Cowok Idaman Vanya

11.8K 659 17
                                    

"Cinta itu suka cari perhatian" -Dave

"DAAAVIIIID!!!"Teriakan melengking dari guru yang berjalan cepat kearah cowok bertubuh tinggi dan ganteng.

Siapa lagi kalo bukan David George Thomson. Putra Demian Thomson pemilik sekolah SMA Pelita Bangsa yang juga pengusaha yang memiliki beberapa hotel bintang lima di Indonesia dan di luar negeri.

David masih duduk di kantin saat pelajaran tengah berlangsung.

Lihat saja dua kancing terbuka dari atas memperlihatkan kaos hitam didalamnya, sementara bawah bajunya keluar dan tidak dimasukan ke dalam celana panjang ketat abu-abunya.

Ketiga cowok itu yang tengah menghisap rokok mereka. David melengos kesal, dia sudah muak dengan sekolah.

Maunya di rumah saja, toh cita-citanya juga ingin menjadi bapak rumah tangga yang baik dan benar, ehh.

Guru itu mendekat sambil mengacungkan penggarisnya yang panjang itu,

"Bolos lagi kalian?!" tanya Ibu Eti dengan seringaian iblisnya yang dapat mematikan semua nyamuk-nyamuk malaria.

"Nggak bolos bu, Cuma istirahat sebentar"

"Buang rokok kamu , David!"

David mendengus kesal, "Aku?"

"Iya kamu"

"Jadi duta shampo lain?" cowok itu menunjuk dadanya sendiri.

"AHAHAHA...UPS"

Plaaakk!!!

David meringis peih saat pahanya menjadi sasarn empuk Bu Eti.

Bukannya menurut, David malah melontarkan candaan yang kurang ajar.

"David, pergi ke perpustakaan dan bereskan semua buku!"

"Lah kenapa saya bu?"

"Melawan lagi kamu?" bu Eti sudah bersiap dengan penggaris panjangnya
.
"Resky, kamu itu anak Osis tapi nggak pernah memberikan contoh yang bagus." Geramnya,

"Minta peralatan pembersih sama Pak Joni dan bersihkan toilet, sekarang!"

Gilberth sudah menelan ludahnya sedari tadi.

"Gilberth, pergi ke taman belakang minta juga pada Pak Joni alat-alat pembersih taman. Nggak ada penolakkan!"

Ketiga orang itu berjalan memencar. Tentu saja terpaksa. Tapi daripada disuruh masuk kedalam kelas, lebih baik dia pergi saja ke perpustakaan.

Siapa tau disana dia bisa tidur atau istirahat.

Dia berjalan keluar dari kantin menuju arah perpustakaan. Melewati pinggir lapangan yang sepi.

Matanya menyapu ke sekeliling koridor, dia mendapati Vanya tengah membaca buku sambil berjalan. Lihat kan betapa geek-nya pacarnya itu.

David tersenyum tipis. Perasaan aneh. Jantungnya berdetak tak karuan. David merasa kalau dia salah makan hari ini.

Tapi entah mengapa memperhatikan Vanya adalah salah satu yang bakal dia jadikan hobinya. Menyenangkan. Vanya itu terlampau beda dari yang lain. Jika siswi Pelita Bangsa berjalan sambil menggenggam alat make up mereka, tapi Vanya malah menggenggam buku pelajaran, novel, bahkan buku dongeng. Dia selalu tampil apa adanya.

Tubuhnya yang tinggi dan langsing, Rambut cokelat panjang sepinggang yang selalu dikuncir ditambah wajah indonya yang berkaca mata, membuatnya terlihat sangat cantik.

David masih tidak percaya bahwa Vanya adalah pacarnya.

IYA PACAR PURA-PURA LOH.

Selama David bersekolah disana, Vanya adalah tanggung jawabnya. Dia berjanji akan melindungi Vanya dari apapun termasuk fansnya.

David tau jika Vanya akan ke perpustakaan karena arah yang mereka tuju itu sama. Seperti tidak ada hari saja untuk membaca, Vanya hanya sesekali saja menoleh ke jalanan lalu kembali membaca bukunya. Saat itu juga saat Vanya kembali membaca bukunya disaat itu pula kepalanya menghantam pilar sekolah.

"AAAK!!"

"Eh goblok," latah David kaget melihat Vanya terduduk di lantai.

Cewek itu meringis sambil mengusap dahinya. David berjalan cepat kearah Vanya. Setibanya disana dia berjongkok kearah vanya.

"Kamu kalo jalan itu nggak pernah liat pake mata ya?"

"Kamu?" ulang Vanya

Kok gue jadi sok akrab gini ya? Batin David.

"Lupa kalo kita pacaran?" alibinya

"Oh" sahut Vanya

"Makanya, kalo jalan itu hati-hati, apa perlu aku yang nuntun kamu kayak nuntun nenek-nenek nyebrang?"

Vanya cemberut sebal. Sudah terantuk pilar, malah dimarahi pula.

"Udahlah nggak usah dibantuin."

"Sini." David menarik paksa kepala Vanya, mengusap dahinya yang memerah karena terhantam pilar barusan.

"Sakit dodol, cenat-cenut nih jidat aku"

"Diem ah, bising banget kamu."

Vanya memandanginya kesal,
"Kalo nggak niat nolong nggak usah nolong daripada buat orang naik darah."

"Masih sakit?" tanyanya tanpa menjawab perkataan Vanya barusan.

Vanya mengangguk.

"Paling sehari aja benjolnya."

"Ish," desis Vanya

"Jadi mau apa dari David? David nggak bawa salep atau minyak kayu putih." Lirih David sesabar mungkin.

"Udahlah nggak usah"

Tanpa ada aba-aba David langsung menciumi dahi Vanya yang memerah itu.

"Kalo udah kaya gini pasti cepet sembuhnya" Kata David seraya memamerkan deretan gigi putihnya.

"Ih apaan sih loe!" Vanya membelalakan kedua matanya

"Kan kita pacaran."

"Awas, aku mau ke perpus." Bentak Vanya tak menggubris perkataan David tadi.

"David juga mau kesana, bareng ya?"
Vanya tidak menggubris tawaran David padanya. Yang Vanya lakukan hanya berjalan saja tanpa menoleh lagi atau berterima kasih pada pacar pura-puranya itu.

Ketika sampai di perpustakaan Vanya hanya mengembalikan buku pada Bu Heni selaku penjaga perpustakaan sekolah. Setelah itu Vanya kembali mencari buku yang akan dia pinjam kembali.

"Van, kok kamu nggak masuk kelas?"

"Pak Anton lagi nggak masuk."

"Oh" lirih David. Dia mengikuti Vanya kemanapun.

"Van, nggak bosen baca buku terus?"

"Nggak." Cueknya sambil mengambil Novel Twilight. Cewek itu memutuskan untuk duduk di meja yang tidak berpenghuni.

"Van, tipe cowok yang kamu suka itu gimana?" tanya David ingin tahu.

"Kepo"

"Bukan kepo, David Cuma pengen tau. Kalo nggak mau jawab juga nggak apa-apa"

Vanya terkekeh sebentar, "Cowok pinter dan baik"

"Pinter dalam hal?"

"Aku lebih prefer akademik, but non-akademik juga nggak masalah"

"David nggak pintar, gimana dong?"

"Terus? Itu sih terserah kamu. Cowok bakal keren kalo dia nggak ngerokok, nakal, dan punya prestasi yang dibanggakan.

At least,aku nggak bakal nuntut dia buat pinter dalam pelajaran, olahraga juga nggak masalah kan?"






Jelek yah???
Hehe...
Maklumin aja yah. Baru soalnya.

Jangan lupa vote and comment.

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang