yang membuat gue kesulitan move on dari dia. Arga seolah tau kapan gue mulai jenuh dan ingin menjauh dan saat itu dia akan menjadi Arga yang seperti sekarang ini, dia tau caranya menjerat gue kembali.

Sebenarnya gue sendiri masih ragu ingin meninggalkan dia, tapi tiap kali bersama dia gue selalu terbayang Windy itu membuat gue semakin miris. Sampai kapanpun gue bukanlah prioritas untuk Arga karena yang terpenting untuk dia adalah Windy, tentu saja Windy adalah pacarnya selama 5 tahun dan gue hanya mainan yang datang di tengah mereka.

Mungkin alasan untuk fokus dengan tugas akhir bisa menjadi alasan gue untuk melangkah mundur pelan-pelan. Gue harus berhenti sampai di sini sebelum Windy tau, cukup gue yang sakit jangan ditambah dengan orang lain lagi. Orang-orang akan semakin mengecap gue sebagai wanita murahan, bukan cuma karena penampilan gue tapi juga kelakuan gue. Walaupun sebenarnya seperti yang pernah gue bilang gue tidak perduli tapi gue akan naik pitam saat mereka membawa-bawa nama orang tua. Gue tetap sayang mereka dan tidak terima jika orang tua gue dijelek-jelekkan walaupun mereka menelantarkan gue.

Setelah selesai dengan urusan perut gue membersihkan peralatan makan lalu memutuskan untuk berbenah, sudah dua hari gue hanya membersihkan apartemen seadanya. Kalau sedang banyak pikiran gue jadi malas untu melakukan aktivitas apapun sampai baju kotor gue sudah mulai menumpuk. Mama sudah sering menyarankan gue untuk menyewa pembantu tapi gue rasa itu tidak perlu berhubung gue hanya tinggal sendiri ditambah Arga yang sering menginap, bahaya kalau papa sampai tau karena itu bisa saja menjadi pemulus rencananya.

Dering ponsel mengalihkan fokus gue dari kesibukan mengepel lantai, nama Dion muncul di layar. Dion Anggara Pratama ini teman gue saat kecil, kita hampir tidak terpisahkan sampai saat Dion harus ikut migrasi ke Jepang bersama kedua orang tuanya saat gue masih kelas 3 SD. Gue masih ingat gue sampai mogok makan karena tidak mau ditinggal Dion, sampai cambukan papa membekas selama berminggu-minggu. Saat kita bertemu lagi setelah bertahun-tahun Dion sangat kaget melihat perubahan gue dan keadaan gue yang ditinggalkan orang tua. Entah apa yang ada dipikiran papa sampai dia berniat untuk menikahkan gue dengan Dion demi keselamatan perusahaannya di Jepang. Apa dia tidak berpikir bagaimana perasaan gue karena di lebih memilih kebahagiaan Adel, anak tirinya? Ya gue memang setidak berharga itu, tidak apa gue masih bisa mengatasi perasaan gue. Gue menggigit bibir bawah gue ragu untuk mengangkat, tapi yang punya masalah sama gue bukan dia tapi papa, dia bukan orang yang salah karena posisinya dia juga dipaksa.

Where is My Happy Ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang