Arin berada di rumah sakit yang baunya membuat mual seketika. Belia itu memang tidak pernah suka rumah sakit karena dulu dia pernah dirawat karena demam berdarah saat SMA. Ingatan Arin tersentak. Apakah orang tuanya juga berhutang demi pengobatannya saat itu? Terkutuklah Arin. Sekarang dia menyesal dan berharap dia tidak pernah mengambil beasiswa apapun dalam hidupnya.
"Sedang apa, Nak?" tanya wanita 35 tahun yang terlihat sangat lelah. Arin benar-benar berharap bisa meringankan beban ibunya saat ini. Tapi bagaimana caranya?
"Ini, Bu. Arin sedang mempelajari surat hutang piutang ini. Arin akan bawa kasus ini ke pengadilan." jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari berkas yang ia pegang.
"Apa kamu yakin mau membawa kasus ini ke pengadilan? Mereka orang-orang yang berkuasa. Ibu takut kamu kenapa-kenapa, ibu..."
Arin meraup ibunya ke dalam pelukan. "Bu, Arin benar-benar menyesal kenapa Arin tidak mengambil studi hukum, tapi Arin pastikan para rentenir itu akan mendapatkan balasan yang setimpal. Ibu tenang, ya?"
***
Andrean sedang asyik berenang ketika asisten rumah tangganya mengatakan ada seorang gadis yang mencarinya. Andrean yang memang tidak ingin diganggu menyuruh asisten rumah tangganya untuk mengusir siapapun yang berani mengganggu waktu santainya saat ini.
Dan ketika Andrean menyeruak dari bawah permukaan air, dia mendengar ocehan ribut asisten rumah tangganya.
'Shit! Wanita mana yang keras kepala seperti itu?'
*
"Sepertinya Anda sangat santai Tuan Andrean-Brama-Wijaya."
Woho...lihat siapa ini? Si Pink Flower yang durinya sangat tajam setajam pedang. Andrean menyeringai dan lantas naik untuk menyambut si Pink flower yang terlihat lucu dengan dress casual bunga-bunganya itu.
Mata besar Arin semakin membesar ketika Andrean beranjak dari kolam renang. Dia berusaha untuk tidak terganggu dengan pemandangan tubuh atletis di hadapannya, tapi Andrean bisa melihat dengan jelas jika gadis itu mulai gugup dan bahkan pipinya mulai blushing. Menggemaskan sekali.
"Apa kau keberatan jika aku bersantai di hari liburku, Nona?" tanya Andrean setelah mengenakan kamerjasnya, berharap gadis itu tidak cepat pergi karena merasa tidak nyaman melihat penampilan Andrean yang grrr itu.
"None of my business. Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu Mr. Executer."
"Hey hey! Chill girl...what happen with you? Aku bahkan belum menyentuhmu." kata Andrean lalu duduk di bangku santai sandarannya.
Arin ternganga mendengar kata-kata vulgar Andrean. Salahnya sendiri berkata sinis pada pria sinis seperti Andrean. Lagi pula, apa maksudnya dengan Mr. Executer?
"Simpan kata-kata busukmu itu untuk di pengadilan. Kau akan membutuhkannya."
Andrean mengerutkan keningnya.
Pengadilan?
Apa sih yang gadis itu ocehkan?
"Maksudmu, Miss?"
"Ya Mr. Executor. Pe-nga-di-lan. Aku menemukan cacat di surat hutang piutang ayahku yang kini sudah beralih ke tanganmu. Dan aku juga lihat sepertinya eksekusi lahan besar-besaran yang perusahaanmu lakukan menyalahi prosedur. Jadi kau, bersiap-siaplah. Keadilan selalu selangkah di depan." ucapnya lantang dan galak.
"Apa? Serriously? Bwahahahaha..... hahahhaha.."
Andrean tidak tahan untuk tertawa, tapi melihat tatapan si pink flower itu membuat Andrean berdeham seketika. Aduh...Kenapa Andrean jadi merasa tidak enak seperti ini?
"Aku punya banyak teman dari kalangan sepertimu. Tapi mereka yang kukenal semuanya baik, tidak seperti kau yang tidak manusiawi. Orang tuamu pasti sangat menyesal memiliki anak sepertimu."
Rahang Andrean mengeras dan tangannya terkepal. Harusnya dia sudah mengamuk sedari tadi atau bahkan mengacungkan pistolnya karena dia tidak suka direndahkan apalagi sampai dibuat kesal. Tapi entah kenapa mata jeli Arin dan semburat merah di wajahnya meredakan ketegangan semua otot-otot kemarahan Andrean.
"Well, Nona yang sekarang tidak punya apa-apa, kurasa. Aku turut prihatin dengan keadaanmu yang seperti ini. Tapi bisnis tetaplah bisnis. Kalau kau mau rumahmu kembali, berbisnislah denganku. Dan kuberitahu pinky, court isn't a brilliant way out. So I tell you, miss. Kau hanya membuang-buang waktumu saja." kata Andrean mendekati Arin sampai jantungnya berdebum tidak karuan saking dekatnya. 'Apa aku sudah gila? Apa yang gadis ini lakukan padaku?'
"Oh begitu! Baiklah, Tuan. Kita lihat! Uangmu atau keadilan yang akan menang. Enjoy your day, Sir!!"
Andrean tersenyum ketika Arin sudah berbalik dan beranjak pergi, walau sebenarnya Andrean masih ingin gadis itu berada di sini. Dia masih belum puas bersama si Gadis dan sepertinya tidak akan pernah puas bersamanya.
"Menikahlah denganku, Arina Larasati dan aku akan menyelesaikan semua masalahmu."
Andrean bersiap menerima amukan, tapi yang terjadi di luar perkiraannya. Kening Andrean mengerut. Gadis di hadapannya ini tidak lagi terlihat seperti pink flower atau wild cat. Dia terlihat seperti.......angel? Really?
"Wah! Tawaran yang menarik. Bisa menikah dengan pria tampan dan kaya raya sepertimu. Aku pasti bodoh kalau menolaknya kan?"
Okay, ini sedikit aneh atau bahkan sangat aneh. Arin tidak mungkin berubah drastis dalam sepersekian detik. Andrean mengrenyitkan dahi. Mencoba membaca celah di pikiran angel di hadapannya. Ah Ampun, senyum Arin justru membuat Andrean jadi tidak fokus. Jangan membaca pikiran, berpikir saja ia tak bisa saat ini. Otaknya lumpuh seketika.
*
BYURR.
Segelas orange juice yang ada di meja kayu kecil bergerilya di tubuh kekar Andrean. Dingin dan rasa asam mulai masuk ke celah bibirnya. Gadis ini. Dia pasti sudah gila.
"Rasakan itu Mr. Executor! Berbisnislah dengan jalang-jalang di luar sana. Jangan denganku!"
Ruarr biasa. Galak dan pembangkang. Tapi memabukkan sekaligus menggemaskan. Bagaimana Arin bisa secantik itu ketika marah?
Andrean langsung mengambil handuk yang diberikan oleh asisten rumah tangganya. Dia tak percaya ada gadis yang berani kurang ajar kepadanya seperti ini. Dan anehnya, bukannya marah, seulas senyum malah terpasang di pahatan dewa Andrean.
'Jadi menurutmu aku tampan, Pink Flower?'

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WILL FIND A WAY
RomanceArin adalah gadis yang nyaris sempurna. Cantik, ramah dan cerdas. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, dia berhasil mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi negeri favorit. Dan ketika usianya genap 17 tahun, dia sudah menyelesaikan jenjang sarja...