26. Hurt

683 112 3
                                    

Gue tau sejak pulang kantor tadi Arga memperhatikan gerak-gerik gue, pasti karena kejadian beberapa hari lalu. Dia memang belum bertemu gue lagi setelahnya walaupun kesini mengantar Elvan pulang sekolah, Arga sibuk dengan laporannya sebelum kembali ke Indonesia.

"Kamu yakin ga mau ikut aku aja Dil?" tanyanya membuka suara. Dia meninggalkan Elvan yang sibuk dengan buku gambarnya.

"Aku di sini aja, lusa ya berangkatnya?"

"Masih ada waktu kalau kamu berubah pikiran." bujuknya.

Kesekian kalinya gue menggeleng menolak keinginannya, "Lain kali main ke sini ya, liat Elvan." kata gue seolah kami hanya teman lama yang akan berpisah.

Arga menghela panjang akan membuka suara ketika gedoran keras terdengar dari pintu masuk. Dia keliatan kaget karena udah jelas itu melanggar etika bertamu tapi tidak buat gue yang sudah berubah air mukanya. Melihat itu Arga berinisiatif membuka pintu melihat pelakunya.

Pria paruh baya menerobos setelah melempar tatapan sinis tidak suka pada Arga.

"Elvan, masuk kamar ya sayang." pinta gue.

"Kenapa mom?"

"Gapapa, mom ada urusan sama opa sebentar. Kamu masuk kamar ya?" gue panik Elvan bisa saja melihat adegan yang tidak seharusnya dia lihat. Elvan sedikit berlari ke dalam kamarnya di lantai dua sesuai instuksi dia ga melihat ke belakang.

Plak!

Pipi gue seketika terasa panas dan perih di sudut bibir, gue hanya memandang tanpa ekspresi pada pria yang katanya adalah ayah gue ini.

"Kamu kasih pengaruh apa ke Adel?!" gue tetap bergeming malah menatap Arga yang terlihat sangat terkejut dan mau menghampiri tapi gue memberi kode agar dia tetap di tempat.

"Jawab!" papa memukul kepala gue hingga berdenyut rasanya.

"Dia sendiri yang-"

"Berani kamu salahin dia?! Kurang ajar! Untung saya tinggalin kamu!"

Dada gue sudah naik turun berusaha mengatur napas berdoa semoga gue tidak berkata kasar ke papa.

"Apa salahnya kamu lepasin Raka buat dia?!" bentaknya lagi, "Dia ga akan kayak gini kalau Raka sama dia!" bahu gue didorong kasar hingga gue hampir tersungkur.

"Tapi Raka yang ga mau pa." jawab gue setenang mungkin.

"Bohong kamu! Adel bilang kamu yang nahan Raka!" brengsek Adel pasti main drama lagi di depan papa. Papa memang lebih percaya pada Adel dibanding gue yang merupakan anak kandungnya.

"Terserah papa mau percaya atau ngga sama aku." kata gue dengan suara gemetar.

"Kamu udah punya mainan baru masih juga sama Raka?" tanya papa dingin melirik Arga tajam, cowok itupun menatap papa tidak kalah tajam. "Dasar murahan, pantas mama kamu juga ninggalin kamu." sial gue sudah tidak tahan lagi.

"Sudah?" kata gue marah sambil menyeka air mata gue kasar, "Saya memang perempuan murahan seperti yang anda bilang barusan. Sadar anda meninggalkan saya saat saya masih anak baik-baik?" gue melihat papa yang sedikit kaget tapi juga marah, baru pertama kali gue melawan.

"Anda sendiri yang menjadikan anak anda ini pelacur. Tolong anda cerna perkataan saya." kata gue dengan air mata yang semakin deras, "Jika Adel lebih benar dari saya dia tidak akan membangkang!"

"Dulu anda hampir menjual saya pun saya tidak membangkang anda seperti Adel!!!" pekik gue.

"Untuk pertama kalinya saya menyesal dilahirkan sebagai anak anda!"

"Silakan keluar! Urus anak anda dan jangan kembali kesini!" terlihat jelas papa benar-benar kaget dengan perkataan gue, apa dia pikir gue malaikat atau Tuhan yang kesabarannya tidak pernah habis? Gue rasa cukup sampai disini.

"KELUAR!!!" teriak gue.

Papa keluar tanpa sepatah katapun, pandangan gue kabur karena air mata tapi masih melihat jelas Raka dan Dion sudah ada di sana sama terkejutnya dengan Arga. Kaki gue lemas hampir tidak dapat menahan badan gue lagi, tapi Arga sudah memeluk gue erat dan menjadi satu-satunya tumpuan gue.

Gue meronta dalam pelukannya, gue malu dengan keadaan gue yang seperti ini. Bukan hanya pada Arga, tapi juga Dion dan Raka, gue benci terlihat menyedihkan begini. Gue yang sekarang lebih menyedihkan dari yang selama ini terlihat.

Hal ini selalu gue sembunyikan dari Arga dulu, gue tidak mau dia merasa iba dan semakin mempertahankan gue. "Lepasin!" teriak gue meronta tapi dia malah mengeratkan pelukannya. Pada akhirnya gue hanya menangis histeris dalam pelukannya. Samar-samar gue melihat Dion dan Raka berlari menaiki tangga yang sepertinya mengamankan Elvan.

Gue sudah tidak perduli tempat dan siapa yang bersama gue sekarang, hati gue terlalu sakit untuk diajak kompromi. Gue sendiri tidak tau kenapa papa begitu buruknya memperlakukan anak kandungnya hanya karena anak tiri. Tidak cukup membuang gue, dia selalu menyalahkan gue akan perilaku menyimpang cewek yang dasarnya sudah kurang ajar.

"Tinggalin gue!" isak gue lemah, suara gue hampir habis karena menangis kencang.

"Ga akan." kata dia sambil mengecup kepala gue.

Arga merenggangkan pelukannya setelah gue lebih tenang, gue hanya menunduk tidak mau melihat wajahnya. Terlalu malu menampakkan diri di hadapan dia sekarang. Dia menyeka air mata gue dan mengusap kepala gue merapikan surai gue yang berantakan.

"Kamu bisa lampiasin semuanya ke aku." dia mengangkat dagu gue agar gue melihat dia.

Gue menggeleng kuat sebelum mengumpulkan suara gue yang hampir habis untuk menjawab, "Harusnya kamu pergi aja, aku ga pantes kamu perhatiin." gumam gue serak.

Dia menatap gue dalam, gue melihat dia kelihatan marah dengan ucapan gue. Arga menarik dagu gue, kemudian menyatukan bibir kami cukup lama hingga dia menjauhkan wajahnya kembali menatap gue, "Udah? Jangan ngomong aneh-aneh kamu." kata dia kembali memeluk gue.

Arga tetap bersama gue sampai malam, dia membawa gue ke kamar tamu dan memeluk gue sambil berbaring menemani gue tidur. Gue seperti anak kecil minta di kelonin, selama itu dia tidak membiarkan gue bertemu dengan Elvan karena kadaan gue yang sangat emosional.

Rasa nyaman dan miris melingkupi perasaan gue. Gue nyaman dengan perhatian dia dan usaha dia menenangkan gue yang sedikit berbeda dengan Raka, tapi juga miris memikirkan dia akan semakin merasa iba pada gue.

Gue harap dia tidak akan mempertahankan gue karena rasa kasihannya.

Where is My Happy Ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang