Terjebak

5.9K 260 7
                                    

"Kal, gue mau ngomong sama lo" David menatap sinis Cowok di depannya.

Dia dan Haikal baru aja selesai latihan Futsal seperti biasanya.

"Mau ngomong apa?" tanya Haikal dengan nada tinggi.

David mengangkat sudut bibirnya. Dasar cowok brengsek.
"Udah cukup semua yang lo perbuat! Gue nggak bisa tinggal diam aja"

"Trus mau lo?" Haikal menaikan sebelah alisnya.

"Gue mau lo nyerah, Kal. Karena gue bisa aja laporin lo ke polisi. Lo udah coba buat nabrak Vanya. Ini percobaan pembunuhan!" ancam David sambil menunjuk ke wajah Haikal.

Haikal tersenyum kecut, "Silahkan. Memangnya lo punya bukti kalo gue yang udah rencanain ini semua?"

David terdiam. Dia memang tak punya bukti yang kuat tentang kejahatan Haikal.

"Gue kan udah bilang waktu itu, lo harus ngelepasin Vanya. Lo sih keras kepala, ya terpaksa gue nyuruh Adela nabrak Vanya biar lo sadar kalo gue nggak pernah main-main. Untung aja Vanya cuma kesenggol"

"Anjing lo Kal!!! Kenapa sih lo selalu aja ngerebut kebahagiaan gue?" tanya David penuh amarah.

Haikal menyunggingkan senyum iblisnya. Dia menarik kerah baju David dengan kasar.

"Perlu lo ketahui. Ibu gue menderita karena ibu lo!!! Dan gara-gara ibu lo juga, gue nggak pernah tau rasanya kasih sayang seorang ayah. "

David mengernyitkan keningnya tanda tak paham. Sekarang kenapa maminya dibawa-bawa?

"Maksud lo apa?"

Haikal pun mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Sebuah foto yang sudah kusam. Dia pun menyerahkan foto itu pada David.

David membelalakan matanya, di foto itu ada sepasang kekasih yang sedang duduk berduaan di taman. Mereka tampak mesra dengan seikat bunga di tangan ceweknya. Cowok di dalam foto itu sangat dikenal David. Demian Thomson, ayahnya. Tapi siapa cewek yang bersama ayahnya itu?

"Itu ibu gue. Sebelum kedua orangtua lo nikah, ayah lo udah ngehamilin ibu gue. Ibu gue sempat stres dan shock ketika mengetahui kekasihnya sudah menikah dengan wanita lain. Dan wanita itu ibu lo!"

"Lalu apa salahnya gue?"

"Dasar bego lu! Gue pengen balas dendam ibu gue ke ayah lo. Tapi gue sadar gue nggak mungkin bisa. Dan akhirnya gue milih untuk ngebalas itu ke anaknya."

Tepat saat Haikal selesai berbicara, saat itu juga pukulan mendarat tepat ke wajahnya.

"Gue nggak rela liat lo bahagia. Lo harus ngalamin apa yang ibu gue dan gue rasain." Haikal meringis kesakitan lalu memegang sudut bibirnya yang mengluarkan darah.

"Udah cukup!"

Kedua cowok itu tersentak kaget saat melihat siapa yang datang.

"Vanya? Gilberth?" David menatap mereka heran.

"Aku udah tau semuanya." Vanya melihat mereka satu-satu.

"Kal, gue nggak percaya lo tega sama gue." Vanya mendorong tubuh Haikal dengan kasar.

"Sekarang lo udah nggak bisa berbuat apa-apa lagi Kal, semua pengakuan lo tadi udah ada di dalam HP ini." Gilberth tersenyum sambil menunjukkan HPnya pada Haikal.

Haikal tersenyum kecut pada mereka.

"Kalian ngejebak gue." ucapnya lirih.

"Kal, gue nggak bakal laporin ini ke polisi. Kalo lo mau nyerah." David berusaha berdamai dengan Haikal,

Haikal hanya membeku tak berkutik apapun. Dia lalu berlalu dari hadapab mereka begitu saja.

"Dave," lirih Vanya pelan.

"Ternyata dia, dia saudara ku Van, walau kita beda ibu." David menatap Vanya dengan penuh rasa iba.

"Papi. Papi harus tau semua ini"

***

"Kenapa sayang? Kok tumben kamu pengen bicara bersama kami? Ada hal penting apa?" tanya Shanaz.

"Mami, Papi, sebelumnya Dave minta maaf kalo Dave keterlaluan."

Kedua orang tuanya menatap David penasaran.

"Lanjutkan Dave," perintah papinya.

"Mi, bagaimana hubungan mami sama papi sebelum nikah?"

Maminya mengernyitkan kedua alisnya, kemudian menatap Papinya dengan senyuman penuh arti.

"Mami dan Papimu ini dulu berkawan. Kami tak pernah menyangka kalau kami sudah dijodohkan oleh orang tua kami masing-masing." Demian menjawab pertanyaan anaknya.

"Lalu, Catherine? Papi lupa dengan yang sudah papi lakukan padanya?"

"David!" bentak papinya. Demian menarik tangan David dan keluar dari ruangan itu supaya Shanaz tak mengetahuinya. Shanaz yang merasa ada yang aneh hanya mengikuti mereka diam-diam dari belakang.

"Dave, darimana kamu tau semua itu?" tanya Demian ketakutan.

"Papi kenal Haikal? Teman SMP Dave yang pernah nginap disini."

Demian hanya mengangguk pelan.

"Dia adalah anak papi. Anaknya Catherine pacar papi dulu." David menekan suaranya.

"He is my son?"

"Iya Pi. David nggak nyangka kalo papi bakal lepas tanggung jawab kayak gini."

"Papi kamu nggak salah Dave." suara itu muncul begitu saja.

"Maksud mami?" tanya David heran.

"Sebelum menikah, Papi kamu sudah kasih tau semuanya ke mami. Mami terima Papi kamu apa adanya. Papi, Mami, dan Kate sudah memutuskan bahwa saat usia pernikahan papi dan mami genap berusia satu tahun, maka papi kamu juga akan menikahi Kate. Tapi sayangnya Kate malah mejauh dari kami dan menghilang begitu saja hingga sekarang ini."

"Lalu kenapa mami mau aja nikah sama papi?"

"Dave, kamu tau kan tradisi perjodohan keluarga kita? Jika sudah dijodohkan, maka tak ada alasan apapun untuk menolak."

Seketika David bergidik ngeri. Untung saja hal itu tidak terjadi padanya (belum sempat terjadi).

"Darl, mereka sudah kembali. Sudah saatnya kamu pikul tanggung jawab kamu." ucap Shanaz sambil mengelus lengan suaminya.

"Iya. Aku akan memperbaiki semua kesalahpahaman ini." kata Demian.

"He, anak itu ternyata darah dagingku
Pantas saja aku merasakan batin yang kuat dengannya."

*FlashBackOn*
"Wah, kedua anakmu ganteng sekali yah, kayak papanya." ujar salah satu rekan bisnis Demian saat bertamu di rumah mereka.

"Haha... Anak ku hanya satu yang sana. Namanya David. " kata Demian sambil menunjuk ke arah David yang sedang bermain dengan Haikal.

"Oh... Padahal yang satunya sangat mirip kamu, Mian."

"Iya, benar. Kalau David lebih mirip Mamanya, kalo yang satu itu mirip kamu banget, Mian." tambah salah satu dari mereka.

Demian hanya tersenyum sambil memikirkan perkataan mereka. David memang hanya mewarisi beberapa kesamaan Fisik darinya seperi Mata dan hidung, sslebihnya mengikuti gen maminya.

Sedangkan Haikal, kalau dilihat-lihat memang sangat mirip dengan Demian. Bentuk wajahnya, Matanya, Hindungnya, rambutnya, hampir Semuanya mirip dengan Demian.

*FlashbackOff*

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang