Kebelet Nikah

6.3K 329 11
                                    

"Karena semenjak kamu hadir dan membuatku nyaman, aku sama sekali nggak tertarik dengan siapapun" -Vanya.

"Dave? Vanya cocok nggak pake yang ini?" tanya Vanya saat mencobai gaun merah dengan slayer panjang.

David yang dari tadi melamun memikirkan perjodohannya jadi tak konsen ke Vanya.

"Apa aku coba yang putih ini dulu ya?" tanya Vanya lagi sambil mengangkat gaun broken white dengan taburan permata di bagian dadanya.

David masih tetap nggak menggubris pertanyaan Vanya. Dia malah asyik sendiri dengan pemikirannya.

"Dave.." Vanya memukul pelan pundak David yang membuat David sontak terkaget.

"Eh.. Kenapa say?" David sok sibuk dengan Vanya.

"Kamu kenapa sih? Diajak ngomong, malah diam aja." Vanya mendengus kesal.

"Iya sayang sorry. Aku lagi banyak pikiran nih." Jawab David sambil memijat pelipisnya.

"Kalo banyak yah dibagi dong. Kan ada aku."

"Nggak, ini ehh.. Cuma itu soal futsal doang." bohong David.

Dia nggak mungkin lansung memberitahu Vanya soal perjodohannya. Itu sangatlah nggak mungkin. Lagian David juga mana mau ngelepasin Vanya demi si cewek yang sama sekali nggak dia kenal itu.

"Oh gituh. Eh ini nih, aku cocoknya pake yang putih apa merah." tanya Vanya.

"Mmm... Kamu cocoknya pake gaun pengantin sayang." goda David dengan seringai kecil.

Wajah Vanya pun memerah dengan seketika. David mah rajanya kalo bikin cewek memerah.

"Ih David pengen cepet nikah ya?"

David hanya menganggukan kepalanya.

"Huuhh.. UN aja belom. Eh, jangankan UN, kelas 12 aja belom. Udah kepikilan nikah aja nih Kak Dapidnya" ucap Vanya yang sengaja dicedal-cedalkan.

David tertawa melihat tingkah Vanya yang menggemaskan.

"Yah nggak papa kan. Manusia yang mau maju tuh yah emang harus berpikir kedepan. Masa iya kita pikirnya pacaran mulu sampe kakek nenek." David mencoba membuat pembelaan.

"Tapi pikiranmu itu, kelebihan tau. Pokoknya, Vanya nggak mau nikah mudah ya."

"Trus mau Vanya umur berapa?"

"Mmm..." Vanya tampak berpikir sebentar. "42 mungkin. Tunggu Vanya S3 dulu" jawabnya.

"Ih, kalau umur 42 David udah nggak kuat."

Vanya mengernyitkan keningnya.
"Nggak kuat apa?" tanya nya bingung.

"Nggak kuat buat David Junior." godanya sambil tersenyum penuh arti pada Vanya.

Lagi-lagi muka Vanya memerah. "Tuh kan David mah pikirannya gitu mulu."

"Ih lagian Vanya sih, ditanya mau nikah kapan jawabnya 42. Ya kalo udah segitu mana bisa buat anak?"

Vanya menjewer telinga David. Bisa-bisanya David berbicara seperti itu di tempat umum seperti ini.

"Kamu tuh kalo ngomong di setting dulu napa?" gerutu Vanya.

"Iya iya ampun mak. Sakiitt.." David meringis kesakitan karena jeweran Vanya. Sebenarnya sih nggak sakit-sakit amat. Davidnya aja yang sok manjah kalo ada Vanya.

"Udah deh, soal nikah sama anaknya nanti aja yah Bule gila. Sekarang kamu bantuin Vanya nyari gaun yang bagus buat acara pertunangan kakak kamu sama Adela."

David melongo kesal ke arah Vanya. Karena Vanya yang memanggilnya bule gila. Kenapa nggak bule keren, atau bule ganteng kek. Nah ini bule gila. Yang bener aja? Emangnya gilaan David apa Gilberth?

"Vanya pengen banget nih dicium?" ucap David dengan memajukan bibirnya ke depan seperti akan siap mencium Vanya saat itu juga.

Vanya membelalakan kedua matanya lebar-lebar. Emang saraf nih orang, nggak di kantin nggak di mall sama aja.

"AHHH!!! DASAR BULE GILA!!!" Ucap Vanya sambil berlari menghindari David.

David tertawa geli melihat tingkah Vanya.

***

Vanya sudah siap dengan gaun broken white selututnya. Dia tampak cantik dengan make up tipisnya. Rambutnya di ikat setengah kemudian sengaja diberi kriwilan kasar.

Hari ini adalah hari pertunangan Haikal dan Adela.

Vanya sudah siap dan hanya menunggu David menjemputnya. Dia berdiri di depan kaca besar sambil berkecak pinggang. Di atas meja riasnya terdapat fotonya waktu dia masih culun.

Dia menatap foto itu sekejap. Kemudian melihat dirinya pada cermin.

"Ya ampun, bisa-bisanya ya si Bad boy pacaran sama Nerd Girl," dia berkata pada dirinya sendiri. Kemudian mengakhirinya tawa.

Tiitt... Tiiitt...

Bunyi klakson itu mengagetkan Vanya. Dia pun keluar ke balkonnya dan memastikan bahwa itu adalah pacarnya. Dan benar saja itu adalah mobil David. Vanya pun segera turun ke bawah dan menemui David.

David yang sudah ada di depan pintu rumah Vanya langsung melongo saat melihat Vanya datang.

"Bi.. Vanya pergi dulu yah." ucap Vanya pada Bi Ija, karena kedua orang tuanya lagi nggak ada di rumah. Katanya sih mau ke acara sahabat mereka.

"Hai," ucap Vanya sambil melambaikan tangannya pada David.

David hanya membalasnya dengan senyuman. Dia begitu terpesona melihat Vanya malam ini. Cantik. Kata itu pun tak mampu mendeskripsikan penampilan Vanya malam ini.

"Aku nggak suka kamu dandan kayak gini." Ucap David sambil sok memasang muka datar.

"Emang kenapa?" tanya Vanya mengerutkan alisnya.

"Kalo kamu dandan kayak gini, aku makin kebelet buat nikaihin kamu." ucap David yang sontak membuat Vanya tersipu malu.

"Udah deh, nikahnya nanti aja ya Bule Gila. Sekarang ayo kita buruan pergi." ajak Vanya akhirnya.

David pun menjulurkan tangannya seperti layaknya mengajak seorang putri berpegian. Vanya pun ikut saja menaruh tangannya di atas tangan David dan berjalan bersamanya.

David membukakan pintu mobil untuk Vanya dan mempersilahkannya untuk masuk. Vanya tekekeh geli melihat tingkah konyol David yang sok bangsawan.

.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc.
Jangan lupa Voment.

Buat readers yang punya saran (Konflik atau apa gitu) buat ngelanjutin Novel ini kasih tau Author yah..

Soalnya thor juga nggak pengen banget I Want You ending.

Makanya kalau punya ide, jangan sungkan-sungkan kasih tau author ye..

😍😍😍😍

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang