Happy Family

5.3K 287 16
                                    

Tingg tongg..
Bunyi bel di depan rumah keluarga Demian.

"Tuan ada yang mau ketemu." kata Bi Ida asisten rumah tangga mereka.

"Siapa Bi?" tanya Demian.

"Katanya, nyonya Andalas." jawab Bi Ida.

Sentak Demian dan Shanaz termasuk David kaget.

"Pi," ucap Shanaz memberi kode pada Demian.

Demian mengangguk paham dan segera pergi ke ruang tamu. Disusul Shanaz dan David.

Sesampainya di ruang tamu. Mereka mendapati seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik bersama seorang cowok yang sepertinya adalah anaknya.

"Kate?" sapa Demian.

"Hai, Mian, dan Hai Shanaz" Mamanya Haikal berdiri dari sofa dan menyalami Demian dan Shanaz.

"Aku tak mengerti, mengapa kau menghilang, Kate?" tanya Demian langsung ke akarnya.

"Sebelum menjawabnya, aku ingin memperkenalkan Haikal padamu."

"Sudah tak perlu. Aku sudah tau siapa Haikal." Demian tersenyum dan menatap Haikal. Dia benar-benar mirip dengan Demian.

Demian langsung beranjak memeluk Haikal dengan penuh kasih sayang. Mengapa tak dari dulu saja dia diberi tau kalau Haikal adalah Putranya.

Haikal membalas pelukan Demian, dia sempat menahan tangisnya. Namun tak lagi dapat terbendung saat Demian berkata, "Putraku. Kau Putraku Haikal" Kedua orang ini saling melepas rindu.

Haikal baru pernah merasakan pelukan seorang ayah yang begitu tulusnya. Dia sangat rindu sosok ayahnya, walaupun sempat ada dendam yang terpendam di dalam hatinya. Namun dendam itu tlah lenyap. Saat dia diberi tahu kejadian yang sebenarnya oleh ibunya, Kate.

"Boleh aku memanggilmu ayah?" tanya Haikal masih tetap di dalam pelukan Demian.

"Tentu. Aku sangat senang kau memanggilku dengan sebutan itu." Demian melepaskan pelukannya dan mengusap pundak Haikal dengan lembut.

Shanaz dan Kate ikut tersenyum melihat ayah dan anak yang selama ini terpisah saling melepas rindu.

Namun David yang menyaksikan semua ini merasa bingung. Baru kemarin Haikal menyatakan bencinya pada papinya, mengapa sekarang dia begitu manis terhadap Demian? Apa ini juga salah satu dari dramanya? Semuanya terasa aneh.

"Kau tak perlu menatapku penuh curiga seperti itu, Dave."

David terbuyarkan oleh suara Haikal yang menuju ke arahnya.

"Aku tau kamu bingung mengapa sikapku berubah seperti ini. Tapi sebelumnya aku ingin meminta maaf kepada Ayah dan kamu, Dave. Mungkin dendamku selama ini salah. Aku baru mendengar kejadian yang sebenarnya dari ibu. Dialah yang menyadarkanku bahwa sebenarnya bukan ayah meninggalkannya tapi dirinya lah yang meninggalkan ayah karena tak mau mengganggu pernikahan ayah dan ibumu, Dave. Soal ibumu, aku juga ingin meminta maaf. Aku sadar kalau ibumu juga tak bersalah dalam hal ini. Karena ini semua adalah perjodohan yang tak terduga. Kalau ibu saja bisa menerimanya, seharusnya aku juga bisa menerimanya kan? Untuk semuanya aku minta maaf." jelas Haikal panjang lebar mengenai kesalahpahamannya selama ini.

David pun tersenyum manis pada Haikal, kemudian dipeluknya saudara se-ayahnya itu dengan penuh kasih.

"Aku memaafkanmu, Kak."

Haikal yang mendengarnya sangat merasa senang. Apalagi saat dia dipanggil dengan sebutan kakak oleh David.

"Terimakasih, Dave. Soal Vanya, aku minta maaf ya. Dan aku nggak bakal ganggu hubungan kalian lagi. Aku doakan semoga kalian bahagia selamanya." bisik Haikal di telinga David.

David mengusap punggung Haikal, kemudian melepaskan pelukannya. Dia tak menyangka bahwa orang yang pernah sangat dibencinya ini adalah saudaranya sendiri.

"Kate, kau belum jawab pertanyaan, Mian tentang kehilanganmu." ujar Shanaz sambil memegang lembut tangan Kate.

Shanaz sangat menghargai Kate. Dia sadar bahwa Kate adalah wanita pertama yang pernah singgah di hati suaminya. Dan dia juga sadar bahwa pernikahannya hanya karena perjodohan bukan cinta. Awalnya Demian memamg tidak mencintainya. Namun seiring berjalannya waktu hati Demian terbuka untuknya dan mencintainya dengan tulus.

"Seperti yang sudah Haikal jelaskan tadi. Aku menghargai pernikahan kalian. Aku nggak mau menganggu pernikahan kalian. Hanya itu." jawab Kate

"Tapi saat itu kau sedang mengandung anak Demian, Kate. Bukannya Demian juga sudah bilang kan bahwa dia nanti akan menikahimu." timpal Shanaz padanya.

"Aku nggak mau, Shan. Lagian ini juga hukuman buat aku, karena aku melakukannya sebelum menikah." Kate terkekeh kecil sambil memegang tangan Shanaz.

"Udahlah yang sudah berlalu biarlah berlalu, nggak usah diungkit lagi. Toh sekarang semua udah bahagia kan." kata Kate sambil tersenyum manis pada semua orang.

"Ya itu memang benar. Tapi kamu berhasil membuatku merasa bersalah karena aku kehilangan moment masa kecil putraku, Kate." timpal Demian sinis.

Kate dan Haikal hanya tertawa kecil.

"Bukannya Haikal kecil dulu sering main disini bersama David?" jawab Kate.

"Iya. Tapi itu lain halnya. Saat itu aku nggak tau kalau Haikal adalah putraku."

"Ya sudahlah. Bagaimana kalau mulai sekarang Haikal tinggal saja bersamamu. Biar kau juga tak kehilangan moment dewasanya" saran Kate dengan tawa kecilnya.

"Hei, bukan hanya Haikal, kau juga Kate." Shanaz menimpali pembicaraan.

"Oh tidak bisa. Aku harus balik ke Jerman. Karena aku sedang membuka perusahan baru disana."

"Ternyata kau juga sukses ya." kata Demian.

Kate hanya tersenyum pada mantan pacarnya itu.

"Oh iya aku juga kesini mau kasih kalian ini." Haikal mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah undangan.

David segera melihatnya. Undangan itu berhasil membuatnya kaget.

"Kamu yakin, Kak?" tanya David heran.

Haikal mengangguk kuat. "Aku dan Adela sadar. Ternyata kami saling mencintai. Kami selama ini hanya dibutakan oleh ego kami masing-masing. Egoku karena dendamku, dan egonya karena ingin kembali hadir di hatimu. Hingga akhirnya kami tau siapa yang patut diperjuangkan." jawab Haikal.

David membalasnya dengan senyuman manis. Dia ikut bahagia dengan pertunangan Haikal dan Adela.

"Ayah, aku minta persetujuan ayah, ya. Mami juga." ucap Haikal pada Demian dan Shanaz.

Shanaz merasa senang dipanggi mami oleh Haikal. Dia merangkul Haikal dalam pelukan hangatnya.

"Mami senang kamu mau panggil mami dengan sebutan itu. Mami dan Ayah kamu restuin kamu kok. Iya kan Pi?" kata Shanaz.

Demian tersenyum dan mengangguk ke arah Haikal.

"Ayah setuju kok. Tapi kapan-kapan bawa dulu dong calon kamu main ke rumah." goda Demian yang langsung membuat muka Haikal memerah.

Semuanya kembali bahagia. David dan Haikal pun juga ikut berdamai. Dan tentunya sudah tak ada lagi penghalang bagi hubungannya dengan Vanya.

Ah.. Bahagianya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Udah mau ending nih ceritanya.
Kayaknya sih kurang 1 part lagi.

Menurut readers gimana?
Mau nambah konflik lagi atau udahin aja?

Jangan lupa vote and comment yah..




I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang