Terlalu banyak melamun membuat gue baru sadar Arga mengendarai mobil ke arah berlawanan dengan rumahnya. Gue memposisikan diri menyamping menghadapnya yang masih setia menggenggam tangan gue sambil menyetir.
"Ini mau kemana? Bukannya mau pulang?" tanya gue kebingungan.
Arga tersenyum kemudian mengecup punggung tangan gue, pandangannya masih fokus pada jalan tol yang cukup padat meski sesekali melirik ke arah gue.
"Rahasia, buka dashboard deh yang." gue menuruti keinginannya, "Kamu pake kain itemnya, I have surprise for you."
"Harus banget?"
"Harus sayang, pake ya."
Tanpa banyak bertanya, gue melingkarkan kain hitam yang cukup tebal menutup pandangan gue. Hanya genggaman tangan Arga dan lantunan lagu Westlife yang memenuhi indra gue. Arga mengemudi dengan tenang, kurang lebih lima belas menit mobil berhenti entah di mana. Yang gue tau saat dituntun turun, keadaan sekitar tenang. Gue jadi berpikir mungkin dia membawa gue ke taman atau sejenisnya.
"Pelan-pelan yang." gumamnya sembari menuntun gue.
Gue menaiki beberapa anak tangga sampai akhirnya dia meminta gue berhenti, Arga melepas genggamannya lalu beralih membuka kain yang menjadi penutup mata gue.
"Suprise!"
Gue tertegun melihat kedua mertua gue, Mama, Dion, Raka bersama Elvan dalam gendongannya dan juga Joy, adik ipar gue tersenyum ke arah gue. Terlebih ruang tamu merangkap ruang keluarga yang tampak asing untuk gue.
Kecupan di pipi dan sepasang tangan kokoh melingkar di pinggang menyadarkan gue, "Suka? Ga sebesar rumah papa, tapi aku beli pake tabunganku." seketika mata gue memanas, hati gue membuncah bahagia. Gue berbalik mendekapnya erat.
"Makasih, aku suka banget."
Dekapan Arga semakin erat, dia juga mencium pelipis gue berkali-kali. Celana gue di tarik pelan, hingga gue menegok.
"Epan juga mau dipeluk." tangan mungilnya merentang, Arga tertawa membawa Elvan dalam gendongannya.
Tidak ada acara besar yang diadakan, hanya makan siang sekeluarga dalam rangka kepindahan kami. Ibu mertua dan adik ipar gue sudah menyiapkan chatering dengan menu khas Indonesia dan beberapa makanan ringan.
Setelah acara makan bersama, gue dan Joy memilih mencuci peralatan makan yang kami gunakan. Saat akan kembali bergabung dengan para laki-kali yang sedang menonton siaran langsung Asian Games, ibu mertua gue menahan gue membawa gue duduk di kursi meja bar.
"Selamat menempuh hidup baru." ungkapan ga terduga dari tante Rasti membuat gue terharu, terlebih ucapannya begitu lembut dan tulus. "Masalah yang kemarin-kemarin, Mama minta maaf. Mama terlalu mementingkan ego. Bagaimanapun sekarang kamu menantu Mama, wanita pilihan Arga. Kita keluarga dan Mama menerima kehadiran kamu."
Air mata gue pada akhirnya luruh, ini yang paling gue nantikan. Restu dari ibu mertua. Karena gue tahu ga ada pernikahan yang berjalan mulus tanpa restu orang tua.
"Makasih tante."
Tante Rasti mengusap pipi gue yang basah dengan air mata, "Mama, sayang. Panggilnya Mama, sekarang saya juga ibu kamu." gue mengangguk sembari tersenyum.
"Tadinya Mama masih keras kepala ga mau menerima kehadiran kamu. Tapi beberapa hari menghabiskan waktu dengan Elvan buat Mama berfikir kalau cucu Mama butuh kalian. Mama ga bisa bayangin kalau ada di posisi kamu yang membesarkan dan mendidik anak sendiri. Mama sadar hidup kamu berat, Mama minta maaf ya?"
"Ga apa-apa Ma, makasih udah nerima aku dan Elvan."
Mama memeluk tubuh gue, bahu gue terasa lembab. Gue yakin Mama juga menangis.
"Ehem." Mama melerai pelukan kami, buru-buru menghapus air matanya begitupula gue.
Arga mengecup pipi Mama kemudian memeluknya, "Makasih, Ma." Mama malah memukulnya.
"Anak nakal! Nanem benih sembarangan!" serunya galak.
"Tapi sekarang bolehkan, Ma?"
"Ya boleh, udah halal. Ingat Mama pengen cucu perempuan."
Mama berlalu dari hadapan kami, gue tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan gue saat ini. Arga tersenyum lebar mencium dahi gue, membawa gue dalam dekapannya. Gue harap, kebahagiaan ini ga hanya sementara.
"Aku sayang kamu."
Ungkapan ga terduga dari suami gue ini semakin membuat gue merasa haru luar biasa, gue bertanya-tanya dalam hati. Apa ini rasanya bahagia? Karena ini pertama kalinya gue merasakan.
"Mama mau ngomong sama kamu." Arga melirik pada Mama yang berdiri tidak jauh dari kami, matanya tampak berkaca-kaca yang bagaimanapun membuat gue ga nyaman. Sebagaimanapun perlakuan Mama selama ini, gue tetap sayang dan gue ga suka orang yang gue sayang terluka.
"Aku tinggal ya." izinnya kemudian mengecup bibir gue.
Sepeninggal Arga, Mama mendekat lantas memeluk gue erat. Gue bisa menangkap isakan kecil dari mama, sebisa mungkin gue menenangkan Mama. Mengusap punggung Mama hingga cukup tenang untuk bicara.
"Mama minta maaf, semuanya salah Mama." suaranya parau.
"Mama ga salah, aku ngerti. Mama butuh bahagia."
Gue tidak bisa menahan air mata, selama sebelas tahun gue mencoba memahami alasan gue ditinggalkan sendiri oleh mama dan papa. Dan gue hampir ga menemukan alasan gue dibuang, dulu gue perempuan baik, juara kelas, ikut lomba kemana-mana, ga pernah bermasalah di sekolah. Rasanya gue hampir gila memikirkan seberapa tidak berharganya gue.
Tapi sekarang gue paham, mereka ingin bahagia dan mungkin mereka bisa menggapainya kalau gue ga ada. Untuk bahagia akan ada yang dikorbankan, bukan? Jadi gue berusaha keras tidak membenci kedua orang tua gue.
Mama menggeleng, dekapannya semakin erat, seolah meluapkan kesedihannya pada gue. "Mama nelantarin kamu, mama bukan ibu yang baik, egois." nafas mama semakin tidak teratur membuat gue cemas.
"Udah ma, ga apa-apa. Jangan nangis, manti asma Mama kambuh."
Mama melepas dekapannya, menangkup kedua sisi wajah gue. Wajahnya sembab membuat dada gue berdenyut sakit. Gue menyeka air matanya yang terus mengalir.
"Kamu anak baik, harusnya kamu benci Mama." gue menggeleng.
"Aku ga akan pernah benci Mama, janji Mama harus bahagia. Ga boleh nangis kayak gini lagi."
"Harusnya Mama yang bilang itu, sudah seharusnya kamu bahagia. Kamu udah banyak menderita, maafin mama."
"Doain ya Ma, aku sedang mencoba."
"Semoga Arga bisa bahagiain kamu."
Gue hanya tersenyum, mengamini dalam hati. Semoga saja Tuhan berbaik hati memberikan gue bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where is My Happy Ending?
Fiksi UmumWhen broke girl looking for happiness. Story in Bahasa Warning! * Non Baku * Harsh Words * Mature Content * Part 12 silahkan DM, tapi saya tidak meladeni siders