"Kehilanganmu adalah kesalahan terbesarku" -David
David memakai dasinya di depan cermin besar yang menampilkan sosoknya yang begitu tampan dengan rambut yang sudah dipoles pomade. Dia ingin tampil rapi lagi.
Mungkin sudah saatnya dia keluar dari keterpurukannya.
David mengambil jas hitam dan ditentengkan di lengannya kemudian dia memakai tas sekolah dan segera berangkat.
"Mungkin aku harus terus seperti ini tanpa Vanya" batinya.
Sesampainya di sekolah, David ingat kalau hari ini dia harus mengembalikan buku pinjamannya ke perpustakaan. Maka bergegaslah dia menuju ke perpustakaan sebelum bel berbunyi.
Saat hendak ke perpustakaan dia melewati kantin. Tak seperti biasanya kantin sunyi seperti ini. Ya iyalah orang ini masih pagi.
Matanya kemudian tertuju sebuah tiang yang ada di belakang meja tengah kantin itu.
"Tempat itu" David tersenyum pahit mengingat pertama kalinya dia bertemu dengan Vanya.
Di tempat itulah pertama kali dia menciumi Vanya dengan sengaja, padahal sama sekali belum tau siapa itu Vanya. Di tempat itu juga dia sering makan bareng Vanya. Bercanda ria, nongkrong, curhat, semua di tempat itu.
Dia kembali teringat malam sebelumnya, saat dia bertemu dengan Vanya di parkiran club.
*Flashback*
Saat itu lewat BBM, Gilberth memaksanya untuk keluar dari club, entah untuk apa. Padahal David sedang santai dengan segelas whiesky di tangannya.Eiittss... jangan salah paham dulu. David emang nakal, tapi pergaulannya nggak sebebas itu. Dia baru pertama kali masuk club karena dia mulai stress dengan masalah yang menimpanya.
Saat sampai di luar club, David mencari sosok Gilberth hingga ke belakang parkiran, namun belum juga ketemu.
"Dave!! woyy!!" ada suara yang memanggil David dari belakang.
David yang merasa dipanggil segera menoleh dan memfokuskan pandangannya ke arah suara itu.Melalui suara, David tau kalo itu adalah Gilberth, tapi siapa yang di samping Gilberth itu. Dia tak dapat melihatnya jelas. Mungkin karena pengaruh alkohol yang tadi.
Sesampainya di depan kedua orang itu, David melongo kaget.
"Vanya? aku rindu banget sama kamu" pekiknya dalam hati.
Ingin rasanya dia memeluk Vanya dan melepaskan rindunya. Namun dia tak bisa melakukannya karena akan ada resiko.
"Gue mau pulang" akhirnya David memutuskan untuk pulang saja, dari pada harus tersiksa melihat Vanya, namun tak dapat memilikinya. Lagian dia juga harus terbiasa tanpa Vanya.
*flashbackOff*"Disana kita pernah manis berdua, Van." David tersenyum kecut kemudian meneruskan langkahnya menuju perpustakaan.
Dia sangat mencintai Vanya. Dia nggak bisa jauh dari Vanya. Kenapa sih masalah selalu aja datang menimpa hubungan mereka.
Lalu rasa rindu datang lagi. Dia begitu rindu dengan Vanya. Namun rindunya dapat menghancurkan keyakinannya untuk melindungi Vanya dari jauh.
Tapi dia nggak bisa bohongi perasaanya. Dia begitu tersiksa tanpa Vanya.
David harus membangun tekad, tekad untuk kembali mendapatkan Vanya. Karena dia tau betapa sakitnya kelihangan Vanya. Dan betapa terpuruknya Vanya karena ulah David.
Sudah cukup dia kehilangan Vanya. Dia harus melawan kemunafikannya
***
Gilberth berlari dengan cepat serbanya, dia masuk ke kelas XI IPS 3 dimana adalah kelasnya dan sahabatnya yang menyebalkan itu
"David!!!" teriaknya sambil berjalan angkuh menuju meja David.
"Apa?" David tidak bisa berfokus dulu karena dia sedang menyalin PR Resky, dia lupa kerjakan PRnya tadi malam.
"Kenapa lo nggak bilang kalo besok lo ulang tahun!?" Pekiknya sambil menggebrak meja David.
David mengernyitkan dahinya, bahkan dia tidak ingat kapan ulang tahunnya.
David hanya mengangguk tidak jelas sambil mencoretkan penanya di atas buku.Gilberth yang merasa kehadirannya seperi terbangnya sehelai kertas pun menjerit frustasi ke arah David.
Gilberth tau sekarang betapa gilanya David dalam mengerjakan PR. Padahal David dulu biasa aja kalo belum buat PR, malahan dia lebih senang kalo disuruh keluar karena nggak buat PR. Ini kok kebalik yah? David berubah?
"David George Thomson besok tuh ulang tahun lo sama Tivanya Kintan Mahesa!!! Kenapa sih lo malah sibuk sendiri!?" pekik Gilberth kesal.
David langsung berhenti dan menatap Gilberth seakan meminta keyakinan, dikatanya "Vanya? barengan? sama gue?" tanya David sambil tersenyum bodoh.
Gilberth mendelik takut sambil berjalan mundur, "Gue tau kadang gue rada gila, tapi muka lo sekarang cocok jadi orang gila doyan ngebunuh!" sarkasnya sambil bergidik ngeri
David tertawa pelan sambil mengusap dagunya "Ma, gue mau ngejar Vanya lagi deh." ucapnya sambil senyum lembut mengingat wajah Vanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc
Jgn Lupa voment. 💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You (ending)
Teen FictionHIGHEST RANKING 66 #TeenFiction (15/10/17) David George Thomson si Bad Boy, ketua tawuran, cowok yang paling hits, yang akhirnya jatuh cinta dengan si Nerd Girl, Tivanya Kintan Mahesa si cewek culun berkacamata minus yang juga adalah juniornya. Ba...