Dia Kembali

6.9K 355 3
                                    

"Kamu tidak akan tahu dan mengerti rasanya kehilangan setelah bahagia" -Masa lalumu.

“Pengen cimory.” Gumam David.

“Apa?” tanya Vanya kurang mendengar gumaman David karena sibuk mengerjakan Pr untuk besok pagi.

Maka jadilah dia mengerjakan sebagian soalnya di mobil David. Ada lima belas soal fisika, dan Vanya bakal kewalahan kalau nggak dicicil saat ini juga.

Padahal pr-nya baru diberikan pada saat pelajaran berlangsung, Vanya bukanlah tipikal yang suka menunda suatu pekerjan, apalagi tugas sekolah semacam ini.

Bahkan ucapan David sebelumnya tidak dia gubris dan malah lebih memilih soal fisika itu.

“Kamu laper nggak?”

“Biasa aja, kenapa?”

“Mampir MM bentaran yuk? Ajak David.

“Mau beli apa?”

“Cimory.” Jawabnya sambil menepikan mobilnya di depan parikiran mini market.

David mematikkan mesin mobilnya lalu bergegas keluar dan disusul Vanya di belakangnya.

David menarik Vanya dan menautkan jemarinya pada jemari Vanya. Hal itu membuat pipi Vanya bersemu marah. Semuanya..semua yang David berikan terlalu manis.

Mereka berjalan kearah rak makanan. Vanya mengambil sekaleng snack dan biskuit rasa matcha.

“Kenapa nggak rasa cokelat?” tanya David.

“Memangnya kenapa? Aku suka ini.”

“Aneh banget biskuit kok rasa teh hijau.”

Vanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Cewek itu sedikit berlari untuk mencapau bagian minuman dingin. Kemudian dia meneliti beberapa minuman disana. Lalu pilihannya jatuh pada minuman khusus pria.

“Ini rasanya kayak apa, Yang?” tanya Vanya

“Cie yang ayang-ayangan.” Goda David sambil menunjukkan wajah gemasnya pada Vanya.

Vanya mendengus sebal, “Serius gue ih.”

“Ohh gue-gue lagi. Liat aja kamu, ntar aku cium nih.” Sahut David.

Vanya sampai harus menutup wajahnya dengan sekotak biskuit yang dia pilih tadi.

Bahkan omongan David nggak sempat di filter dulu. Mana banyak orang lagi disini.

“Jawab dulu gimana rasanya?”

“Kamu mau nyoba LMEN?”

“Pengen nyoba.” Jawab Vanya polos.

“Coba ja sana. Siapa tau perut kamu kotak-kotak kayak aku.”

“Ah yang bener?”

“Ntarada yang teriak gini. ‘ih Vanya perutnya roti sobek’ ntar aku juga bantu teriak ya”

Vanya mencubit pinggang David gemas, “Rasaiin tuh mampus” kesalnya sambil berlari ke arah kasur.

“Liat aja, sekalinya dapet ntar aku kelitikin sampe Vanya pingsan.”

“Coba aja, emang Vanya takut. Wleeeek!!” cewek itu menjulurkan lidahnya dan kembali berlari.

Saat hendak mengejar Vanya, cewek itu malah menabrak seorang yang tengah berada di antrian pertama.

Vanya yang berada di belakangnya kontan tersungkur kedepan. Reflek David langsung berlari menghampiri pacarnya itu.

“Huueee,” Vanya merengek saat David menariknya untuk bangun dari lantai.

Vanya merasa sangat malu saat dia jatuh telungkup. Begitu malunya dia sampai-sampai wajahnya memerah menahan malu.

“Yah lutut kamu memar tuh,” ucap David saat melihat kedua lutut Vanya yang membiru dan memerah di pinggirnya.

Rasanya Vanya ingin menangis saja. Rasa sakitnya tidak seberapa bila dibandingkan dengan malunya saat ini.

“Ya ampun, maaf ya.” Ucap seorang cewek cewek berambut panjang terurai.

Buru-buru membantu membereskan belanjaan Vanya yang berserakan di lantai.

Betapa kagetnya David saat menatap cewek di samping Vanya.

“Adela..”

***

“Dave, lo apa kabar?” tanya Adela saat ketiganya sudah berada di parkiran.

“Baik. Lo?”

Vanya memandang keduanya dari dalam mobil. Cewek itu memang sengaja memberikan waktu untuk David dan Adela berbicara. Dia percaya pada David.

“Baik juga. Jadi diaa” ucap Adela terputus, cewek itu menarik nafasnya agar menetralkan rasa gugupnya atau kalau tidak tangisnya akan pecah.

“Cewek lo, ya?”

David tersenyum lalu mengangguk tegas, “Iya.”

Dia hanya ber-oh saja. Cewek itu menggigit pelan bibirnya dalam-dalam.

“Udah lama banget ya kita nggak ketemu. Semenjak saat itu ya?” cewek itu terkekeh pelan.

David mengangguk kaku.

“Oh iya tentang itu gue minta maaf.”

David mengerutkan dahinya bingung, “Lo nggak perlu. Gue udah baik-baik aja .”

Adela mengangguk paham.

“Gue balik dulu, gue nggak mau buat cewek gue nunggu terlalu lama.” Pamit David.





.
.
.
.
.
.
.
.

Adela kembali?
Lalu Apakah David masih suka sama Adela??

Jangan lupa vote&comment.

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang