Bangkit

5.9K 305 12
                                    

"Aku akan terus menunggumu sampai kapanpun, hingga kamu sadar kalau yang setia dan tulus itu masih ada" -Vanya

Vanya menutup pagar rumah. Dia berjalan santai dengan fikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Vanya memang sengaja ingin pulang karrna dia tak tahan dengan sikap David yang membuatnya tambah hancur.

Dia merasa aneh saat mengingat lagi tatapan David saat di parkiran club tadi. David begitu terlihat khawatir dan sangat merindukan Vanya. Apalagi saat Gilberth mengatakan bahwa David melakukan semua ini karena terpaksa.

Vanya bersyukur, meskipun pertemuan mereka tak semanis dulu lagi tapi setidaknya pertemuan tadi dapat membayar sedikit rindu Vanya.

Vanya duduk di pinggir ranjangnya masih dalam senyuman yang tercetak di wajahnya. Senyum antara pahit dan manis.

Malam ini dalam penerangan lampu meja di kamarnya, Vanya begitu terlihat cantik sekali. Kecantikannya kembali datang hanya melihat wajah pujaanya yang menghilang.

"Apa sekarang aku yang harus berjuang ya? " Vanya menatap langit kamar masih dengan senyuman. "Ah Van, labil banget sih." ucapnya sambil tertawa pelan.

Vanya berjalan mendekati meja riasnya, dibukanya laci meja dan di ambilnya benda persegi panjang dengan casing gold.

Kembali dia ke ranjangnya dan duduk bersender ke kepala ranjang, ditimbang-timbangnya benda di tangannya.

Ini ponsel yang berisi semua kenangan indahnya bersama David.

Dia membuka galeri fotonya.Dia tersenyum lagi, sedikit perih mengingat Foto-foto yang terpampang di layar ponselnya itu di ambik saat hubungan mereka berdua begitu indah.

Foto terakhir adalah dimana Vanya ambil dengan sengaja saat David sedang meminum Cimory dengan lahapnya. Dia ingat sekali kalo sebelum itu David sedang taruhan dengan Vanya untuk puasa Cimory hingga seminggu. Jadi tak heran kalo wajah David sumringah saat meminum minuman yang seminggu tak diminumnya itu.

Vanya menggeser lagi dan lagi, dia melihat setiap senyuman penuh cinta di setiap fotonya. Ada saat David mencubit gemas pipi Vanya hingga membuat pipi Vanya memerah.

Ada dimana foto David memasang muka datar sambil memegang ponselnya dan Vanya hanya menjulurkan lidah yang membuat dia begitu lucu.

"Dave!!! liat kamera ih!! Buruan."

"Bentar aku lagi ngeliat email papi nih"

"Liat bentar kok. Buruan dong kering nih bibir aku senyum mulu."

"Bentar Vanya."

"Ih David buruan!!"

"Apa?!"

"Aku melet aja deh. Blee!"

Vanya tertawa geli sampai air matanya keluar karena mengingat bagaimana dia harus memaksa David untuk berfoto dengannya saat itu.

Dulu begitu indah sekali.

***

Vanya turun dari kamarnya, lebih tepatnya ini pertama kalinya dia turun lebih awal untuk sarapan sebelum ke sekolah semenjak dia mengunci diri.

Vanya mendekat ke meja makan dimana Papa dan mamanya menatal terkejut kehadiran Vanya.

"Pagi semua.." sapa Vanya santai sambil duduk berhadapan dengan mamanya.

"Hai pah.." ah dia sangat merindukan papanya itu setelah hampir seminggu tak melihat wajahnya

Mamanya masih menatap tidak percaya ke Vanya yang sedang mengambil helaian roti di atas piring.

"Pa anterin Vanya yah" pinta Vanya saat selesai memakan rotinya.

"Tumben Van, kamu mau dianterin papa"

"Udahlah lah ma, Vanya kangen juga dianterin sama papa" timpal papanya

"Yaudah yuk pa, Vanya ada upacara nih"

***

Sesampainya di sekolah. Vanya tak sengaja bertemu dengan Haikal saat berjalan menuju kelasnya.

"Hai Van." sapa Haikal.

"Hei, Kal." Vanya menjawaab sapaan Haikal.

"Bentar kamu ada acara nggak?"

"Mm... Nggak sih. Emang kenapa?"

"Aku mau ngajakin kamu ke toko buku Van."

"Eh... Gimana yah, sorry Kal gue nggak bisa." tolak Vanya halus.

"Emang kenapa? Bukannya sekarang lo udah nggak ada yang ngelarang?"

"Lo tau darimana?" tanya Vanya heran.

Kok Haikal bisa tau sih kalo dia udah nggak sama David?

Kriingg... Kriingg..

"Eh udah bel tuh, gue ke bawa dulu yah, soalnya gue pengibar bendera." Haikal tampak gugup dan berjalan meninggalkan Vanya.

Semua ini semakin membuat Vanya bingung. Ini semua tak terlepas dari perkataan Gilberth. Haikal nggak baik, David dijebak. Apa jangan-jangan semua ini ulah Haikal?

Tapi masa sih? Haikal nggak mungkin sejahat itu.






--------

Gimana? Ceritanya?
Feelnya dapet nggak?
Kalo nggak maap deh😁

Tetap vote and comment yah..
Jangan lupa ajak teman2 kalian buat baca I Want You.

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang