Gue melangkahkan kaki memasuki gedung pencakar langit, gue memasuki lift memencet angka 20 membawa gue ke lantai teratas menemui cowok kesayangan gue. Siapa lagi kalau bukan Raka. Saat gue baru tiba di depan pintu bertuliskan namanya, gue menghampiri sekretarisnya untuk kesopanan walaupun bisa saja gue menerobos masuk. Toh Raka juga tidak akan keberatan.
"Can I meet Mr. Raka?"
"Sorry Miss, Mr. Raka is busy and can't be disturbed." gue menaikkan alis mendengar suaranya yang terkesan dingin dan juga seolah enggan dengan kehadiran gue. Gue tau sekretarisnya ini suka dengan Raka dan itu gue dengar dari pegawai lainnya, lagian keliatan jelas dari ketidak sukaannya pada gue yang sering kesini dan memang kadang terlihat mesra dengan Raka.
Oke, kalau dia tidak suka berhadapan dengan gue. Gue akan masuk tanpa bertanya lagi, enak aja dia bilang Raka tidak bisa diganggu sedangkan dia sendiri yang meminta gue ke kantornya. Gue langsung membalikkan badan akan membuka pintu ruangan, dia menahan gue.
"I've told you! He can't be disturbed!" katanya dengan suara meninggi. Gue menatapnya dengan kening mengkerut tidak suka, detik berikutnya gue menerobos mengabaikan dia yang berdiri di belakang gue untuk menahan. Raka sedang duduk di singgah sananya dengan beberapa file di tangan, dia mengangkat kepalanya lalu tersenyum kepada gue.
Ide jahat menggerogoti pikiran gue, seketika gue ingin sekali membuat cewek ini kepanasan dengan kelakuan gue. Gue sudah berusaha bersikap baik dia malah memperlakukan gue seperti itu. Membangunkan singa betina namanya.
Gue berjalan mendekati Raka yang sudah menutup berkasnya dan duduk menyandar di pinggir meja. Tangan gue melingkar di lehernya dan...
Cup
Gue mencium pipi kiri Raka dan dia langsung memeluk pinggang gue, gue dapat melihat tatapan bingung Raka namun dia cepat mengerti setelah gue mengedipkan mata lalu terkekeh mengacak rambut gue. Mata Raka melihat kebelakang gue, seperti dugaan sekretarisnya masih berdiri disana. Pasti dia shock melihat adegan mesra bosnya, eh cowok yang dia suka lebih tepatnya. Gue membalikkan badan membiarkan tangan Raka yang masih bertengger di pinggang.
Melihat reaksinya gue tertawa jahat dalam hati. Dia buat masalah sama cewek yang salah, dia harus tau Raka itu milik gue dan ga ada yang bisa mengganggu gugat.
"You can go out now." perintah Raka pada sekretarisnya, cewe itu berpamitan lalu membungkuk sopan. Baru satu langkah Raka berkata lagi, "I'm telling you, don't you ever disturb my woman." tubuh cewek itu menegang mendengar perkataan Raka yang pasti sangat menyakitkan buat dia tapi membuat gue puas.
Setelah pintu tertutup Raka kembali duduk di kursi kebesarannya, kembali disibukkan dengan file yang gue tidak tau apa. Gue memutari meja lalu duduk di atasnya, tepat di samping file Raka. Dia sudah sangat terbiasa dengan kelakuan gue ini, gue akan selalu duduk di atas mejanya memperhatikan dia mengurusi dokumen yang selalu banyak.
"Don't ever fall for your secretary."
Raka mengadah menatap gue yang masih duduk di atas meja lalu meletakkan dokumennya, "Gwen maksudnya?" tanyanya memastikan
"Siapa lagi emang sekre lo?"
Dia tersenyum lalu mencubit pipi gue, "Kenapa sih? Sensi mulu sama Gwen."
"Ih dia tu suka sama lo Ka." kata gue kesel.
"I know."
"Hah?!" gue kaget mendengar jawaban Raka, "Kok tau?" tanya gue.
"She ask me for a date."
"Gila tu cewek." gue menggeleng tidak percaya ada cewek senekat itu sama bosnya sendiri, untung Raka ini baik plus menghargai orang. "Terus lo bilang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Where is My Happy Ending?
General FictionWhen broke girl looking for happiness. Story in Bahasa Warning! * Non Baku * Harsh Words * Mature Content * Part 12 silahkan DM, tapi saya tidak meladeni siders