Benci?

5.6K 281 0
                                    

Hari ini hari pertama Vanya menjadi siswa SMA Garuda.
Dia sempat risih sih, sama beberapa pandangan yang menatapnya aneh, nggak suka, dan Sebagainya. Ya resiko murid baru emang gitu.

Vanya di tempatkan di kelas X Mia 5 yang berarti bersebelahan dengan kelas XI IPS 5, kelas Haikal.

Vanya berjalan menyisiri koridor lantai 2. Dicari-carinya kelas yang bertuliskan X Mia 5, dan yap ketemu.

Saat hendak melangkah masuk ke dalam kelas, Vanya dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba saja menarik tangannya.

"Haikal?"

"Van? Kamu sekolah disini sekarang? " tanya Haikal bingung.

"Ya gitu deh." Vanya menjawab seadanya.

"Wah... Asyik nih kita sekolahan. Makin banyak waktu dong."

"Apaan sih Kal? Oh ya aku masuk dulu yah" Pamit Vanya dan langsung masuk ke kelas barunya.

***

Krriiingg kriiingg

Vanya yang masih baru di sekolah ini belum bisa akrab dengan  murid lainnya. Alhasil dia harus ke kantin sendirian. Biasanya sih dia sering bareng Dhea.

Kok mendadak rindu Dhea yah? Huh... Gadis alay itu batin Vanya.

"Hey, Van. Sendirian aja" sapa Haikal dari kejauhan.

Haikal berjalan mendekati Vanya. Dan duduk semeja dengannya.

"Kamu kok bisa pindah ke sini?" tanya Haikal penasaran.

"Kemauan ortu."

"Oh... Gitu. Trus David nggak apa-apa ditinggalin?" Haikal mengangkat sebelah alisnya.

Vanya nggak menggubris pertanyaan David. Tiba-tiba dia teringat David.
Sudah hampir sebulan sejak saat itu David dan Vanya tak ada komunikasi.

Nomor Vanya mungkin sudah di blacklist David karena setiap Vanya telfon, masuk tapi kemudian terputus, BBM David udah nggak aktif, Line, WA juga gitu. Sebenernya David kenapa sih? Kok ngilang gitu aja.

"Ehm... Van bentar nonton yuk, ada film baru, One Fine Day" ajak Haikal.

"Sorry yah, Kal. Gue bukannya nggak mau. Tapi kan gue udah pernah bilang, gue udah janji sama David buat nggak dekat sama cowok lain." jelas Vanya.

"Gila ya lo, Van. Emang David sekarang lagi mikirin lo?"

Deg.
Seperti sebuah busur yang tepat pada sasarannya. Apa bener David udah nggak mikirin Vanya lagi?

"Gue harus ketemu David" batinnya

***

Pulang sekolah itu Vanya memutuskan untuk pergi ke sekolah lamanya, SMA Pelita Bangsa.
Dia berharap bisa bertemu dengan David. Akan dia tanyakan semuanya pada David.

Vanya menunggu di pos satpam sambil memainkan iphone nya. Dan akhirnya yang ditunggu datang juga.

Ha? Apa itu David?
Kenapa dia keliatan acak-acakan gitu? Rambut berantakan, kemeja diluar, celana nge-pres. Kenapa David berubah kayak dulu lagi waktu sebelum pacaran sama Vanya.

"Dave,  David?" panggil cewek itu pelan membeku di tempat.

Apa ini David?  saat Vanya memanggil david dia selalu merespon panggilannya dengan cepat. tapi ini?

Jantung Vanya berdegup kencang,keringat mengalir deras di telapak tagannya.

"Dave," panggil Vanya lirih menahan nafas dan air mata yang mulai mengalir.

Dia masih terdiam. tetap diam tak terganggu oleh apapun.

"Dave, kumohon lihatlah aku... " kini air mata tumpah di pipi Vanya semakin derasnya.

David melanjutkan jalannya ke arah parkiran.

"Kamu menghindar?" Tanya Vanya

David menghentikan langkahnya namun tak membalikan badannya.

"Kamu masih marah soal itukah, Dave?" tanya Vanya lagi.

David masih tetap terdiam tak berkutik satu katapun.

"A..ku butuh...penjelasan hubungan kita Dave" kini isak Vanya semakin menjadi-jadi.

David membalikan badannya dan menatap sinis Vanya.
Vanya banyak berubah, dia sudah tak memakai kacamata minusnya, kemudian rambut yang sering dikuncirnya kini dibiarkan terurai bebas.

"Nggak perlu penjelasan apa-apa, Van. Semua udah jelas. Kamu lebih milih Haikal dibanding aku." David membuka mulutnya.

Vanya berdiri tak jauh dari tempat David dengan air mata yang terus menerus mengalir. hatinya begitu sakit, sangat perih dengan apa yang dia dengar.

"Pulanglah, aku doain kamu bahagia dengan Haikal." suara itu mampu membuat hati Vanya terus menerus beku.

Lelaki di depan matanya ini begitu jauh untuk digapainya lagi. begitu jauh untuk menjelaskan semuanya. begitu jauh menyampaikan rindu dan cinta ke hatinya.

Vanya ingin menangis sekencang-kencangnya, dia ingin mengatakan semuanya. tapi sikap dan tata cara David mengatakan sesuatu, dengan seketika bibir Vanya bungkam dan hanya mata yang menjelaskan.

"Dave, aku mohon... " panggil Vanya untuk kesekian kalinya. hanya panggilan nama yang bisa dia ucapkan.

Harapan Vanya adalah David bisa kembali mengait jemarinya dan mendengarkan penjelasan Vanya soal kepindahannya. bukan sikap dingin dan hati yang tetutup rapat.

"Dengarkan aku, Dave! aku kesini cuman buat kamu! buat kamu! " pekik Vanya menutup matanya berharap itu menguatkan dirinya.

"Ini nggak yang seperti kamu pikir Dave,  ada yang harus kamu tau"

"Udah cukup Vanya" balasnya David dengan senyuman tipis.

"Semua udah jelas, benar dan salahnya aku, aku udah nggak peduli. kenapa?  karena hati ini udah begitu lelah. hati ini udah begitu sakit."

Vanya menatapnya tak percaya. apa benar David sudah lelah dengannya?

David menutup matanya beberapa detik lalu menatap tajam Vanya. "Kamu ninggalin aku, kamu milih pindah ke SMA Garuda biar apa?  Biar bisa sama Haikal terus kan?"

Vanya menggeleng kepalanya kuat sambil menyeka kasar kelopak matanya "Ini hanya salah paham! dengerin aku, Dav-"

"Cukup! aku sudah cukup dengan semua penjelasan. penjelasan terkadang bukan sebuah jawaban.

"Aku mohon dengarkan aku dulu"

"Pergilah aku nggak mau ngeliat muka kamu."

Vanya mengatur nafasnya dengan pelan. percuma dia menangis di depan David. sementara David hanya berdiri tegap tanpa peduli sedikit pun.

"Tapi ini terlalu sakit, Dave. kamu terang-terangan menolak aku. bahkan jelas banget kamu udah nggak ada perasaan lagi denganku. jadi,  hanya aku akhirnya yang mencintai tapi nggak terbalas ya."

"Iya kamu benar Vanya. aku udah nggak mencintai kamu lagi."

"Kamu bohong kan Dave?  bilang ke aku kalo kamu bohong? " Vanya berteriak sekencang mungkin.
air matanya mengalir terus menerus, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. hatinya begitu hancur,  tapu dia sadari David sudah hilang darinya.

David membalikan tubuhnya dan pergi dari hadapan Vanya. Cowok itu begitu kosong jiwanya. sudah tidak ada rasa sayang dan hangat bersamaan.

Sepasang mata yang menyaksikan kejadian itu menyunggingkan senyum liciknya.
"Berhasil" kata pemilih mata itu..


.
.
.
.
.
.
.

David kenapa sih? 😩
Kok Vanya digituin?

Trus yang senyum-senyum licik itu siapa dong?  Kok seneng banget liat hubungan David sama Vanya Ancur?? 🤔

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang