How to feel real?

7.4K 451 7
                                    

"Seburuk apapun kelakuanmu padaku, Cintalah yang membuatku untuk memilihmu" -Vanya

David nggak bersama Vanya.
Bukan karena David nggak menjemput Vanya, tapi cewek itu ternyata sudah lebih dulu pergi tanpanya.

David dan Vanya memang tidak terlalu sering pergi bersama jika Vanya di antar oleh ayahnya.

Tapi ketika David di beritahu bahwa Vanya nggak diantar oleh ayahnya dia mendadak khawatir.

Kalau biasanya David mengendarai dengan kecepatan normal, berbeda untuk hari ini. Dia mendadak ingin cepat sampai ke sekolah.

Setibanya di sekolah di depan gerbang cowok itu menangkap dua orang tengah tertawa bersama.

Di tepikan mobilnya itu. Dia membuka kaca mobilnya.

“Ya ampun. Muka lo lucu ya dulu. Hahahaha.” Teriak Vanya sambil menatap foto Haikal saat berumur tujuh tahun.

“Baliki sini ah!” kata Haikal tak mau kalah.

Vanya mengelah saat Haikal berusaha menangkapnya. Cewek itu menyembunyikan foto Haikal di belakangnya. Kemudian menjauh.

“Ciee Haikal dulu suka pake kolor sama singlet doang. Uculnya.”

Haikal tersenyum malu-malu, “Please Van, balikin. Aib gue itu.”

Vanya kembali tertawa melihat Haikal memohon padanya.

Hali itu membuat hati dan otak David serasa mendidih. Panas sekali disini. Rasanya dia ingin minum segalon air es.

Matanya tidak lepas dari kedua orang tersebut hingga dia memutuskan untuk menghampiri mereka yang masih asik tertawa bersama. Vanya tidak sadar saat sosok David berada tepat di belakangnya.

“Hoi,” sapa Haikal ramah.
David tidak menggubris Haikal melainkan masih menunggu Vanya, ketika cewek itu berbalik barulah ia sadar jika David menatapnya dengan tatapan tajam. Atau tidak suka.

“Eh, kamu baru aja nyampe?”

“Hm.”

“Kenapa muka kamu cem-“

“Bentar lagi bel, masuk kelas!”

Vanya mengangguk paham, “Kal, gue sama Dave masuk dulu yah. Thanks udah di tumpangi tadi.”

Haikal tersenyum sambil melambaikan tangannya “Yup,”

“Hati-hati ya Kal. Jangan ngebut.”
David melotot pada Vanya. Saudara saja bukan apalagi pacar, ngapain pakai di perhatiin segala.

***

Vanya melirik David yang berjalan mendahulinya. Cowok itu melepas genggaman tangan mereka begitu saja.

Saat itu juga Vanya mengurungkan niatnya menuju arah kelasnya dan malah mengikuti David dari belakang.

Dia menarik seragam David yang sedikit keluar. Tipikal David banget yang nggak pernah rapi. Hal itu membuat David terkejut dan membalikkan tubuhnya.

Suasana menjadi hening saat David menatap Vanya kesal dan cewek itu malah menunduk sambil memainkan jemarinya.

“David.” Panggil Vanya pelan.

Cowok itu masih menatapnya.

“Vanya ada salah ya?”

Dia menghela nafas pelan, “Nggak”

“Terus kenapa David diemin Vanya?”

David memalingkan wajahnya sambil berkata, “Aku nggak suka kamu deket-deket sama Haikal.”

Vanya terkejut. Apa jangan-jangan David cemburu?

“Kamu...cemburu?”
Wajah David merona karena tebakan Vanya yang nggak meleset.

“Nggak lah.” Lirihnya.

David membalikkan tubuhnya membelakangi Vanya. Dia bingung sendiri menghadapi cewek di belakangnya.

Ada perasaan aneh di hati cewek itu setelah mendengar pengakuan dari David.

David memang nggak memiliki hak untuk melarang Vanya, apalagi harus memberi jarak pada Haikal. Tapi perasaanya nggak bisa ia tutupi, dia mencintai cewek itu.

Begitu juga dengan Vanya. Jika awalnya dia hanya masa bodoh dengan tingkah David yang seperti ini, tapi sekarang dia merasa ada yang aneh jika David mendiaminya.

Mungkin memang benar dia jatuh cinta pada David.

Seketika tubuh David menegang saat mendapati dua tangan terulur ke depan dan melingkar di sekitar pinggang David.

Cowok itu menarik nafasnya.
Vanya memeluknya! Dia menelan ludahnya gugup.

Setelah itu Vanya mengeratkan pelukannya dari belakang.
Vanya menyandarkan dahinya pada punggung David.

Sementara cowok itu masih diam dan tidak melakukan apapun yang dapat membuat Vanya yakin bahwa David tidak marah padanya.

“Jadi Vanya harus gimana, Dave?” lirih cewek itu terdengar seperti tangisan yang tertahan.

“Nggak tau.”

“Kalo Vanya ada salah, ya David kasih tau dong. Vanya nggak bisa Dave diemin kayak gini.”

“David nggak suka Vanya deket-deket sama cowok lain. Itu aja.”

“Kita kan Cuma pacaran pura-pura.” Jawab Vanya.

“Fine.” Ucap David sambil kembali menatap Vanya.

Cowok itu membenarkan posisi berdirinya sambil melipat kedua tangannya. Mata Vanya menatap matanya intens.

“Kita emang pacaran pura-pura tapi Aku sayang sama kamu nggak pake pura-pura.”

“Hah?”

“Aku mau kamu jadi pacar aku tanpa status pura-pura kita.”

“Dave kamu..”

“Kamu sayang sama aku nggak?” tanya David akhirnya.

Vanya terdiam. Ujung bibirnya berkelut menahan senyumnya.
“Aku udah ada gejalanya kok,”

“Maksudnya?”

“Kamu tadi nembak aku nggak sih?”

David tertawa, “GR kamu huuu..”

“Ih David mah gitu deh, becandanya kelewatan.” Vanya cemberut.

Cowok itu menarik Vanya dan membawa cewek itu ke dalam pelukannya. Diam-diam Vanya tersenyum bahagia saat dipeluk David.

“Jadi pacar Dave ya?”

Cewek itu mengangguk sambil menenggelamkan wajahkanya pada leher David karena malu.

“Van,” panggil David pelan.
“Jangan deket-deket Haikal lagi ya. David nggak suka kalo pacar David deket banget sma cowok lain.”

“Iya, Vanya janji kok, Dave.”

.
.
.
.
.
.
Cieee..  Yang udah jadian..

Eh trus Haikalnya gimana dong?

Jangan lupa vote&comment💙💙💙

I Want You (ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang