Toko Buku

8.7K 418 9
                                    

"Aku memang buruk, tapi bukankah aku manusia yang punya perasaan?" -Dave

Kalau ada penghargaan untuk hari yang paling mengesalkan bagi David adalah hari ini.

Ketika di pagi harinya dia dan Vanya baik-baik saja tapi tidak disaat pulang sekolahnya.

Mobil jazz berwarna putih yang David hafal betul siapa pemiliknya sudah nongkrong di depan gerbang sekolahnya.

David kesal banget, tidak taunya Vanya malah janjian sama Haikal. Mereka berencana untuk pergi ke toko buku.

Tempat terkutuk bagi David. Baru melihat nama toko bukunya dari luar saja David sudah pusing apalagi memasuki tempat itu sambil menciumi bau khas buku yang menurut Vanya adalah aroma favoritnya.

“Ngapain lo kesini?” tanya David berdiri di pintu gerbang.

Meski pintu itu terbuka lebar tapi banyak murid SMA Pelita Bangsa yang sengaja berjalan didekat mereka. Biar bisa curi-curi pandang. Jarang-jarangkan ada dua cowok ganteng yang lagi ngobrol.

Cowok bertubuh tinggi, berkulit kuning langsat, memiliki lesung pipi dibagian kiri itu tersentum sehingga membuat lesungnya tercetak jelas.

Bahkan hanya dengan satu senyuman Haikal saja mampu membuat murid perempuan SMA Pelita Bangsa memekik dalam hati. Dimana lagi tempat cuci mata yang menyediakan pemandangan gratis selain pemandangan alam.

“Walah, Dave, dari dulu nggak pernah ada basa-basinya sama gue ya. Lupa lo sama sahabat sendiri?”

David rasanya ingin muntah saja kalau mendengar kata ‘sahabat’ dari mulut Haikal. Yang namanya sahabat nggak bakal nikung sahabatnya sendiri.

Tidak lama kemudian Vanya datang sambil berlari, pelajaran kimia memang benar-benar menguras otak dan emosinya. Bu Rini memang selalu memberikan tiga soal sebelum pulang, siapa yang cepat dan benar maka nilai mereka akan ditambahkan. Lumayang kan untuk menambah nilai ulangan yang rendah.
Tapi hanya karena kalah cepat dengan temannya, Vanya tidak kebagian satu nilai pun.

“Eh Haikal, eh maksudnya Kak Haikal udah lama nunggu? Aduh maaf ya,”

David tercenang mendengarnya. Baru kali ini Vanya meminta maaf pada seseorang dan lebih sialnya lagi bukan padanya. Padahal Vanya banyak berbuat salah tapi nggak ada satupun kalimat maaf yang terucap darinya.

“Santai aja lagi Van, nggak lama juga karena gue ditemenin sama sahabat lama gue,” Haikal menaik turunkan alisnya pada David dan dibalas decakan oleh cowok itu.

“Oh gitu. Kak Haikal jadi temenin aku ke toko buku?”

“Jadi dong. Yuk,” ajak Haikal agar Vanya memasuki mobilnya.

David dikacangin. Seumur hidupnya dia sering mendapat antusias besar dari para fansnya dan baru kali ini dia dikacangi seseorang. Kaget dong pastinya. Berasa mau nangis di kamar mandi lagi. Ya Tuhan, David nggak kuat liat ini.

“Gue ikut!” timpalnya.

Ujung bibir Vanya tertarik keatas, “Kamu yakin? Ke toko buku aja nggak pernah, terus sekarang mau temenin aku?”

Wah, David menggerutu dalam hati. Penghinaan besar ini. Masa dia di hina tidak pernah ke toko  buku, walaupun benar tapi jangan secara terang-terangan dong. Ini namanya merendahkan pacar sendiri di depan orang lain.

“Kok kamu meremehkan gitu sih?”

“Aku nggak ngeremehin kamu. Cuma kan kamu emang nggak pernah ke toko buku. Beli buku pelajaran aja kamu nyuruh orang lain.”

“David pokoknya mau ikut.” Sentak kakinya pada lantai gerbang sekolah.

Kalau hanya ada dia dan Vanya mungkin David bakal meluruhkan tubuhnya ke lantai dan berguling kesana kemari hanya untuk diperbolehkan ikut. Tapi jangan di depan Haikal juga dong. Biar gimana pun David harus tetap jaim alias jaga image.

“Kalo David ikut terus mobil David gimana?”

“Kita kan bisa pake mobil aku.”

“Kita? Aku dan Haikal ya pakai mobil Haikal dong. Kamu bawa mobil sendiri, kalo nggak mau ya udah pulang aja sana.”

“It’s okay. Not a problem.” Jawabnya setegar mungkin.

***

“Udah?” tanya Vanya saat Dabid selesai memarkirkan mobilnya dan cowok itu berjalan mendekati Vanya dan Haikal.

David masih kesal dengan Vanya lantaran lebih memilih semobil dengan Haikal dibandingkan dirinya.

“Loh kertas parkir aku mana ya?” tanya cowok itu, alih-alih membuat Vanya panik tapi yang ada malah cewek itu memandang kesal kearah David.

“Makanya taruh di tas kamu, jangan di saku.”

“Manusiawi dong kalo lupa.”

“Coba di saku celana belakang kamu?”

“Nggak ada.”

“Di Mobil?”

“Nggak ada.”

“Tas?”

“Eh ada.” Ucapnya pura-pura senang.

“Dasar anak-anak lu.” Cibir Haikal mulai jengah dengan tingkah David.

“Kunci aku mana?” tanyanya lagi.

Vanya kembali berhenti dan membalikkan tubuhnya. “Bercanda terus kamu ya”

“Eh ini ketemu.” Katanya.

Cewek itu memutar bola matanya gemas.

Selama memasuki mall pun ketiganya tidak berjalan bersamaan. David yang lebih memilih berada di belakang mereka.

Seperti menjadi pengawal untuk dua orang yang sedang berpacaran. Padahal pacarnya siapa tapi malah mengoborolnya dengan siapa.

David benci disaat Vanya mulai tertarik dengan ucapan Haikal lalu mereka memulai sebuah obrolan dan David malah terlihat seperti orang bego.

Yang mereka bicarakan tidak jauh dari novel keren yang pernah Haikal baca dan disarankannya untuk Vanya.

Ketika mereka memasuki toko buku dan David merasa aneh saja saat memasukinya. Dia merasa menjadi sekumpulan orang sejenis Vanya.

“Ini bagus Van.” Tunjuk Haikal pada Novel Dear Nathan.

“ini yang diangkat ke film itu kan?”

“Iya, tapi yang namanya ngebaca sama nonton, sensasinya beda. Pasti lebih jauh enak dibaca, lebih seru ngebayangin sendiri.”

Vanya mengangguk-angguk tanda setuju.

Sementara kedua orang itu saling berkomunikasi, David malah kesal karena sedari tadi dia disenyumi orang-orang yang melewatinya, kemudian dia berpura-pura membaca bukunya lagi.

Dia mengambil buku tadi saat melewati bagian sebelum novel.

“Ya udah deh, gue ambil ini aja.” Pilih Vanya lalu dilihatnya David yang serius membaca bukunya.

“Dave, kamu nggak salah baca ini kan?”

“Apa?”

“Ini kan buku..” Vanya menatap David dengan hati-hati.

Cowok itu buru-buru membaca judul dari buku yang dia pegang saat ini. Matanya terpaku pada judul tersebut, wajahnya memerah menahan malu. Pantas saja orang-orang tadi menatapnya dengan pandangan aneh.

“Ya ampun, Dave.ini kan buku 99 Tips Agar Cepat Hamil. Kamu serius?”

.
.
.
.
.
.
.

Wahh..  Kayaknya Haikal mulai cari gara-gara nih sama David..

Jangan lupa Vote&Comment yah..
😘

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang