Antara Kamu, Aku, dan Martabak

13.3K 723 11
                                    

"Kita emang tahu, semua yang terjadi pasti nggak kebetulan" -Nilam

Sehari setelah kejadian mengerikan itu membuat Vanya tidak tenang.

Keesokan harinya dia mendapati berbagai macam teror dari para fans David dan keesokan harinya pun sama. Dari tampangnya, Vanya yakin jika David adalah cowok pembuat onar.

Terbukti dari kejadian mengerikan kemarin. Jika ada award tentang kejadian mengerikan di dalam hidupnya, dicium David adalah kejadian mengerikan yang pernah ada. Menyeramkan sekali.

Ini pertama kalinya dicium oleh cowok. David sudah merebut kesucian pipinya.
Kesal bukan main.

Hari-hari Vanya jadi rumit sekali. Mulai dari buku tulisnya yang dicoret-coret oleh orang yang tidak diketahuinya, laci meja yang sengaja diletakan kecoa mati, atau bahkan tatapan sinis jika dia berjalan di area sekolah. Pokoknya semenjak insiden itu, Vanya menjadi sebal pada David.

"Gue nggak tahan lagi Dhe, gue mau pindah sekolah aja kalau gitu."

Dhea menggenggam tangan sahabtnya dengan penuh perhatian,"Jangan dong Nya, gue ntar sama siapa mainnya? Baru beberapa hari masuk sekolah langsung pindah."

Vanya meringis, lama-lama dia bisa gila jika harus menerima ini semua. "Habis gimana dong? Kak David tuh emang bikin susah orang aja."

"Sabar ya, Nya."

"Sabar gimana lagi?" vanya menutup bukunya dengan kasar sampai membuat seisi perpustakaan menoleh kesal kearahnya.

Perpustakaan adalah hal pertama yang bakal Vanya datangi jika dia berada di area sekolah. Buku adalah hidupnya. Bahkan aroma dari tuanya buku itu pun membuat Vanya bahagia. Katanya, ada rasa mengganjal jika dia tidak mencium aroma kertas-kertas tua ini.

Ih, ini kan jorok, kertas adalah faktor kesekian yang mengandung kuman. Habisnya kertas ini sudah tua dan pastiya banyak orang yang membaca buku tersebut.

"Ya sabar. Atau lo temuin aja Kak David, terus lo bilang kalo fansnya itu mengganggui elo. Lo kan tau mereka Cuma nurut sama Kak David."
Otomatis Vanya menggeleng cepat, "Gue trauma sama dia, Dhe."

Dhea tersenyum menggoda Vanya "beruntung Nya lo dicium sama dia gue malah denger ya kalo Kak David itu belum pernah pacaran. Yang suka banyak tapi nggak pernah tuh sampe pacaran.

"Ihhh.. amit-amit"

"Ngeremehin mulu lo. Jatuh cinta baru tau rasa lo"

"NO WAY! Kak david bukan tipe gue."

"Jadi tipe lo yang kayak gimana Nya?" tanya Dhea ingin tau. "Yang botak ya kayak profesor gitu?"

"Enak aja!" selorohnya, "Yang baik, nggak usah populer yang penting pinter."

***

ketiga cowok itu berjalan menyusuri kantin. Rokok masih terselip di tangan mereka dan sesekali dia menghisap benda kecil tersebut.

"BANG, DEDEK MAU MARTABAK." Teriak David yang padahal belum berada didepan si penjual martabak.

"Yang manis, Dave?"

David mendesah nafas dramatis. "Nggak usah! Percuma aja manis juga, kalo hanya dibibir saja."

Gilberth dan Resky mendengus, tidak heran kalau sahabatnya ini tidak nyambung. Ditanya apa dan jawabnya lain.

"David nggak butuh janji, david butuhnya kepastian aja." Katanya sambil berpura-pura terisak.

"Sabar ya, Dave," kata Bang Daus.

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang