Sepulang kantor seperti biasa, Arga sudah menunggu di depan lobby. Gue tidak banyak bicara selama perjalanan pulang, bukan karena kejadian tadi siang tapi gue benar-benar lelah jadi gue memilih memejamkan mata mengistirahatkan diri gue sejenak. Gue sama sekali tidak tidur jadi gue tau apa saja yang Arga lakukan pada gue. Dia sempat menyentuh puncak kepala gue, menggenggam tangan kanan gue dan mengecupnya berulang kali.
Karena terlalu lelah gue hanya mengabaikan dan tetap memejamkan mata. Gue tau dia menggenggam tangan gue sampai kita sampai di halaman rumah dan dia membangunkan gue. Dia membukakan pintu rumah terlebih dahulu kemudian mempersilakan gue masuk, ada yang aneh rumah kami sepi tidak ada Elvan yang biasanya berlarian saat gue baru sampai rumah dan juga mbak Ratih -pekerja di rumah kami- yang biasa menyambut.
Tiba-tiba saja tubuh gue terkunci dalam pelukan Arga, dia menciun lekukan leher gue membuat gue meremang. "Arga, nanti Elvan liat."
"Dia nginep di rumah Raka." dia masih saja mendaratkan kecupan ringan di leher gue.
"Kok ga bilang aku?"
"Tadi mau bilang tapi kamu tidur." dia malah semakin menjadi.
"Mhh.. Mbak Ratih-"
"Udah pulang." timpalnya memotong ucapan gue.
Sepertinya Arga yang menyuruh mbak Ratih pulang, karena biasanya dia akan pulang setelah kami selesai makan malam. Sekarang gue kehabisan kata untuk menghindar, Arga membalikkan tubuh gue menghadap dia lantas mendekatkan wajahnya.
"I want you, mine." bisiknya yang membuat gue merinding.
Gue memekik saat dia mengangkat tubuh gue membawa gue ke dalam kamar kami yang terletak di lantai dua, karena memang semua kamar berada di lantai dua.
Arga membaringkan gue di atas kasur, menindih dan menyingkap rok selutut yang gue kenakan. Dia mengelus paha gue, dan sialnya itu bener-bener kelemahan gue. Masih berusaha menolak, gue menyentuh wajahnya yang memang terlihat lelah.
"You look tired Ga."
Dia meraih tangan gue dan menciumnya, "But still want you right now." ada desiran aneh dalam diri gue yang membuat gue tidak bisa menolaknya, Arga selalu jadi kelemahan gue.
***
Gue lelah sekali, karena Arga baru berenti setelah menahan gue hampir empat jam. Rasanya gue hampir terpejam dengan nafas yang masih tersengal, Arga mengelus perut gue yang masih polos di dalam selimut dan mengecup bahu gue.
"Makan dulu yang, baru tidur." Ini laki-laki ga tau apa gue kecapean gara-gara dia. Sabar, dia suami lo ucap gue dalam hati.
"Besok pagi aja, aku capek."
Bukan Arga namanya kalau dia ga bisa maksa gue, dia beranjak dari tempat tidur memakai bajunya sendiri setelahnya mengambil gaun tidur gue di lemari dan pakaian dalam. Dia mendudukkan gue lalu memakaikan gue baju. "Mang Danang udah beliin martabak telur kesukaan kamu, sayang ga dimakan."
Dia menarik pelan tangan gue supaya berdiri tapi kaki gue masih lemes. Arga ketawa karena gue terduduk lagi di atas kasur, kemudian dia menggendong gue dengan bibir dilipat seperti menahan tawa.
"Maaf sayang, aku terlalu semangat tadi." kata dua sambil menuruni tangga. "Masih pengen sih, tapi kamunya belum makan."
Mata gue langsung melebar mendengar perkataan dia, "Empat jam Arga, kamu masih belum tuntas?" sergah gue ga percaya, gila dia minum obat kuat apa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Where is My Happy Ending?
General FictionWhen broke girl looking for happiness. Story in Bahasa Warning! * Non Baku * Harsh Words * Mature Content * Part 12 silahkan DM, tapi saya tidak meladeni siders