Come Back Vanya

5.8K 321 6
                                    

David berjalan cepat memasuki pekarangan rumah Adela. Cowok itu mengetuk pintu dnegan tidak sabaran.

Dari raut wajahnya saja sudah terlihat marah.

Hal itu membuat Vanya terdiam karena takut semakin membuat David marah. Iya, dia di paksa David untuk ikut ke rumah Adela.

Mereka bolos sementara Adela pasti masih di rumah untuk istirahat setelah pulang dari rumah sakit beberapa hari yang lalu.

“David.” Ucap Adela kaget saat melihat cowok itu berada di rumahnya.

Adela menoleh dan tersenyum manis pada Vanya, senyuman palsu.

“Gue perlu bicara sama lo.”

Adela mengangguk, lalu membuka lebar pintunya. “Di dalem aja ya?”

“Disini aja.”

Mendengar itu Vanya langsung melepaskan cengkraman di pergelangan tangannya. “Gue balik duluan,” katanya.

“Nggak. Kamu tetep disini sama aku.” Tegas David.

“Tapi aku udah nggak ada keperluan lagi sama kamu. Kita kan udah nggak ada urusan lagi, Dave.”

David semakin kesal karena Vanya selalu mengulang-ulang kalimat itu lagi.

Bahkan David belum setuju dengan putusnya hubungan mereka.
David tidak menghiraukan ucapan Vanya dan malah bertanya, “Jadi,” jedanya sesaat, “Lo bilang apa sama Vanya?” tanya David mengalihkan pandangannya ke Adela.

Cewek itu terkejut mendengarnya dan mencoba mengalihkan perhatiannya pada hal lain.

“Maksud lo?”

“Nggak usah sok bego deh lo.”

Adela mendesah pelan, “Semenjak kita nggak sedekat dulu lagi omongan kamu semakin kasar, tau nggak?!”

David menanggapinya dengan seyum tipis, “Itu dulu. Sebelum lo dan Haikal pacaran.”

“Apa sih maksud kamu ungkit-ungkit begitu? Aku sama Haikal udah putus!”

“Gue udah nggak peduli. Jadi mending lo jelasin ke Vanya kalo gue nggak pernah jadiin dia alat apalah yang lo maksud itu.”

Adela menatap Vanya kesal, kemudian tatapan beralih kepada David. “Aku tau kamu masih cinta sama aku.”

David terkekeh sinis, “Pede bener lo.”

“Aku bener, ya kan?” tanya Adela lembut.

“Tolol kalo lo sampe mikir kayak gitu. Gue udah jelas nggak cinta sama lo. Gue udah muak sama sikap lo. Jadi lebih baik lagi lo nggak usah ganggu hubungan gue sama Vanya. Ngerti!”

Diraihnya tangan David, “Aku bener cinta sama kamu, Dave.”

“Sorry, gue nggak bisa bales perasaan lo.”

“Aku mohon percaya.”

David mendadak jengah dengan Adela. “Dengar ya Vadella Hermans , gue ke sini cuma mau denger penjelasan mengenai omongan lo ke Vanya.”

“Omongan apa lagi sih?”

“Gue udah bilang tadi. Maksud lo ngomong Vanya adalah alat biar lo cemburu itu apa?”

Adela terdiam, dia malah gelagapan menanggapi pertanyaan David.

“Iya, aku ngaku. Aku sengaja bilang gitu biar dia nggak deket-deket sama kamu lagi.”

“Apa?” Vanya kaget.

Adela tersenyum sinis, “Lo harusnya sadar kalo David itu milik gue!” tunjuk Adela ke arah wajah Vanya.

“Cukup! Oke, mulai sekarang jauhin gue. Gue benci liat lo, gue nggak mau lo ada di sekitar gue dan Vanya.”

Adela menangis. “Aku cinta sama kamu, Dave.”

“Gue enggak.”
David menarik Vanya menjauh dan hal itu membuat Adela panik sendiri.

“Dave, aku mohon jangan tinggalin aku.”

“Adela!” tekan David, “Tolong ngertiin gue. Gue nggak cinta sama lo. Gue nggak mau ngasih lo kesempatan karena terpaksa, gue nggak mau. Jadi maaf.”

DAVID.” Teriak Adela saat melihat

David dan Vanya mulai menjauh.

***

“Udah tau kan kalo aku nggak pernah jadiin kamu sebagai alat yang dimaksud Adela?!” kesal David karena Vanya lebih mempercayai orang lain dibanding dirinya.

Vanya menunduk penuh penyesalan, seharusnya dia lebih mendengarkan penjelasan dari David, pacarnya. Bukannya malah orang lain yang ingin hubungan mereka hancur.

“Maaf” rengek Vanya.
Hampir saja hubungan mereka hancur jika David tidak bergerak cepat.

“Kesel aku sama sama Adela, bisa-bisanya dia mau ngehancurin hubungan kita." David mendengus kesal.

"Tapi dia cinta sama kamu, Dave."

"Cukup, Van. Trus kalo dia emang cinta sama gue, gue harus ngelepasin elo? Nggak segampang itu, Van." David meraih jemari Vanya dan menautkan jari-jarinya.

Vanya hanya menundukan wajahnya ke bawah. Dia merasa bersalah sekali.

"Aku banyak ngecewain kamu ya?"

"Aku suka kok dikecewaiin sama kamu." David mengangkat wajah Vanya perlahan dan mengecup kening Vanya dengan lembut.
"Vanya?"
"Ya?"
"Tetap percaya sama David yah"

Vanya mengangguk pelan dan
menenggalamkan wajahnya ke dalam. Pelukan David.

.
.
.
.
.
.
.
.

Sorry baru lanjut.
Soalnya thor lagi UTS...
Hehe...  Tapi khusus hari ini thor kasih 2 part deh..

Sorry kalo sepanjang cerita ini typo bertebaran dimana-mana.  Hehe dimaklumin aja.

Happy reading😘😘😘

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang