Permainan

6.1K 309 12
                                    

Vanya menangis terus menerus bahkan dadanya terlalu sesak. Matanya bengkak dan terasa perih saat dipaksa buka. Badannya terlalu lemas untuk digerakkan.

Ketukan di pintu kamarnya tidak dihiraukan. Dia begitu sibuk dengan menangisi dirinya, dia begitu sibuk menyalahkan dirinya.

Seharusnya semua tidak seperti ini kalau Vanya tidak pindah dari SMA Pelita Bangsa. Bahkan dia bisa merasakan cinta yang begitu dalam dari David.

Tapi semua sudah terlambat semua sudah berubah semua kenyataan ini begitu sakit untuk Vanya.
Baru satu bulan dan David ternyata sudah tidak mencintainya. Bagaimana bisa seorang David orang yang jauh dari kata menyerah hanya bisa bertahan satu bulan untuk cintanya saja.

Vanya masih masih meringkuk di kasurnya itu, masih tenggelam dalam keadaan yang prihatin. Dia selalu menangis dalam keadaan seperti ini. Dan selalu tertidur dan terbangun lalu menangis kembali

Vanya begitu kacau dan keadaanya terlihat sangat tidak sehat. Vanya yang dikenal dengan penuh canda dan tawa, kini berubah menjadi Vanya yang kosong jiwanya.

" Kenapa masih terasa sakit yah?" Vanya memukul dadanya pelan.

ketukan pintu kembali terdengar "Vanya keluarlah Mama nggak bisa kalau kamu kayak gini terus"

Sedangkan David.
Dia tak bersalah sepenuhnya. Dia hanya ingin membuktikan cintanya pada Vanya. Dia ingin melindungi Vanya dari bedebah gila itu.

Ya, Haikal.
Sehari setelah Vanya diantar pulang oleh David saat itu, Haikal datang ke rumahnya. Dan lebih kaget lagi dia datang bersama Adela.

*Flashback*

"Mau ngapain kalian kesini?" tanya David dengan wajah sinisnya.

"Santai aja Dave, kita cuma mau ngajak lo buat nyerah!" Haikal menyinggungkan senyum iblisnya.

"Maksud lo?" tanya David bingung.

"Kalo lo mau ngerelaiin Vanya ke tangan gue, gue nggak bakal lakuin apa-apa ke dia. Tapi sebaliknya, kalo lo nggak mau, he... Nyawa Vanya dalam bahaya." Haikal pun membalikkan badannya dan meninggalkan David yang masih terdiam beku.

"Menyerahlah David." Adela tertawa sekeras-kerasnya.

"Aku nggak takut sama ancaman kalian! Aku bakal lindungin Vanya" David bertertiak sekeras-kerasnya.

Haikal membalikan badannya dan menatap David tajam,
"Satu-satunya cara ngelindungi Vanya cuma menyerah,Dave!!"

Vanya? Nyawa?  Nyerah? Kata-kata itu yang kini terlintas di pikiran David. David nggak mungkin relaiin Vanya sama iblis berwajah malaikat itu. Tapi bagaimana dengan keselamatan Vanya? Haruskah David pergi demi cintanya?

*FlashbackEnd*

"Udahlah, Dave kamu nggak sepenuhnya salah kok" Gilberth membuyarkan lamunan David.

"Iya bener tuh. Kamu cinta sama Vanya makanya kamu ngelindungi dia dengan cara kek gini" timpal Resky.

"Tapi aku nggak bisa buat Vanya hancur kayak gitu" David mendengus pelan. David benar-benar kacau sekarang.

Mungkin memang David dan Vanya tak berjodoh.








.
.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa Votmment yah.. 😊

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang