Pidato Gilberth

8.6K 420 0
                                    

"Ketika kamu telah membuatku nyaman,  aku hanya takut jatuh cinta sendirian." -David

-FLASHBACK-

Karena di dalam suatu persahabatan, sebagian perempuan akan menganggap memiliki sahabat cowok itu menyenangkan.

Tetapi resiko terbesarnya adalah jatuh cinta.

Dan bagi sebagian cowok mengatakan bahwa memiliki sahabat perempuan itu menyenangkan. Mereka tau harus kepada siapa mereka curhat.

Bagi David, memilki sahabat perempuan tidak akan murni hanya persahabatan saja. Pasti ada yang namanya hubungan lebih dari seorang sahabat.

Tatapan cowok itu mengarah pada seorang cewek yang sedang berjalan ke arahnya. Menampilkan senyum manisnya di pagi hari yang cerah.

Hari ini adalah hari terakhir mereka melaksanakan Ujian Nasional. Ujian terakhir mereka untuk menentukan lulus atau tidaknya seorang murid.

Adela tampak seperti biasanya, dia selalu mengenakan pakaian rapi, tapi berbeda dengan David yang jarang terlihat rapi kalau bukan di hari Senin saja..

“David udah belajar?”

“Udah, lo?” tanya cowok itu balik.

“Udah dong, Adela kan mau masuk sekolah yang bagus jadi harus rajin belajar.” Ucapnya pelan.

Tapi tidak lama kemudian seorang cowok datang menghampiri keduanya yang tengah berada di koridor sekolah. Cowok itu melambaikan tangan pada keduanya.

“Haikal, kemarin lo bilang mau masuuk mana?”

Haikal mengangkat alisnya sebelah, “SMA Garuda,” jawabnya pada David.

“Haa iya, gue rencananya mau daftar juga disana.”

“Oke, terus Adela?”

Adela tersenyum, “Seneng deh ya kita bisa masuk sekolah yang sama.”

“Eh udah sebentar lagi masuk loh.” Ucap Haikal mengingatkan bahwa lima menit lagi ujian akan dimulai.

-FLASHBACK END-

David meremas botol air minumnya yang berwarna merah jambu yang sudah habis diminumnya.

Cowok itu mendadak kesal sendiri saat teringat hal itu. Pada saat ingin melupakannya tapi dia malah terus menerus mengingat detail kejadian itu.
Sekarang malah Haikal yang dekat dengan Vanya, bukan dirinya.

Ada rasa kesal sendiri saat tau bahwa Haikal yang akan merebut posisinya. Mungkin jika itu orang lain yang ingin bersaing dengannya, dia akan biasa saja.

Tapi ini Haikal, cowok itu!
Lamunan David buyar saat seorang wanita paruh baya bersuara.

“Ya Gilberth, giliran kamu maju.” Ucap Bu Lia selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia.

Kali ini giliran Gilberth yang maju. Cowok itu maju dengan sangat percaya dirinya, setelah dibuatkan naskah pidato dari Resky, selaku anggota Osis.

Tentu saja Gilberth percaya pada resky karena menurutnya, pidato Resky dalam menyuarakan Visi dan misinya saat menyalonkan diri sebagai Ketua Osis bisa diacungi jempol.

Gilberth berdiri di depan kelasnya dengan senyum merekah, lalu dibuka bukunya.

“Selamat pagi semuanya. Hadirin yang saya hormati, pertama-tama, kita patut bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan izin Tuhan kita bisa hadir di kelas yang kita cinta ini. Salam dan hormat pada guru bidang studi Bahasa Indonesia kita, Ibu Lia. Hadirin yang saya hormati, pidato yang akan saya sampaikan kali ini adalah asal usul formalin. Tahukah kalian apa itu formalin? Formalin adalah bahan kimia untuk mengawetkan sesuatu. Banyak juga yang tau kalau penemu formalin itu orang minang.. semua berawal dari rendang yang memang paling awet dibanding yang lain, sehingga bisa di kirim dengan paket pos. Dulu sekali waktu Malin Kundang berlayar dengan kapalnya dan berhenti di negara lain. Makanannya tidak cocok sehingga ibunya selalu mengirimkan rendang dan ditulis, For Malin. Akhirnya setelah bahan pengawet ditemukan diberi namalah Formalin.” Ucapnya,

“Hadirin yang saya hormati. Mungkin hanya ini pidato yang bisa saya sampaikan , bila ada salah kata atau ucapan mohon dimaafkan. Selamat siang.”

“Kamu dapet ide darimana Gil buat pidato seperti itu?”

“Namanya juga ide, Bu. Ya ngalir gitu ajalah.” Elak Gilberth takut ketahuan.

Lagi pula dia juga tidak tahu dan tidak mau peduli darimana asal usul formalin ditemukan.

Bu Lia langsung berjalan mendekati Gilberth.

“Yakin kamu yang buat pidatonya?”

“Iyalah, Bu.”

“Oh iyalah,” decak Bu Lia.

“Pantes, isi pidato sama orangnya nggak jelas!”

“Maksud ibu?”

“Kamu buat pidato saja sudah salah. Nggak pernah saya mengajarkan isi pidato seperti itu.”

“Hah?” Gilberth reflek menatap Resky.

Sahabatnya malah sibuk menggambar mawar di kertas cakarannya.

“Keluar kelas sana, cepat!”

Gilberth menatap Bu Lia dengan pandangan memelas.

“Bu, yang buat pidato saya itu Resky.”

Bu Lia membulatkan matanya, disuruh mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, malah teman yang mengerjakan.

“Bagus kamu ya, saya suruh kerjakan tugas sendiri, buat pidato sendiri, malah dibuatkan orang lain.” Tegur Bu Lia.

"Resky kamu yang buat pidato Gilberth?”
Resky yang terkejut langsung menatap ke depan.

“I-iya bu.”

“Oke, tugas yang saya suruh buat individu malah dikerjakan orang lain. Jadi nilai kalian dibagi bersama saja ya, nilai Gilberth saya beri 50. Jadi di bagi dua, masing-masing mendapatkan nilai 25. Gilberth 25 Resky 25.”

“Lah, bu jangan gitu dong.” Protes Resky

“Jadi saya harus bagaimana?”

“Mampus lo pada.” Ejek David.

“Sudah-sudah. Dengan adanya kalian berdua disini bikin saya naik darah. KELUAR CEPAT!”

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang