Mengindar

8.6K 450 5
                                    

"Tuhan, jika memang benar aku jatuh cinta tolong jangan buat aku jatuh sendirian" -Dave

"Tuhan, jika memang benar aku jatuh cinta tolong jangan buat aku jatuh sendirian" -Dave

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jreng..jreeng..

"David mau nyanyi, ada yang mo denger?" Tanyanya pada kedua sahabatnya yang sedang menikmati sebatang rokok di bibir mereka.

Akhir-akhir ini David lebih sering galau tanpa sebab. Gilberth mau pun Resky tidak tau apa yang sedang terjadi pada Dvid. Kedua sahabatnya itu malah membiarkan saja David yang lagi galau-galaunya.

Gilberth merasa kegalauan David ada kaitannya dengan Vanya. Sebab setelah Vanya bertemu dengan Haikal, David menjadi marah pada cewek itu. Resky bahkan merasa kalau Vanya tidak mau tau soal kemarahan sekaligus kegalauan David.

Siapa saja pasti bisa menilai bahwa David tidak pantas memerintah Vanya, toh mereka hanya pacaran pura-pura karena itu solusi dari masalah yang dihadapi Vanya.

Vanya akui setelah berpacaran dengan David, dia menjadi lebih aman. Tidak ada lagi teror meneror yang didapatinya. Rassa terima kasih dia hadiahkan dengan tidak menyusahkan David lagi.

Dia tidak ingin merepotkan cowok itu. Vanya takut David muak dengan tingkahnya sehingga dia tidak terlalu memaksa saat meminta di antarkan ke klinik hewan.

"Baiklah, David mulai ya." Katanya seperti penyanyi kafe.

Tidak lama kemudian terdengar suara wanita dari dalam rumahnya.

"David." Panggil Shanaz mami David.

"Iya, Mi?"

"Lampu teras hidup nggak?"

"Nggak tau Mi, disini gelap banget soalnya."

Shanaz keluar dari dalam rumahnya sambil menunjukkan wajah sebal kearah anak semata wayangnya itu.

"Begonya kamu sama persis kayak papi kamu yah." Sabar Shanaz sambil tersenyum sangar kearah David.
David mendengus sebal,

"Jadi salah David kalo David bego?"
Shanaz ikutan mendengus sebal, lalu maminya langsung masuk ke dalam rumah kembali. Percuma saja meladeni David pasti akan membuat tensi darahnya menaik.

"Anjing, gue pikir lampu teras lo putus ato belum diganti." Sembur Resky sebal.
Gilberh meletakkan sebatang rokoknya.

"Ntah! Liat nih tangan gue sampe banyak tombol-tombool merahnya. Berasa abis donor darah sama nyamuk." Sungutnya.

David pun seperti acuh tak acuh pada mereka. Lantas dia kembali melanjutkan lagunya yang sempat terhenti.

Mengapa kau tak membalas cintaku
Mengapa engkau abaikan rasaku
Ataukah mungkin hatimu membeku
Hingga kau tak pernah pedulikan aku

***

Ketika David menghindar, Vanya tentu saja sadar akan hal itu. Dibalik sikap ketidak ingin tahuanya, tersimpan rasa kwatir mendalam perihal David. Cowok itu menjadi lebih tertutup akhir-akhir ini. Yang biasanya David akan selalu menghampiri Vanya tapi sedari kemarin dia bahkan tidak menemukan cowok tersebut.

Vanya tidak mau merasa percaya diri meski faktanya David menghindar karenanya. Ingin menelfon dan bertanya ada apa, tapi niatnya kembali dia urung. Saat chat-nya yang diabaikan membuatnya yakin David mulai bosan dengan pacaran pura-pura ini.

Bahkan pagi ini David yang biasanya menghampiri Vanya di kelas malah tak datang sama sekali. Akhirnya keputusan Vanya sudah bulat, dia akan menemui David sekarang dan bertanya ada apa dengan cowok itu.

Cewek berkaca mata itu berjalan ke arah kelas David. Kelas paling ujung, kelas biang kerok, kelas yang selalu dicap nggak baik.

Awalnya Vanya pikir David tidak ada di kelasnya. Tapi ketika mendapati kedua sahabat itu tengah mengobrol dengan segrombolan cowok di meja belakang, membuat Vanya sadar dimana ada Gilberth dan Resky, disana pasti ada David.

Akhirnya Vanya melangkah masuk kedalam kelas sebelas itu. Pembicaraan mereka terhenti saat Resky mendapatinya berjalan ke arah mereka. Cowok Osis itu menyuruh teman-temannya untuk diam.

"Kak permisi. Davidnya ada?" tanya Vanya hati-hati.

Gilberth maupun Resky menatap jengah Vanya. Karena cewek ini sahabatnya menjadi aneh.

Kedua sahabatnya David langsung keluar dari kerumunan itu dan berjalan kearah Vanya.

"Mau ngapain?" tanya Gilberth tidak suka.

"Ada yang mau aku bicarain kak."
Resky terkekeh,

"Lo mau bicara sama dia? Lo mau bicara apa? Tentang kedekatan lo sama Haikal?"

Vanya bingung arah pembicaraan pada Haikal terus. Apa iya semuanya karena dia dan Haikal dekat?

"Kok Haikal?"

"Denger ya Vanya, gue nggak suka lo mainin David."

"Maksud Kak Gil?"

"Orang juga bisa pergi Van, saat kesabarannya udah mulai nggak dihargai." Jawab Gilberth.

"Lo pikir David harus terus-terusan sabar ngadepin lo?" Resky berucap.

"Meskipun David kerjaannya bercanda mulu, tapi apa hatinya lo anggap candaan juga?".

Seketika cewek itu terdiam. Gilberth dan Resky malah menyinggung perihal kesabaran David.

Memangnya David nggak suka sama Haikal? Memangnya Haikal ada salah apa sama David?
Banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya. Akan dia tanyakan pada David nanti.

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang