I Want You (ending)

Hanya Kamu

"Aku emang nggak tau sampai kapan aku hidup, tapi aku yakin sampai akhir hidup itu aku tetap untukmu" -Vanya

“Hari pertama jadian, Vanya mo minta apa?” tanya David saat dia menghampiri Vanya ke kelasnya.

Mumpung tidak terlalu ramai jadi dia bisa leluasa bisa menjemput Vanya sebelum pulang.

Vanya tersenyum malu-malu, “Vanya nggak tau.”

“Serius?”

“Apa ya? Umamnya

“David nggak bakal tawarin lagi besok dan seterusnya. Cuma hari ini aja loh ya.” Goda David menaik turunkan alisnya sambil mencubit pipi Vanya gemas.

Vanya mendadak kesal, dia memukul lengan David pelan.
“Issh David mah suka gitu deh. Jadi pacar tuh harus baik. Kan David yang bilang.”

“Makanya, Vanya jangan lemot mikirnya.”

Mendengar itu Vanya langsung menjewer telingan David kesal. Enak aja dibilang lemot. Memangnya dia masuk jurusan IPA mudah apa?!

“Akit, yang.” Cemberutnya.

“David, Vanya tau mau minta apa.”

“Apa?”

“Gendong Vanya sampe parkiran. Abis itu kita jajan ya?”

“Boleh.” Sahut David.

“Cepet jongkok!”

David berlutut di depan Vanya. Cewek itu lantas melingkarkan tangannya di sekitar bahu David.

“Udah?”

“Udah.”

David berjalan menuju parkiran. Tanpa mereka duga ternyata banyak pasang mata yang menatap mereka dengan pandangan iri.

David terkadang bisa menjadi sangat romantis seperti ini pada pacarnya. Bahkan dari mereka banyak yang berteriak atau bersiul melihat adegan di pinggir lapangan itu.

“David, kayaknya Vanya khilaf deh nerima David.” Gurau Vanya.

“Oh gitu. Vanya udah pernah dilempar ke danau belom?”

“Ihh apaan sih. Bercanda juga.” Rengek cewek itu.

“Vanya beratnya berapa sih?”

“Kenapa? Vanya berat ya?”

“Banget.”

“Ih Cuma 45 kilo juga.”

“Tapi kok berat yah. Berat dosa nih.”

“Berat tapi David sayang kan?” goda Vanya.

“Banget.” Jawab David antusias.

***

“Vanya?” panggil David.

“Hmm?”

“Baru kali ini loh David diajak sama cewek makan cilok.” Ucapnya sambil menusuk bola-bola di dalam plastik kecil.