12. Farewell

977 133 8
                                    

Warn! Mature Content! Dosa tanggung sendiri ehehe...

"Can we do it for the last time?"

Arga mengerem mendadak membuat beberapa mobil menglakson dan ada juga yang mengumpat ke arah mobil yang kami gunakan, beruntung jalanan tidak terlalu ramai dan jarak mobil Arga dengan yang ada di belakangnya cukup jauh.

Dia menatap gue dengan tatapan kaget tidak percaya, "Dil-"

"Can we?" tanya gue lagi dengan mata mulai berkaca-kaca, gue juga tidak tau kenapa kata-kata itu bisa meluncur dengan mulusnya dari bibir gue. Tapi gue tidak munafik kalau gue ingin melakukan semua hal dengannya hari ini termasuk itu.

Arga mengusap wajahnya kasar tapi tidak lama setelahnya Arga memutar kemudinya membawa gue ke sebuah hotel berbintang yang terletak cukup jauh dari tujuan awal dia untuk mengantar gue ke apartemen.

Gue bisa melihat Arga tampak ragu dengan keputusannya menuruti keinginan gue, buktinya dia masih diam saja di pinggir ranjang. Sama halnya dengan gue yang hanya diam tidak berani membuka suara.

"Kamu yakin? Kita bisa pulang sekarang kalau kamu ma-"

"Just do it Arga." potong gue cepat.

Dia menghembuskan nafas panjang lalu memangkas jarak kami dan menatap gue lebih intens, gue balas menatapnya yang menatap gue dengan tatapan teduh yang belum pernah gue dapat kan selama ini. Biasanya jika sudah begini gue hanya melihat kilatan nafsu dimatanya, tapi kali ini berbeda bahkan dia terkesan hati-hati saat akan menyatukan bibir kami.

Gue memejamkan mata merasakan bibir lembut Arga di permukaan bibir gue, dia melumat dengan lembut dan tidak terburu-buru. Sensasinya sangat berbeda padahal kami sudah sangat sering melakukan ini apalagi hanya sekedar berciuman, tapi kali ini gue merasakan kelembutan dan perasaannya.

Cukup lama kami hanya berciuman, tidak ada pergelutan lidah, hanya menikmati setiap inci bibir masing-masing. Sampai dia melepaskan pagutannya dan menyatukan kening kami.

"Let's making love."

Gue tertegun mendengar ucapannya, sex dan making love itu sangat berbeda walaupun yang dilakukan sama saja. Artinya dia mengajak gue melakukannya dengan melibatkan perasaan, bukan nafsu seperti biasanya. Gue diam menatap matanya mencari keraguan yang dia sembunyikan. Nyatanya gue hanya mendapati tatapan keyakinan dalam matanya, dia serius untuk itu. Gue mangangguk menyetujui perkataannya.

Senyumnya merekah tulus yang gue balas dengan senyuman yang entah seperti apa, gue sedikit memaksakannya karena gue hampir saja menangis, Arga mencium kening gue lama dan dalam sebelum kembali memagut bibir gue.

***

Arga menarik gue ke dalam pelukannya, menyelimuti tubuh polos kami. Ini pertama kalinya Arga mengeluarkannya di dalam tanpa pengaman apapun.

"Makasih Dil." Dia mengecup puncak kepala gue.

"I love you my Wendy."

"I don't love you my Peterpan."

Kita berdua sama-sama terlelap dengan pelukan erat yang menghangatkan, gue tidak tau berapa lama gue tertidur yang jelas saat gue bangun gue masih melihat wajah Arga dari dekat, dia masih memeluk gue dalam tidur pulasnya. Gue menatap wajahnya lamat-lamat, wajah yang pasti akan sangat gue rindukan nantinya, wajah yang selalu menemani gue selama dua tahun terakhir sekarang harus gue tinggalkan dan menjadi ingatan saja dalam benak.

Tangan gue menelusuri tiap inci wajahnya, tampan, tegas dan memancarkan daya tarik yang kuat. Gue hampir menangis lagi, tapi dengan cepat gue menarik napas panjang menahannya. Gue mengecup bibirnya berulang kali sebelum bangun dan membersihkan diri. Arga tidak akan bangun hanya dengan kecupan dan ciuman, sekalinya dia tertidur maka akan sangat sulit di bangunkan makanya gue berani bertindak seperti itu. Gue tidak mau dia melihat kepergian gue nantinya karena itu akan mempersulit gue dan perasaan gue.

Gue menatapnya dari pinggir kasur, dia masih terlelap, wajahnya damai sekali mungkin dia mimpi indah. Apakah gue singgah di mimpinya? Pertanyaan bodoh memang, tapi gue ingin tetap ada dalam mimpinya, setidaknya dia tidak pernah melupakan gue walaupun hanya dalam mimpi dan lupa setelah dia terbangun.

Gue mendekatkan wajah gue, menyatukan bibir gue dan bibirnya. Melumatnya pelan agar dia tidak terbangun, gue menciumnya dalam dan lama hingga akhirnya gue melepaskan karena air mata gue yang hampir membasahi kulitnya. Gue mangambil tas yang terletak di atas nakas, menatap Arga sekali lagi dan memberikan tiga kecupan dan yang terakhir di keningnya.

"Goodbye Arga, aku cinta kamu." Bisik gue sebelum melangkah meninggalkan kamar yang menjadi saksi perpisahan gue dan Arga.

Have better life Arga

***

KARENA ADEGAN PART INI TERLALU DEWASA, SEBAGIAN AKU HAPUS. UNTUK BACA FULL VER, SILAHKAN DM AKU ^^

TAPI SEBELUMNYA PASTIKAN KALIAN BUKAN SIDERS :)

Where is My Happy Ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang