Sirup Merahnya Vanya

8.1K 452 1
                                    

"Ingin rasanya berteriak agar sang cinta tahu..." -David

Vanya dan Dhea dipaksa menemani David dan dua sahabatnya ke kantin. Dengan alasan bahwa Vanya harus bertanggung jawab karena David yang sempat demam kemarin.

Padahal Vanya tidak merasa melakukan sesuatu yang membuat David sakit.

“Van gue mau bilang sesuatu.” Ucap Dhea memecah keheningan.

Vanya menoleh menatap Dhea, “Apaan?”

“Rian nembak gue!!!!”

“Hah?”

Dhea terkekeh pelan tapi buru-buru menutup bibirnya takut ketiga cowok di depan mereka mendengar itu,

“Santai aja lagi, Van.”

“Kok bisa sih?”

“Ya bisa lah. Hahaha.”

“Terus lo jawab apaan?”

“Ya gue trima lah, habis Rian kan cowok keren.”

Vanya menganggu-angguk. “Selamat deh buat lo berdua. Jangan lupa pj yak.”

“Lo mo pesen apaan, Van?” tanya David. Semenjak Vanya menjenguknya, David berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Meski nggak seratus persen loh. Tapi terasa banget bagi Vanya.

“Samain lo aja.” ucap Vanya.

David mengangguk lalu berjalan sendiri menuju Bang Adi si penjual bakso. Setelah David selesai memesan, cowok itu kembali duduk di samping Vanya.

Tidak jauh dari meja mereka, segerombolan cewek duduk di meja sambil menatap ke arah mereka dengan pandangan memuja. Siapa lagi kalau bukan David Lovers.

"Itu kan David lovers?"

“Hmm, mungkin.” Cowok itu tersenyum miring pada Vanya. Takut cewek itu terganggu karena fans David yang begitu banyak.

“Sapa kek atauapa gitu.” Ujar Vanya kesal. David seperti tidak peduli sama sekali dengan fansnya.

Cowok itu malah sibuk memainkan hpnya. “Males ah,”

“Jahat lo, itu fans lo tuh.”

“Terus Vanya mau David kayak gimana?”

“Sapa atau lambaikan tangan gitu, nggak ada perasaan banget sih. Yang namanya fans itu ya pasti selalu dukung lo dalam apapun keadaan lo.”

David meringis, dia menoleh kearah fansnya yang memang mayoritas perempuan.

“Ada syaratnya.”

“Loh kok ke gue?”

“Gak usah pake lo-gue lagi, bisa Vanya?”

cewek itu mendengus kesal.

“Iya Dave!” geramnya.

Sudah David duluan yang pakai lo-gue saat Vanya menjenguknya tapi malah Vanya yang secara tidak langsung di salahkan.

David terkekeh lalu berjalan kearah segerombolan fansnya, dia mencoba berbaur dengan menyapa dan berbincang.
Setelah pamit pada fansnya, David kembali pada mejanya untuk makan.

“Udah! Puas kamu?”

“Udah. Makacih Kakak Dave.” Ucap Vanya.

***

“Sekarang gue mau Cimory Strawberry.” kata David.

Vanya mendengus sebal. David bilang kalau pacar yang baik ya harus nurut sama cowoknya.

Bahkan ketika mereka dalam perjalanan pulang tiba-tiba David memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. Cowok itu menyuruh Vanya membelikan minuman kesukaannya itu.

Padahal jarak rumah Vanya tidak jauh lagi tapi dia menuruti permintaan David atau ia akan marah pada Vanya.

“Nggak ada, yang rasa lain aja ya?” Vanya berdiri di luar jendela mobil David.

“Aku maunya yang strawberry. Titik.”

Cewek itu ingin sekali menjambak rambut David. Benar-benar menyebalkan.

“Yang ada Cuma rasa anggur.”

“Ihh”

Ketika Vanya masuk kedalam mobilnya tanpa membawa Cimory Strawberry.

“Cuma ada rasa anggur. Kalo nggak mau ya udah nggak usah diminum. Dikasih aku aja buat Argen.”

David menatap Vanya kesal, rasanya senang saja mengerjai Vanya sampai marah seperti ini.

“Ya udah, iya. Aku minum nih.”

“Kalo terpaksa ya jangan diminum.”

“Apaan sih Van? Galak bener sih. Lagi pms yah?”

“Ntah”

“Oh iya, ini akhir bulan ya, udah waktunya sirup merah.”

“DAVIIID!!!”


.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote&comment yah..

Saran dan kritikannya sangat diperlukan.

Thx 😘

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang